Ibu Nyai Faridah Salahuddin foto bersama Kepala Diklat Bapak A. Halim, Pembina Diklat, Ustadz Arif Khuzaini, dan peserta usai materi
Ibu Nyai Faridah Salahuddin foto bersama Kepala Diklat Bapak A. Halim, Pembina Diklat, Ustadz Arif Khuzaini, dan peserta usai materi

tebuireng.online— Selasa (20/09/2016), Ibu Nyai Faridah Salahuddin Wahid menyampaikan materi “Prilaku Hidup Bersih dan Sehat” kepada para peserta Diklat Kader Tebuireng angkatan kedua. Bu Nyai menyampaikan materi dengan interaktif agar peserta diklat tidak bosan dan fokus menerima materi.

Bu Nyai menyampaikan bahwa kebersihan dan kesehatan harus dimulai dari lingkungan keluarga. Ibu yang melahirkan, menurut beliau harus memberikan ASI kepada bayinya selama dua tahun, enam bulan di antaranya adalah ASI eksklusif tanpa campuran apapun. Selain bertujuan untuk kesehatan dan menunjang kecerdasan anak, juga dapat menguatkan hubungan batin antara ibu dan anak.

Selanjutnya, Bu Nyai menceritakan awal mula Tebuireng menjadi pesantren yang memperhatikan gizi santrinya. Pada mulanya, jelas beliau, bermula saat Pengasuh Pesantren Tebuireng Dr. Ir. KH. Salahuddin Wahid menyalami para santri usai suatu acara pada tahun 2013. Gus Sholah kaget melihat santri yang memiliki postur tubuh yang sangat kecil dan pendek. Kemudian beliau menulis tentang gizi di Harian Kompas, dibaca oleh ahli gizi dari PDGKI-PDGMI yang memberitahukan hal tersebut kepada Menteri Kesehatan saat itu.

Agas perhatian terhadap gizi itu, tahun 2014 Gus Sholah diundang ke sebuah acara di Makassar dan dianugerahi gelar sebagai kampiun atau duta gizi, yaitu orang-orang yang tidak berlatar belakang kesehatan yang ikut memberikan konsep dan aksi penanganan permasalahan gizi.

Hingga sekarang Tebuireng dan PDGKI-PDGMI memiliki kerja sama di bidang pelatihan beberapa orang yang akan menjadi duta gizi. Di Tebuireng, sekarang telah menugaskan seorang ahli gizi di Jasa Boga yang setiap harinya mengontrol kualitas gizi dan kelayakan masakan untuk santri.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Tak lupa juga Bu Nyai memberikan pesan-pesan bagi calon-calon pembina dan pengurus Pesantren Tebuireng itu. Bu Nyai menanyakan komitmen mereka untuk mengabdi di Pesantren Tebuireng selama 3 tahun kedepan. Bu Nyai juga meminta mereka membuat rencana jadwal sehari-hari santri dengan membagi menjadi empat kelompok. Setelah semua kelompok mempresentasikan di depan, Bu Nyai berharap setiap perwakilan kelompok berkumpul dan membahas penyatuan konsep dari empat konsep yang dibuat. (Abror)