ilustrasi: makna-kata/google.com

Oleh: Nabila Rahayu*

Setiap kita pasti mempunyai masing-masing kata untuk diucapkan, dipikirkan, ditulis ataupun mungkin hanya hadir dalam hati. Kata-kata yang menurut kita indah. Kadang ada keluh yang diungkap ‘aku ga bisa merangkai kata’ dan kalimat itu hadir ketika teman kita hendak mengupload story di laman media sosial mereka.

Padahal, kata mempunyai rangkaian-rangkaian yang sangat menarik bila dirangkai dengan hati dan jiwa, agar kata itu menjadi hidup dan mampu menghidupkan beberapa hidup yang pura-pura hidup.

Akan ada ejaan-ejaan yang mungkin sukar untuk dibaca, namun beberapa dari kita pasti muncul rasa keingintahuan untuk mengetahui sesuatu yang masih belum terungkap. Itulah hebatnya kata, salah satunya mampu memunculkan rasa penasaran yang ada dalam diri kita sehingga ketagihan untuk membaca. Yang awalnya hanya beberapa kata, lalu berlanjut beberapa paragraf, berlanjut lagi beberapa lembar halaman, hingga berlanjut beberapa buku-buku yang telah dibaca.

Hebat, kan?

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Itulah mengapa belajar itu adalah asupan kita setiap hari. Tidak memandang usia, semua boleh belajar. Bukan hanya sekedar di naungan lembaga saja, cukup dengan membaca beberapa kata, duduk melingkar bersama teman-teman, dan mendiskusikan apa yang telah di baca. Menurutku itu sudah lebih dari cukup. Atau bisa juga kita belajar mengamati. Yup! Menjadi seorang pengamat. Dan itu banyak seali mendapatkan pelajaran.

Saya mempunyai pengalaman sebagai pengamat. Hahahah tapi ini cuma sebagai pengamat orang-orang disekitar. Ada yang punya sifat marah, pendiam, cerewet, jahat, licik dan masih banyak lagi. Kesimpulan sifat tersebut hadir karena saya berperan sebagai pengamat. Menyesuaikan diri ketika berada bersama dengan orang yang gampang marah, bagaimana menghadapi orang yang pendiam. Kita punya setting self ketika berhadapan dengan orang lain.

Dan berkat mereka lah, semua bisa menjadi kata-kata. Semua menjadi alur kisah. Dan pasti kita punya kisah masing-masing untuk dituliskan. Dimulai dari beberapa kata, beberapa paragraf, hingga menjadi beberapa lembar dari hasil ungkapan yang ada di pikiran kita. Dan akhirnya menjadi suatu karya untuk dibaca oleh orang orang yang mungkin minim pengalaman, atau mungkin sudah berpengalaman. Tapi masih belum tergerak untuk membagikan beberapa pengalaman hidupnya lewat kata.

Jalan sebagai pemula memang tak segampang yang dikira. Akan banyak jalan berkelok kelok, bergelombang dan bahkan berduri. Jika itu semua dipikirkan, maka kapan akan di mulai?

Yang dibutuhkan adalah keberanian. Dan itu harus di munculkkan ketika kita merangkai kata. Karena pasti kritikkan dan saran pasti berdatangan setelah beberapa dari tulisan telah di publish. Dan itu  ketahuilah, adalah sesuatu hal yang paling berharga ketika kita sedang di tahap berproses.

Orang-oarng yang mengkritik itu bagi saya adalah guru hebat yang secara tidak langsung mendidik mental  kita, mendidik pikiran kita agar mampu berpikir kritis. Semua memang ada hikmahnya, kan?

Maka, lakukanlah. Apa saja yang mampu mengasilkan karya, dan yang mampu memberikan jejak bahwa dirimu pernah hidup di dunia. Itulah indahnya kata yang tercipta hingga beberapa menjadi tulisan. Jangan malu karena tulisanmu tak seindah Chairil Anwar ataupun Pramoedya Ananta Toer karena setiap dari kita pasti memiliki ciri khas dalam menulis.

Dengan berkarya maka kamu akan abadi. Terkenang dalam karya. Semua orang  Di dunia ini akan pergi mengahadap panggilan tuhan. Dan yang tak pernah pergi adalah pemikiran pemikiran yang pernah di utarakan, ide ide yang pernah di cetuskan, dan termasuk tulisan tulisan yang penah di tulis menjadi jeja bahwa kita pernah hidup di dunia.

Jangan berharap untuk menjadi terkenal dulu jika tidak mau memulai sebuah permulaan dengan keterbiasaan menulis. Rata rata orang bisa dan mampu menulis setelah membaca.  Dan membaca banyak kandungan yang akan dibaca. Salah satumya membanca buku dan menmbaca kkehidupan, kan?

‘enak ya cuma nulis doang dapet cuan’ saya mendengar kata yang terucap itu. Ya jelas enak dong soalnya kita menikmati apa yang kita tanam. Cuma nulis doang bisa dapet uang, apalagi nulisnya dengan kata-kata yang ga cuma-cuma. Itu juga lebih bagus. Selain dapat uang jajan sendiri, kita juga bisa menghasilkan karya, berpikiran kritis dan banyak lagi hal-hal positif lainnya.

Lakukanlah, mulailah sebuah permulaan itu, awalnya mungkin memang pahit bahkan sakit, tapi ketahuilah, hasilnya tidak sedikit. Akan banyak hal hal yang belum diketahui berdatangan silih berganti dan memberikan pelajaran bagi kehidupan.

*Santriwati PP Walisongo.