Di sebuah danau tenang di bawah sinar matahari, hiduplah seekor ikan bernama Lumi. Lumi adalah ikan kecil yang gemar bermain di dasar danau, menikmati pasir lembut dan tanaman air yang bergoyang tatkala angin datang, baginya permukaan danau menyeramkan, sebab permukaan danau telah menyebabkan ibunya tak kembali. Hal itu menyisakan trauma tersendiri bagi Lumi, Lumi takut ketika ia mencoba ke atas ia tak dapat kembali ke dasar seperti ibunya.
Hari hari berlalu, Riti teman Lumi lebih suka hidup di permukaan menghampiri Lumi dan menceritakan keindahan permukaan danau. Riti mencoba merayu Lumi agar mencoba menikmati permukaan.
“Apa kau tidak bosan di dasar terus? Di permukaan sangat menyenangkan loh!” seru Riti
“Tidak, aku disini saja,” tolak Lumi.
“Sayang sekali jika hidupmu sampai mati tidak pernah melihat indahnya dunia luar,” tambah Riti.
Suatu pagi, Lumi berifikir untuk mencoba apa yang dikatakan oleh Riti. Dengan sekuat tenaga Lumi mencoba menyusuri permukaan danau, betapa gembiranya ia melihat pemandangan yang indah, ia tak menyangka permukaan danau secantik itu, dan tak semenyeramkan yang ada di pikirannya. Dengan gesitnya ia melompat-lompat di permukaan untuk mengejar cahaya matahari hingga akhirnya ia melihat seekor burung yang sedang terbang rendah dan bayangan daun yang menari-nari.
Burung itu memiliki bulu abu-abu dan putih, dengan sayap lebar yang menakjubkan. Lumi belum pernah melihat makhluk seperti itu sebelumnya. Burung itu terbang turun dan hinggap di sebuah ranting yang menjulur ke atas air. Ia mengamati Lumi dengan mata cerah dan penuh rasa ingin tahu. Lumi, dengan berani, melompat mendekati burung itu dan berkata, “Siapa kamu?” tanya Lumi.
“Aku Bano, burung pecinta danau,” jawab burung itu lembut, suaranya serak namun penuh kehangatan. “Aku burung camar, dan kamu siapa?”
“Aku Lumi, ikan kecil di danau ini,” katanya dengan bangga.
Sejak pertemuan itu, Lumi dan Bano sering bertemu di pagi hari. Mereka berbincang tentang kehidupan mereka yang begitu berbeda. Bano bercerita tentang langit luas dan angin yang membawanya terbang jauh, tentang pantai berpasir yang pernah ia singgahi, dan ombak besar di lautan yang penuh misteri. Lumi mendengarkan dengan takjub, membayangkan dunia yang tak pernah ia lihat, melihat permukaan danau saja ia sudah sangat terpukau.
Sebaliknya, Lumi bercerita tentang kedalaman danau, tentang dunia yang sunyi di dasar air. Bano mendengarkan dengan kagum, membayangkan bagaimana rasanya hidup di dalam air yang tenang, di mana dunia selalu sejuk dan penuh misteri.Mereka begitu terpesona satu sama lain, meski mereka tahu bahwa mereka berasal dari dunia yang berbeda.
Pada suatu hari, Bano berkata, “Lumi, aku ingin membawamu terbang bersamaku. Agar kau bisa melihat langit, seperti yang selalu kau impikan.”
Lumi mengerjap, jantungnya berdebar-debar. Ia pun berkata, “Aku juga ingin menunjukkan padamu dunia dalam air, tempat yang begitu tenang dan damai.”
Keduanya termenung sejenak, menyadari batasan mereka. Bano tidak bisa hidup dalam air, dan Lumi tidak bisa bertahan di udara. Mereka menyadari jika tetap dipaksakan nyawa salah satu dari mereka akan tiada, dan Lumi juga mengatakan pada Bano bahwa apa yang mereka terima dan rasakan saat ini patutnya disyukuri.
“Apa kau akan tetap datang setiap pagi?” tanya Lumi akhirnya, suaranya lembut dan penuh harap.
“Selama aku bisa, aku akan selalu datang ke sini,” jawab Bano dengan senyuman.
“Karena meskipun kita tak bisa berbagi dunia, kita bisa berbagi cerita.”
Hari demi hari berlalu, dan Bano tetap datang setiap pagi. Mereka berbincang dan tertawa, kadang hanya duduk dalam diam, menikmati keberadaan satu sama lain. Meski mereka tidak bisa benar-benar bersama di dunia yang sama, mereka merasa dekat dalam hati.
Suatu pagi, Bano tidak datang. Lumi menunggu dengan sabar, berharap melihat bayangan sayap Bano di permukaan air. Hari berganti menjadi minggu, namun Bano tidak pernah kembali. Lumi merasa sepi, hatinya dipenuhi rindu pada sahabatnya yang terbang entah ke mana.
Waktu terus berlalu, namun Lumi tetap berenang ke permukaan setiap pagi, berharap suatu hari nanti, ia akan melihat Bano kembali terbang rendah di atas danau dengan segudang cerita menariknya.
Di antara air dan angin, Lumi masih menyimpan kenangan tentang sahabatnya yang entah kemana, ia berbisik pada air, “Aku masih di sini, Bano. Menunggu cerita-ceritamu tentang langit.”
Penulis: Ilvi Mariana