Pengasuh Pesantren Tebuireng KH. Salahuddin Wahid saat menjadi pembicara dalam Haflah Iktitamid Durus ke-12 Pondok Pesantren al Amin Mojokerto pada Sabtu (29/07/2017). (Foto: M. Masnun).

Tebuireng,online—Mojokerto- Menjadi pembicara dalam Haflah Ikhtitamid Durus ke-12 Pondok Pesantren al Amin Sooko Mojokerto, Pengasuh Pesantren Tebuireng, Dr.(HC). Ir. KH. Salahuddin Wahid menjelaskan tentang “Meneguhkan Islam Ahlussunah wal Jama’ah an Nahdliyah dalam Bermasyarakat, Berbangsa, dan Bernegara” pada Sabtu (29/07/2017).

Dalam kesempatan itu juga, Gus Sholah, sapaan akrab beliau, dengan dikawal oleh dua anggota Banser yang berdiri di kanan-kiri beliau, berharap agar lulusan Pondok Pesantren al Amin menjadi orang-orang yang tetap mengikuti Ahlussunah wal Jama’ah an-Nahdliyah ketika sudah masuk di dunia perkuliahan nanti atau ketika sudah berkiprah di masyarakat.

“Negara Singapura dan Australia lebih maju dari Indonesia, pendidikannya lebih bagus. Mereka tidak mengajarkan apa-apa bahkan pelajaran agama tidak diajarkan di dalam kelas,” ujar beliau di hadapan pengasuh, pimpinan, asatidz, wisudawan-wisudawati, walisantri dan para santri.

Beliau menjelaskan bahwa di dua negara tersebut tidak perlu mengajarkan keagamaan di dalam kelas sebab berpotensi mengganggu fokus pendidikan di negara tersebut. Untuk itu, menurut beliau, Indonesia harus selalu mengajarkan pendidikan agama yang benar di jenjang pendidikan yang sekarang makin goyah dengan pengaruh lain.

Gus Sholah juga mengaku sangat bersyukur Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dibubarkan. “Alhamdulillah sekarang Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) sudah dibubarkan, kalau belum maka tidak mungkin lagi. Akan tersebar pengaruh yang lain,” terang Gus Sholah.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Oleh karena itu, beliau menghimbau agar seluruh santri al Amin yang telah dinyatakan lulus, haruslah waspada dengan adanya organisasi-organisasi yang merembak di seluruh universitas di Indonesia.

Selanjutnya, cucu Pendiri NU, Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari itu, juga mengatakan, di dalam Al Quran terdapat banyak ayat-ayat toleransi. Beliau mengutip salah satunya, yaitu ayat ke-6 surat al Kafirun yang memiliki arti “bagimu agamamu dan bagiku agamaku”. Dari situ, beliau ingin menyampaikan bahwa Islam benar-benar mengajarkan toleransi.

Beliau memberikan salah satu contoh toleransi Islam yang terjadi pada zaman kekhalifahan Umar bin Khattab ra. yang membuat Perjanjian Syiria yang berisi tentang menjaga keselamatan umat Nasrani yang ada di Yerussalem. Begitu pula yang dilakukan Rasulullah SAW dengan membuat Piagam Madinah yang digunakan untuk menjaga toleransi antara agama Islam, Yahudi, Nasrani, maupun yang belum beragama.

Beliau menasehati santri al Amin agar selalu bertanya kepada orang-orang yang tepat, tentang kehidupan nanti di perkuliahan dan di masyarakat, serta organisasi-organisasi yang dianggap tidak membawa pengaruh yang buruk.

“Kalau masuk organisasi, PMII saja, kalau lebih jauh HMI. Selain itu, organisasi-organisasi radikal yang nantinya akan membawa pengaruh yang tidak bersahabat dengan kita,” jelas beliau. Beliau berpesan, agar nantinya di perkuliahan para santri memilih organisasi yang bersahabat dengan pemikiran mereka, seperti PMII dan HMI.

“Kita berkawan dengan orang Kristen itu boleh, yang penting kita tidak belajar dari agamanya, tetapi kita belajar bagaimana mereka bisa lebih tinggi prestasinya daripada kita,” ucap beliau.

“(Hanya) 30% ilmu (yang) didapatkan dari sekolah, sedangkan lainnya anda cari sendiri di kehidupan dengan bertanya dan membaca,” kata beliau memberikan nasehat. Beliau menjelaskan bahwa dengan membaca, santri-santri akan menjadi tahu semua yang terjadi di dunia baik dalam pendidikan, maupun dalam bidang yang lain.

Haflah Ikhtitamid Durus merupakan agenda tahunan Pondok Pesantren al Amin untuk mewisuda para santri yang sudah dinyatakan purna. Pada haflah yang ke-12 itu, hadir pula Ketua Dewan Pengasuh Pondok Pesantren al Amin, KH. Muthoharun Afif, Ketua Perkumpulan Pendidikan dan Sosial al Amin yang juga Walikota Mojokerto, KH. Mas’ud Yunus, KH. Ahmad Jazuli, dan beberapa kiai dan tokoh masyarakat lainnya.


Pewarta: M. Tajuddin

Editor/Publisher: M. Abror Rosyidin