Nasionalisme Pemuda, merupakan buku yang mengumpulkan, mengabadikan, serta membahas pemikiran-pemikiran KH. Hasyim Asy’ari, tokoh ulama NU sekaligus pahlawan nasional. Buku ini ditulis langsung oleh santri alumni Pesantren Tebuireng, Seto Galih Pratomo, yang saat ini melanjutkan pendidikan tinggi di Universitas Islam Indonesia Yogyakarta.

KH. Hasyim Asy’ari merupakan salah satu tokoh nasional yang perlu diteladi kiprahnya, baik dalam beragama, bernegara, dan tentu bermasyarakat. Inilah yang menjadi salah satu alasan Seto memilih menulis dan mengabadikan pemikiran perintis Pesantren Tebuireng itu dalam sebuah buku dengan ketebalan 313 halaman. Tentu halaman-halaman dalam buku ini tidak dapat menjelaskan secara keseluruhan tentang Kiai Hasyim, sebab kiprahnya yang begitu besar dan dirasakan umat secara luas tidak bisa diwakilkan dengan kalimat-kalimat sederhana dan tak bisa hanya dirangkum dalam satu buku saja.

Namun, hadirnya buku ini sedikit banyak telah menjadi wajah semangat pemuda masa kini dalam meneladani serta sekaligus menyebarkan dakwah-dakwah Kiai Hasyim melalui catatan-catatan dalam buku ini. Salah satunya adalah memperkenalkan lebih dalam sosok Kiai Hasyim kepada masyarakat, khususnya pemuda untuk dipelajari dan diimplementasikan menjadi salah satu fondasi dalam kehidupan beragama, bermasyarakat, dan bernegara serta paling penting adalah bagaimana menghadapi berbagai ancaman terhadap NKRI.

“Agama dan nasionalisme adalah dua kutub yang tidak berseberangan. Nasionalisme adalah bagian dari agama, dan keduanya saling menguatkan.” (hal.55)

Ungkapan KH. Hasyim Asy’ari di atas, tentu menjadi sangat penting untuk dikaji bersama saat ini. Kita tidak bisa menutup mata dan telinga, bahwa banyaknya kerusuhan yang terjadi akhir-akhir ini -di negara kita- adalah persoalan-persoalan agama yang kemudian dibenturkan dengan kebangsaan atau kenegaraan. Padahal sudah jelas, keduanya, kata Kiai Hasyim adalah dua hal yang harusnya saling menguatkan, bukan menjatuhkan apalagi merendahkan.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

“Sejarah mencatat, seluruh komponen pejuang kemerdekaan Indonesia tidak lepas dari peran ulama di pesantren. Hal ini dibuktikan ketika pejuang nasionalis seperti Bung Karno, Jenderal Sudirman, Bung Tomo, dll senantiasa sowan ke Kiai Hasyim dalam memutuskan segala sesuatu yang berkaitan dengan kepentingan bangsa dan negara.” (hal.86)

Itulah mengapa buku ini dinilai penting untuk ditulis sebagai salah satu cara mengabadikan ketauladanan Kiai Hasyim sekaligus sebagai pengingat bagi kita semua untuk meneladinya dalam menjaga kesatukan bangsa Indonesia ini. Memang, sudah ada banyak buku yang telah menuliskan tentang Kiai Hasyim termasuk pemikirannya, dan buku ini menjadi salah satu yang menambah energi dan bukti bahwa masyarakat kita masih butuh tuntunan dan semangat nasionalisme dari para generasi muda zaman ini. Karena tentu, peran dan semangat nasionalisme pemuda menjadi salah satu kekuatan untuk tetap mempersatukan dan menciptakan kedamaian bangsa Indonesia.

“Bangsa Indonesia harus sadar bahwa untuk menjadikan negara lebih maju perlu meninggalkan sifat dan sikap membudak yang serba lemah, serba takut dengan rasa inferior terhadap bangsa lain. Harus menguatkan kembali sifat dan sikap tangguh, ulet, dan gagah perkasa yang sanggup berprestasi dalam persaingan dengan bangsa lain. Karakter inilah yang diperlukan oleh bangsa Indonesia sebagai bangsa yang merdeka.” (hal.190)

Itulah yang kemudian sangat penting –bagi para pemuda dan penerus bangsa ini- untuk membangun karakter yang positif. Dalam buku ini, Seto mengungkapkan bahwa saat ini sangat sukar menemukan manusia dan pemimpin yang dengan sifat dan sikap nasionalis atau patriot yang dilandasi pancasila, yang secara tangguh, ulet, dan gagah berani memperjuangkan tujuang bangsa ini. Sehingga terjadilah banyak problem seperti koruptor, kezaliman, dan lainnya. Hal itu tentu kembali pada bagaimana manusia sebagai makhluk personal harus mampu memiliki karakter yang baik dan positif.

Buku Nasionalisme Pemuda ini ditulis dalam empat (4) bagian. 1) mengenal lebih dekat KH. Hasyim Asy’ari. 2) ejawantah nasionalisme KH. Hasyim Asy’ari. 3) pemuda dalam pembumisasian nasionalisme dan pengaruhnya di Indonesia. 4) ancaman besar NKRI. Dilengkapi juga dengan sambutan yang disampaikan oleh Cicit KH. Hasyim Asy’ari sekaligus Pengasuh Pesantren Tebuireng, KH. Abdul Hakim Mahfudz (Gus Kikin), dan Dewan Komisi Fatwa MUI Jawa Timur, KH. Achmad Roziqi.

Buku yang menggali kiprah KH. Hasyim Asy’ari dengan bermula pada fatwa Resolusi Jihad dan jargon hubbul wathan minal iman ini sangat cocok bahkan harus dibaca oleh kalangan pemuda. Pemuda yang saat ini menjadi tombak kemajuan Indonesia harus memahami sejarah kemerdekaan Indonesia, salah satunya adalah dengan membaca buku ini. Buku ini ditulis dengan bahasa yang sederhana sehingga sangat mudah dipahami dan semoga mudah untuk direalisasikan atau diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

“Gunakan masa muda dan umurmu untuk memperoleh ilmu. Jangan mau terpedaya oleh rayuan ‘menunda-nunda’ dan ‘berangan-angan panjang’, sebab setiap detik yang terlewatkan dari umur tidak akan tergantikan.” (KH. Hasyim Asy’ari)

Demikian, apakah yang sudah kamu lakukan dan berikan untuk bangsa dan negara sejauh ini, wahai pemuda?

Judul Buku: Nasionalisme Pemuda
     (Pemikiran-pemikiran KH. Hasyim Asy’ari)
Penulis: Seto Galih Pratomo
Penerbit: Literasi Bangsa
Tahun: 2021
Tebal: xiii + 313
Peresensi: Rara Zarary*