335700_kh-salahuddin-wahid--gus-sholah--ke-kantor-redaksi-viva-co-id_663_382Oleh: Dr. Ir. KH. Salahuddin Wahid, Pengasuh Pesantren Tebuireng

Bertepatan dengan Hari Anti Korupsi Nasional (9/12), diselenggarakan apel pelajar di Tugu Proklamasi untuk mencetuskan Sumpah Pelajar Indonesia. Inti sumpah itu ingin meneguhkan tekad belajar untuk menjadi generasi bersih, transparan, dan profesional. Sumpah juga direncanakan dilakukan pelajar di berbagai kota.

Diri Sendiri

Para pelajar yang mengangkat sumpah itu sadar, jika ingin memperbaiki kehidupan dan masa depan bangsa, kita harus memperbaiki manusia Indonesia terutama generasi muda. Mereka sadar, tanpa memperbaiki diri sendiri, mereka tidak bisa meminta orang lain untuk menjadi bersih, transparan, dan profesional. Mereka mengikuti kata-kata Rasulullah, ibda` bi nafsik, mulailah dari dirimu sendiri.

Tentu banyak yang ragu, apakah sumpah itu akan efektif? Mari kita simak latar belakang dari lahirnya Sumpah Pelajar. Bermula dari prakarsa para pelajar SMA Negeri 13, Jakarta Utara yang mempratikkan ulangan tanpa pengawasan sebagai permulaan yang apik. Kalau ada yang mencontek, pasti akan ketahuan. Selain itu, di sekolah tersebut dibuka kantin tanpa penjaga. Siswa mengambil barang, membayar, dan menerima uang kembalian tanpa ada yang megawasi.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Pendidikan atau pelatihan guna menanamkan kesadaran dalam diri siswa menjadi urgen. Agar mereka punya tekad menjadi manusia yang bersih, transparan dan profesional. Secara berkala diadakan pemilihan sejumlah siswa bersih, transparan, profesional (BTP) sebagai langkah apresiatif.

Generasi Transparan

Dalam sambutan saya sampaikan, harapan itu betul-betul menjadi sesuatu yang diucapkan di mulut sekaligus dihayati di dalam hati dan jiwa agar berdampak nyata. Para pelajar harus menjadikan sumpah itu mulia dan bersejarah seperti Sumpah Pemuda. Jangan meniru sumpah palsu sebagian pejabat yang ternyata sampai hati mengkhianati sumpah mereka dan menyalahgunakan kekuasaan yang diamanatkan rakyat. Bersih yang dimaksud ialah bersih hati, bersih jiwa yang mengandung pengertian kasih sayang, penghargaan terhadap kemanusiaan, kejujuran, ketulusan, dan menghargai hak orang lain dan tidak tamak.

Bersih tidak sesuai dengan kekerasan (tawuran), kejahatan, kecurangan, kemunafikan, prasangka buruk dan permusuhan. Pada dasarnya, fitrah kita terhadap manusia cenderung pada nilai-nilai yang terkandung dalam makna bersih seperti itu.

Generasi transparan sejalan dan sejiwa dengan generasi bersih. Jika kita bersih, dengan sendirinya kita transparan karena tidak ada yang ditutup-tutupi dan disembunyikan. Yang lebih bersih dan transparan pasti mereka yang cerdas secara emosional dan punya sikap mental positif. Yang bersih dan transparan tentu punya modal besar untuk menjadi profesional, dengan menambahkan sejumlah kelebihan atau keunggulan. Generasi profesional lebih menghargai prestasi daripada prestise, menghargai kerja keras. Mereka berdisiplin waktu dan tidak mudah menyerah.

Syarat dasar jika kita ingin mewujudkan budaya unggul di masyarakat adalah mewujudkan budaya bersih dan trasparan. Jadi, para pelajar itu mampu memahami makna strategis sumpah mereka. Mampu memahami budaya bersih (jiwa dan fisik) adalah syarat dasar untuk membangun bangsa dan negara. Jika para pelajar di atas betul-betul mampu menjadi generasi muda yang bersih, tentu lingkungan sosial sekolah pasti juga menjadi bersih. Perilaku guru dan karyawan seharusnya juga akan menjadi bersih, lalu transparan dan profesional. Diharapkan lingkungan keluarga pelajar itu, sedikit banyak, juga akan terpengaruh.

Tetapi, kita tentu sadar bahwa sumpah itu memerlukan dukungan kuat dari masyarakat luas, para orang tua, pers, dan pejabat pemerintah, khususnya di dunia pendidikan. Tanpa dukungan luas dan serius, gema sumpah pelajar itu hanya merupakan angin semilir yang tidak mampu mengubah keadaan. Sama dengan angin semilir lainnya yang telah menyapa kita, lalu pergi tanpa meninggalkan bekas.

*Artikel ini dimuat di Majalah Tebuireng edisi 42 (Januari-Februari 2016), dimuat ulang untuk kepentingan pendidikan