Judul Buku             : Ketika Kiai Mengajar Matematika

Penulis                    : Abdusysyakir, M.Pd.

Penerbit                  : UIN-Malang Press

Tahun                      : I, Mei 2007

Tebal                       : xii + 208 halaman

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Resensor                : Fani Inganati*

 

 

Banyak orang bertanya untuk apa kita mempelajari matematika terus menerus dari sekolah dasar hingga dibangku kuliah padahal materi-materi yang diajarkan tidak sepenuhnya diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Sampai saat ini pun banyak orang yang anti dengan kata “matematika”. Entah apa yang membuat orang selalu merinding apabila harus menghadapi persoalan tentang matematika. Teringat akan masa sekolah dasar, kita harus menghafalkan perkalian dan pembagian angka dalam matematika, berlanjut ketingkat sekolah menengah atas banyak materi yang baru dan membuat kita semakin bertanya-tanya apa kegunaan materi ini selain untuk dicari jawaban dari soal-soal yang disuguhkan.

Apabila kita sadari bahwa sebenarnya matematika telah mendarah daging dalam kehidupan manusia, disadari atau tidak kita selalu menerapkan materi matematika dalam kehidupan kita mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi. Seperti simbol matematika dalam bentuk angka untuk menunjukkan waktu, bangun datar serta bangun ruang untuk membentuk suatu benda. Tak lupa dalam hal keuangan kita pasti memakai matematika.

Dalam Al-Qur’an pun matematika dibahas sebagai ilmu yang diciptakkan oleh Allah SWT. Himpunan, relasi himpunan, operasi himpunan serta bilangan dalam matematika menjadi bukti bahwa Al-Qur’an pun membahas tentang matematika. Jika matematika dibahas dalam Al-Qur’an, dimana Al-Qur’an merupakan pedoman Islam, maka sebagai muslimin kita dianjurkan untuk belajar ilmu matematika.

Dalam konteks ini, buku karya Abdusysyakir telah hadir dihadapan pembaca. Beliau mencoba untuk menjelaskan tentang hakikat matematika agar pembaca mengerti tentang definisi matematika serta filsafatnya. Buku ini pun membahas tentang keberadaan matematika dalam Al-Qur’an, mencoba mengajak kita untuk memaknai konsep matematika dalam konteks keislaman. Dari tiga pembahasan yang disajikan oleh Abdusysyakir ini, beliau mengajak kita untuk mempelajari ilmu matematika karena matematika ada dalam Al-Qur’an. Kalau matematika sudah dibicarakan dalam Al-Qur’an, apakah umat Islam masih alergi dengan matematika?

“Matematika merupakan abstraksi dari dunia nyata. Abstraksi secara bahasa berarti proses pengabstrakan. Abstrak berarti tidak nyata, lawan kata dari kata riil. Abstraksi sendiri dapat diartikan sebagai upaya untuk menciptakan definisi dengan jalan memusatkan perhatian pada sifat yang umum dari berbagai objek dan mengabaikan sifat-sifat yang berlainan. Karena matematika merupakan abstraksi dari dunia nyata, maka objek matematika bersifat abstrak, tetapi dapat dipahami maknanya” (halaman 7).

Dalam buku ini, dijelaskan bahwa salah satu ciri khas matematika yaitu menggunakan bahasa simbol karena untuk menyatakan hasil abstraksi dalam matematika diperlukan suatu media komunikasi atau bahasa. Dalam hal ini bahasa yang digunakan dalam matematika adalah bahasa simbol yang dapat menyatakan suatu bilangan. Simbol akan tanpa arti apabila tidak dikaitkan dengan konteks tertentu.

Disisi lain banyak terdapat bukti-bukti bahwa matematika pun ada dalam Al-Qur’an, seperti pembahasan mengenai relasi bilangan. Dimana macam relasi bilangan yaitu ada relasi sama dengan (=), relasi lebih dari (>) dan lainnya. Dalam surat Al-Mujadalah ayat 7 terdapat kalimat yang menggunakan relasi bilangan yaitu “… Tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dia-lah keempatnya. Dan tiada (pembicaraan antara) lima orang melainkan Dia-lah keenamnya. Dan tiada (pula) pembicaraan antara jumlah yang kurang dari itu atau lebih banyak, melainkan Dia berada bersama mereka di manapun mereka berada…”. Dalam hal ini ayat tersebut menggunakan bilangan 3, 4, 5, dan 6 banyaknya orang. Maka relasi yang digunakan adalah kurang dari. Simbol relasi yang digunakan adalah <. Ini merupakan bukti pentingnya ilmu matematika dalam menerjemahkan bahasa Indonesia menjadi bahasa matematika yang universal.

Kehadiran buku ini tidak hanya mengungkapkan apa yang dimaksud dengan matematika tetapi lebih dari itu, penulis buku mengungkapkan definisi matematika dengan bukti yang tertera dalam Al-Qur’an. Hal ini akan membuat para pembaca semakin yakin bahwa tidak ada kata anti atau alergi terhadap matematika karena bukti adanya matematika tertera jelas dalam Al-Qur’an.

 

*Resensor adalah Mahasiswi Fakultas Ilmu Pendidian UNHASY dan aktif di komunitas penulis muda Tebuireng, Sanggar Kepoedang