Ket. Bapak Bondan Gunawan, Mensesneg di era Gus Dur

Tebuireng.online- Peringatan 9 tahun wafatnya Gus Dur (16/12/18) bertempat di area maqbaroh masyayikh Tebuireng, dihadiri oleh keluarga besar almarhum Gus Dur, sahabat,  serta masyarakat sekitar maupun dari berbagai penjuru daerah. Salah seorang yang menghadiri acara tersebut yaitu Bapak Bondan Gunawan (Mensesneg era Gus Dur).

Beliau menyampaikan beberapa pengalaman bersama Gus Dur yang mungkin atau bisa jadi belum kita ketahui bersama, karena Gus Dur mempunyai teman yang begitu banyak  maka dari pengalaman pribadi-pribadi teman bersama Gus Dur banyak juga yang berbeda antara lain perdebatan. Sebelum masuk perdebatan beliau itu ingin menjadi seorang presiden

“Saya bersahabat dengan Gus Dur itu sejak muktamar (rapat akbar) di Situbondo dimana saya membantu untuk membawa alat-alat dapur dari AMN Magelang untuk dibawa ke Situbondo,” ucap pak Bondan.

Terus berlanjut persahabatan itu. (Kedekatan) yang mempunyai makna politik adalah sejak acara istighasah di parkir timur Senayan. Sesudah itu teman-teman mahasiswa di Jember mengundang Gus Dur untuk bicara di sana. Panglima Kodam dan seluruh stafnya itu sudah pesan bahwa yang namanya “Abdurahman Wahid” tidak boleh bicara di Jawa Timur.  

Panglima kodamnya pak Utomo, gubernur waktu itu. Semuanya tidak ada yang berani mengundang Gus Dur. Kebetulan (waktu itu) ada mahasiswa yang mengundang, tentu kegiatan mahasiswa harus disetujui oleh pembantu rektor yang mengurusi kemahasiswaan. Diizinkanlah oleh pembantu rektor karena tidak ada nama Gus Dur, yang ada nama Abdurahman Wahid. Setelah diizinkan, berlangsung acara tersebut, setelah istighosah, lalu sang rektor dipanggil oleh komandan kodim.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Lanjut cerita, “Anda ini sudah dipesan untuk tidak mengundang Gus Dur tapi ini loh datang.” Jawab rektor dengan polosnya, “Saya juga udah ngomong jangan ngundang Gus Dur, kalau Abdurahman Wahid nggak papa.”

“Berarti rektor ini gak ngerti, kalau Abdurahman Wahid itu panggilannya Gus Dur, jadi peristiwa lucu semacam itu ada banyak sekali, peristiwa-peristiwa lain yang sangat berkesan dan mungkin juga tidak banyak diketahui, karena Gus Dur itu juga suka bercanda,” ungkap beliau sambil tertawa.

Pak Bondan juga sering berdiskusi dengan Gus Dur, saya sudah konfirmasi kepada pak Sholah (Gus Sholah) dan lain-lain, bahwa Putra pak Wahid Hasyim yang sekolah pesantren itu hanya Abdurahman Wahid (Gus Dur) yang lainnya hanya sekolah umum. Saya menyampaikan ini karena pesantren adalah sarana pendidikan bangsa yang sejak dulu menanamkan semangat kebangsaan dan sejak dulu berfikir untuk kemajuan, maka melahirkanlah manusia yang bernama Abdurahman Wahid.

Jadi kenangan KH. Abdurahman Wahid bukan hanya kenangan manusianya, tapi juga kenangan terhadap ajaran-ajaran yang dia yakini. “Saya mohon kiai-kiai muda yang hadir disini tirulah walaupun sedikit. Jangan merasa sudah menguasai sesuatu apalagi mantan- mantan artis menjadi dai lalu kita panggil al-mukarom, al-mukarom dari mana? Kalau bapak –bapak menyindir mungkin takut melukai hati, tapi kalau saya tidak takut karena teman saya adalah  kyai besar yang ada di sebelah kanan saya ( sambil menengok ke gambar Alm. Gus Dur),” ungkap beliau.


Pewarta: Tika Herlina

Publisher: MSA