Beberapa mahasiswa mengikuti bincang santai atas diterbitkannya kumpulan puisi dan cerpen karya mahasiswa PBSI Unhasy, Jumat (04/05/18). (Foto: Dandy)

Tebuireng.online- Untuk sekian kalinya mahasiswa PBSI Unhasy Tebuireng membukukan hasil karyanya baik antologi cerpen ataupun puisi. Salah satunya, buku kumpulan cerpen “Sepenggal cerita di Kota Terakhir Perjalanan Usia” yang diterbitkan Februari 2018. Buku tersebut merupakan bagian dari tugas kuliah mahasiswa.

Tepat pada Jumat (04/05/18) lalu, buku yang berisi 24 judul cerpen tersebut dibedah di Warung Boenga Ketjil milik Andhi Setyo Wibowo yang ada di Parimono Jombang. Bedah buku sore itu dihadiri oleh para penulis cerpen.

Sastrawan Jombang Anjrah Lelono Broto turut membedah buku kumcer tersebut. Dalam pemaparannya, Penggagas Lingkar Studi Sastra Setrawulan (LS3) tersebut menyebut, kumpulan cerpen di dalam buku tersebut memiliki kesamaan garis tematik, yaitu mimpi.

Kehadiran buku tersebut patut diapresiasi, terutama kepada para penulisnya. Namun, ada beberapa masukan dan saran yang diberikan oleh Anjrah.

Anjrah mengingatkan pentingnya sebuah karya lahir dari ketidakterkpaksaan, termasuk menulis cerita pendek.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

“Memang menulis cerpen untuk pertama kalinya tidak mudah, apalagi  sebelumnya penulis cerpen lebih akrab dengan puisi dan esai-esai,” katanya,

Ia melanjutkan, bagi pemula terkadang perlu sosok rekaan yang lengkap dengan karakteristik berikut konflik-konfliknya. Sehingga bisa menjadikan tokoh di dalam cerpennya sebagai copy paste kediriannya di dunia nyata.

Selain itu bagi seorang penulis cerpen pemula, lanjut Anjrah, perlu memiliki kontrol diri. Bisa jadi penulis terjebak pada menulis ala curhat.

“Jika itu terjadi maka sesegera mungkin, lakukan penghentian, artinya kontrol diri ternyata merupakan kebutuhan mutlak seorang penulis, termasuk penulis karya fiksi,” paparnya.

Dalam bincang sore itu, Anjrah mengapresiasi tiga cerpen yang ada dalam buku tersebut. Di antaranya, cerpen Kota Terakhir Perjalanan Usia karya Rio Hudan Dardiri, Galaksi Mimpi karya Fitri Nurul Afni, dan Mimpiku Tersedak Kelamin Dajjal karya Dandy Asghor Dawudi. Menurutnya, ketiga cerpen tersebut ditulis dengan cukup rapi dan melewati level pemula.

“Seperti misalnya ‘Cerpen Kota Terakhir Perjalanan Usia’ serta merta sudah menunjukkan bahwa Rio HD bukanlah cerpenis pemula. Rio HD mampu menggemas ‘curhat’nya dengan apik, serta membungkusnya dengan kehadiran tokoh Mokhsa yang membawa aura realisme magis. Selain itu, Rio juga menghadirkan tokoh dan pernik-pernik khas pesantren, seperti Kyai dan Bancik (teras bertingkat di seputar masjid maupun ndhalem kyai, pen). Rio HD tidak menjubal-jubalkan referensinya tersebut dengan jumlah yang berlebihan, akan tetapi dalam jumlahnya pas, sehingga enak dibaca,” paparnya.


Pewarta: Dandy

Editor/Publisher: RZ