Pamflet acara. (foto: panitia)

Tebuireng.online– Dewan Eksekutif Mahasantri Asosiasi Ma’had Aly Indonesia (Dema Amali) bekerja sama dengan komunitas literasi mahasantri se-Indonesia, Inspiration Base Initiators and Developers Institution for Santri of Ma’had aly (IBIDSM) gelar Bincang Cerdas Mahasantri pada Minggu (18/12/2022).

Acara ini menghadirkan 2 orang narasumber sesama mahasantri, yaitu Dimas Setyawan Saputra (mahasantri semester akhir dari Ma’had Aly Hasyim Asy’ari, Tebuireng) dan Hilya Aulia (Alumnus Ma’had Aly Kebon Jambu, Cirebon) mengusung tema “Kesetaraan Gender dan Ulama Perempuan”.

Narasumber pertama Dimas Setyawan atau lebih akrab dengan panggilan Bung Dimas, menjelaskan bahwa perempuan secara hukum sah-sah saja menjadi ulama.

“Semuanya dikembalikan kepada kesiapan perempuan itu sendiri. Apakah mereka siap “mengelola” perasaannya sendiri? Karena sudah menjadi rahasia umum bahwa perempuan lebih “perasa” dibandingkan laki-laki” ujar pria kelahiran Jakarta tersebut.

Bung Dimas juga memberi arahan bahwa dunia Islam, di mana volunteer ajarannya lebih dikenal dengan ulama, ialah orang yang mampu mengontrol perasaan dan logika, sehingga dapat berjalan beriringan.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

“Ilmu logika hukum (Mantiq dan Ushul Fiqh) dan logika teologi (Tauhid), harus dikuasai bersamaan dengan penguasaan logika sufisti yang mengadalkan dzauq (rasa). Maka, mengendalikan emosi dan perasaan agar tidak menumpulkan logika adalah PR utama bagi perempuan yang hendak ingin menjadi ulama.” Tegasnya

Kendati demikian, narasumber ke-2 memperinci lagi definisi dari ulama perempuan. Perempuan yang akrab dengan sapaan Hilya ini, mengklasifikan bahwa antara ulama perempuan dan perempuan ulama itu lain.

“Kita harus tahu dulu beda ulama perempuan adalah seorang wanita yang mempunyai kesadaran untuk memajukan dan membela hak-hak perempuan. Maka siapa saja dapat menjadi ulama perempuan, baik itu laki-laki atau perempuan,” terangnya.

Sedangkan, lanjutnya, perempuan ulama merupakan semua orang ang berjenis kelamin perempuan yang memiliki kapasitas keulamaan, baik perspektif keadilan gender maupun belum.

Pewarta: Al Fahrizal