rahasia
Ilustrasi: www.google.com

Oleh: Silmi Adawiya*

Salah satu kebiasaan buruk manusia yang tak ada habisnya adalah mencari kesalahan orang lain. Tak ada yang membayarnya, namun masih banyak yang rela memata-matai tiap kesalahan orang lain.

Bukankah yang begitu hanya mengahabiskan energi dan waktu yang kita miliki? Dan bahkan Allah memisalkan orang yang bersikap seperti itu laksana manusia yang memakan daging saudaranya yang sudah mati.

Jangankan memakan, membayangkan saja sudah menjijikkan. Kalaupun demikian, masih sudikah kita mencari-cari kesalahan orang lain? Dalam QS Al Hujurat ayat 11 disebutkan:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purbasangka (kecurigaan), karena sebagian dari purbasangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.”

Bagi seseorang yang sudah terbiasa dengan kejelakan tersebut, Rasulullah memberikan tips jitu agar keluar dari kebiasaannya. Asalkan disertai kemauan yang kuat, insyaAllah kebiasan buruk tersebut bisa diganti dengan amal saleh yang menguntungkan. Rasulullah bersabda:

من نظر في عيب نفسه اشتغل عن عيب غيره

“Barang siapa yang melihat aib sendiri maka ia akan terpalingkan dari aib orang lain.”

Hadis tersebut mengajarkan kita salah satu jurus jitu untuk tidak senang mencari kesalahan orang lain adalah dengan sibuk mengevaluasi diri sendiri.

Efek yang disebabkan oleh kesenangan mencari kesalahan orang lain adalah bermusuhan dan mencari pasukan pembelanya. Keadaan menjadi tidak aman sebab seseorang diantaranya sering membuka aib orang lain, sehingga orang lain pun percaya dan menjauhinya. Padahal belum tentu juga si penyebar aib tersebut lebih baik dari pada orang lainnya.

Alangkah lebih indahnya jika hidup bersosial dengan baik tanpa unsur mencari kesalahan orang lain demi panjat sosial. Sibuk dengan megoreksi kesalahan sendiri dan memperbaikinya jauh lebih bijak daripada mencari kesalahan orang laindan menyebarkanya.

Bukannkah Allah akan membantu menutupi kesalahan dan ain seseorang ketika seseoramh tersebut mampu men utupi kesalahan dan aib saudaranya? Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi menyebutkan:

منْ نَفَّسَ عَنْ مُسْلِمٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ فِي الدُّنْيَا يَسَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَمَنْ سَتَرَ عَلَى مُسْلِمٍ فِي الدُّنْيَا سَتَرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَاللَّهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ

“Barangsiapa yang meringankan (menghilangkan) kesulitan seorang muslim kesulitan-kesulitan duniawi, maka Allah akan meringankan (menghilangkan) baginya kesulitan di akhirat kelak. Barangsiapa yang memberikan kemudahan bagi orang yang mengalami kesulitan di dunia, maka Allah akan memudahkan baginya kemudahan (urusan) di dunia dan akhirat. Dan barangsiapa yang menutupi (aib) seorang muslim sewaktu di dunia, maka Allah akan menutup (aibnya) di dunia dan akhirat. Sesungguhnya Allah akan senantiasa menolong seorang hamba selalu ia menolong saudaranya.”

*Alumni Pondok Pesantren Putri Walisongo Jombang.