Fauzan Abdillah, CEO INFIS Surabaya, membagikan materi dalam acara Talkshow Film Clinic di Pesantren Tebuireng, Rabu (24/5). (Foto: maksi/kopiireng)

Namanya Fauzan Abdillah, anak terakhir dari 3 bersaudara kelahiran 1988 ini memulai karirnya di saat masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP). Lelaki asli Surabaya ini kini sudah menjadi CEO muda di (INFIS) Independen Film Surabaya.

Berawal dari hobi, tak disangka kini hobi itulah yang mendatangkan rezeki berupa karir, dan menjadikannya orang yang sukses di dunia perfilman. Dalam cerita singkatnya, ia mengaku bahwa saat masih zaman SMP, ia mulai mencoba mengotak-atik video yang ada di VCD. Ia mulai memotong video di dalamnya dan digabungkan dengan video lain untuk mengasah skillnya. Alhasil ternyata itu merupakan passionnya dan sampai sekarang ia masih berkecimpung di dunia perfilman.

Tak hanya mencoba mengotak-atik video saja, keinginannya untuk masuk dunia perfilman juga berkat Pakdenya yang dulu sering mengajak ia menonton hingga ia bisa mempelajari makna yang terkandung dalam film yang ia tonton. Pria itu mengaku sejak saat itu lah perasaan ingin menulis sebuah karya timbul.

Namun seperti pengakuannya, bahwa ternyata perjalanannya tak segampang membalik telapak tangan, ia mulai dari SMP sudah belajar membuat video pendek dengan modal hp Nokia saja, tak pantang menyerah ia kemudian bergabung dengan INFIS sejak tahun 2003, sampai sekarang dan telah memiliki lebih dari 30 karya, baik film pendek, series bahkan film panjang.

Lalu pada hari ini, Rabu (24/5/2023) di gedung Yusuf Hasyim lt. 3 Pesantren Tebuireng, ia berdiri gagah di atas podium memberikan dan membagi ilmunya pada ratusan santri. Ia mengaku bahwa hal ini merupakan pengalaman luar biasa dan tentu selalu ia syukuri sebagai perjalanan hidup Dalam meniti karir juga pengabdian hidupnya.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Dalam pemaparan materi hari itu, ia menjelaskan tentang bagaimana cara agar pemula bisa membuat film yang menarik dan bisa menjadi terkenal. Ia juga menceritakan pengalaman di dunia perfilman supaya peserta yang kebanyakan anak muda bisa termotivasi untuk membuat film yang memiliki manfaat dan banyak digandrungi masyarakat.

Di akhir wawancara bersama tim Tebuireng online, ia menyampaikan tak akan bisa menjadi seperti ini jika tanpa dukungan dari kedua orang tuanya, karena selain ini adalah passionnya namun jika tanpa adanya dukungan mungkin akan terbuang percuma.

“Saya itu mengidolakan mama saya sendiri, tokoh idola saya itu mama saya sendiri, walaupun mama itu masih memiliki suami, dan bukan single parents tapi ya menurut saya mama saya itu orang paling etos kerja, saya itu terinspirasi sama mama saya yang bisa melakukan banyak hal sendiri, dan saya pingin mencontoh seperti itu.” ungkap Fauzan saat diwawancarai.

Pewarta: Albii