tebuireng.online– Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Tarbiyah mengadakan bedah buku “Filsafat Menejemen Pendidikan Islam” Senin (25/05) di Auditorium Universitas Hasyim Asy’ari (UNHASY) Tebuireng . Buku yang dibedah merupakan buku kumpulan makalah terbaik mengenai menejemen yang tercetak menjadi sebuah buku.
Tepat pada pukul 08.00 WIB. Acara tersebut dihadiri lansung oleh Pembantu Rektor III Muhammad, M.Pd., Dekan Fakultas Tarbiyah Drs. H. Syamsuddin, M.PdI., para dosen dan Mahasiswa Fakultas Tarbiyah serta para mahasiswa baik mahasiswa UNHASY maupun kampus lain se-Jombang.
Pak Dekan memberikan apresiasi yang positif dengan adanya bedah buku ini. Pasalnya satu dari penulis buku ini adalah alumnus Prodi PAI Fakultas Tarbiyah UNHASY. “Selamat datang putraku “Imam Subhi”, saya bangga sama antum semoga ilmunya barokah dan semoga buku yang akan antum bedah menjadi motivasi bagi mahasiswa lainnya”, ujar Pak Syamsuddin di depan ratusan peserta.
Narasumber yang dihadirkan di depan peserta bedah buku adalah Imam Subhi (alumni UNHASY Fakultas Tarbiyah), Amar Khana (salah satu penulis dalam buku filsafat pendidikan) dan Prof. Dr. Hj. Mardiyah selaku Dosen Manejemen Fakultas tarbiyah sekaligus pembanding dalam buku “filsafat pendidikan”.
“Terimakasih kepada Bapak Syamsuddin dan Ibu Hj. Mardiyah yang telah memperkenankan untuk mmembedah buku saya dikampus yang pernah menjadi tempat belajar kami. Imam mengaku sangat bersyukur bisa membedah buku di tempat ia belajar beberapa tahun silam.
Makalah yang Imam Subhi tulis berbicara tentang kepemimpinan di pesantren. Ia mengatakan bahwa sekolah yang baik adalah tergantung pada bagaimana kepala sekolah mampu memenej dengan baik sistem sekolah tersebut.
Amar Khana salah satu penulis bahwa sisitem pendidikan di pesantren harus memiliki jaminan yang jelas. Agar menejemen dan mutu yang akan didapatkan berkualitas.
Setelah pemaparan dari kedua penulis buku tersebut, bertindak sebagai pembanding Ibu Hj, Mardliyah mengupas buku tersebut. Dengan tegas Hj. Mardiyah mengungkapkan bahwa judul buku tersebut tidak singkron dengan isi-isi tulisan yang terdapat dalam buku. Beliau meluruskan bahwasanya ada perbedaan jauh antara sistem pendidikan di pesantren dan sisitem pendidikan di non-pesantren.
“Dalam buku ini tidak seharusnya berjudul Filsafat Pendidikan karena dari semua kumpulan tulisan ini tidak ada yang menceritakan mengenai antologi, epistimologi dan aksiologi tentang pendidikan”, ungkapnya. Menurutnya, jika memang buku tersebut ingin membahas tentang filsafat pendidikan, seharusnya menbahas tentang hah-hal yang bersangkutan dengan filsafat.Ia juga berharap agar tidak menyamakan antara pendidikan di pesantren dengan di non-pesantren.
Mengetahui buku yang ia tulis dikritik oleh sang dosen, Imam Subhi menganggap bahwa itu adalah bagian dari kritikan yang membangun. Karena baginya, tidak ada tulisan yang sempurna. Ia juga mengaku akan terus berkarya dan menelorkan buku-buku lain yang lebih baik. (ittaqi/abror)