tebuireng.online– Sekolah menulis jilid III terus bergulir memasuki bulan terakhir. Puisi menjadi materi kali ini yang disampaikan oleh Penyair asal Sumenep, Madura, Muhammad Faizi di Kantor Unit Penerbitan Pesantren Tebuireng pada hari Jumat, 22/05/15.

Meski menjelang akhir sekolah (memasuki bulan ke-3) para siswa sekolah menulis masih tampak membludak. Terbukti kantor UPPT yang berukuran 8m x 9m tampak disesaki para peserta yang antusias mendengarkan penjelasan penyair yang pernah ke Jerman untuk membacakan salah satu puisinya itu.

Perlu diketahui, beberapa karya telah ditelurkan oleh penyair kelas kakap asal Pesantren al-Nuqoyah Guluk-Guluk Madura tersebut. Diantaranya adalah antologi puisinya tentang malam. Antologi  tersebut selain diterbitkan dengan berbahasa Indonesia juga telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris.

“Sebenarnya untuk menjadi penyair Internasional ada banyak faktor. Salah satunya relasi. Awalnya puisi bertemakan malam itu dibedah di Tebuireng pada tahun 2007. Lalu suatu ketika saya mengikuti acara sastra Ubud Writers and Readers Festival (UWRF) di Bali. Seorang turis asal Jerman yang bernama Martin Jankowski  yang juga mengikuti acara tersebut membaca puisi saya yang berbahasa Inggris dan dia tertarik. Diundanglah saya dalam acara Jakarta-Berlin Arts Festival di Jerman itu” Jawab lelaki penggemar angkutan umum tua tersebut, dengan gayanya yang santai.

Lora yang sederhana dengan memakai sarung dan baju batik itu tampak tersenyum ketika menjawab setiap pertanyaan yang diajukan peserta. “Ketika saya tanya kenapa dia (red-turis) mengundang saya ke Jerman, bukankah masih banyak penyair yang lebih ahli dibanding saya? Dia menjawab, puisi kamu membahas tentang malam adalah hal yang hampir tidak ada penyair yang menjadikan malam sebagai objek. Kebanyakan mereka menjadikan malam sebagai latar, bukan objek utama”, lanjut Lora Faizi menceritakan pengalamannya.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

“Menjadi keistimewaan tersendiri ketika bisa menghadirkan seorang penyair yang benar-benar serius menekuni bidang itu. Puisi yang dibacanya menjadi tampak hidup dan memiliki ruh”, ungkap Septian Pribadi, Ketua Panitia Sekolah Menulis Jilid III. Jum’at depan panitia akan menghadirkan cerpenis nasional, Eva Iqbal. (MSP’/abror)