Oleh: Achmad Roziqi*

Imam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad al-Ghazali menjadi sosok besar yang sangat masyhur akan kealimannya pada banyak bidang keilmuan, seperti tauhid, fiqh, ushul fiqh, ahlak, tasawwuf dan ilmu-ilmu lainnya. Pengkaji karyanya hampir merata di pondok pesantren dengan segala jenjang pendidikannya begitu pun perguruan tinggi baik di dalam maupun luar negeri.

Hadhratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari dalam beberapa karya beliau menyebutkan Imam Al-Ghazali berikut karyanya. Di antaranya adalah tahapan para santri dalam tafaqquh fi al-diin, dijelaskan Hadhratussyaikh haruslah tertib dalam tadarruj; (bertahap) tidak boleh loncat-loncat. Tahapan awal bagi santri adalah menguasai ilmu atas apa yang menjadi kewajibannya, yaitu tauhid, fiqh dan tasawwuf. Imam Al-Ghazali menyusun kitab awal guna menggugurkan kewajiban itu di antaranya adalah Bidayah al-Hidayah karya Hujjah al-Islam Abu Hamid al-Ghazali.

Panduan belajar ini ditulis oleh Hadhratussyaikh dalam kitab beliau, Adab al Alim wa al Muta’allim. Selain itu, Hadhratussyaikh pun menyebutkan Imam Al-Ghazali dalam karya beliau Risalah Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah. Beliau menegaskan bahwa Imam al-Ghazali dan Imam Abu al-Hasan al-Syadzili sebagai dua tokoh ulama besar yang diikuti Muslim Jawa dalam bertasawwuf sejak berabad-abad lamanya.

Dalam bacaan kami, dua tokoh besar ini; Imam al-Ghazali dan Imam Abu al-Hasan al-Syadzili walau tidak semasa tetapi memiliki kedekatan hubungan yang luar biasa. Hal ini nampak diantaranya dalam beberapa pujian Imam al-Syadzili sebagai berikut:

إذا عرضت لكم إلى الله حاجة فتوسلوا إليه بالإمام أبي حامد الغزالي رضي الله عنه


Jika engkau memiliki hajat kepada Allah maka bertawassullah kepada Allah dengan wasilah Imam Abi Hamid al Ghozali radhiyallahu ‘anhu

  رأيت المصطفى صلى الله عليه وسلم في المنام باهى عيسى وموسى عليهما السلام بالغزالي وقال هل في أمتكما مثله؟ قالا لا

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online


Dalam mimpi, aku melihat Hadhratur Rasul shallalhu ‘alaihi wa sallam membanggakan Imam al Ghozali kepada Nabi Isa dan Musa ‘alahima al-salam wa ‘ala nabiiyina afdhalu al-sholatu wa al-salam seraya berkata: Apakah dalam umatmu ada sosok layaknya al-Ghazali? Lalu mereka berdua menjawab: Tidak ada.

Dari kekaguman Imam Abu al-Hasan al-Syadzili kepada Hujjah al-Islam Imam al Ghazali inilah maka tak heran di antara wasiat beliau kepada para santri beliau adalah mengkaji karya-karya Hujjah al-Islam Imam al-Ghazali.

Layaknya laut tanpa tepi yang bisa menenggelamkan siapa saja, inilah gambaran kehebatan Imam al-Ghazali, di mata Sang Guru beliau, Imam al-Haromain al-Juwaini. Ketika sang murid menyelesaikan karya ushul fiqhnya; al-Mankhul, Imam Juwaini berkata:

دفنتني وأنا حي هلا صبرت حتى أن أموت


Engkau telah menguburku hidup-hidup, hendaknya engkau bersabar menunggu aku mati.

Pujian yang begitu dalam dan menggetarkan dari Sang Guru kepada Imam al-Ghazali. Tentunya masih sangat banyak lagi pujian-pujian ulama kepada Hujjah al-Islam al-Ghazali tetapi langkah nyata dari bentuk kecintaan kita kepada beliau tentunya tidak berhenti mengaguminya tanpa mengkaji karya-karya beliau.


*Santri Tebuireng