Ratusan peserta dari santri, mahasiswa, dan masyarakat umum ikuti bedah majalah edisi Gus Dur di aula lantai 3 Yusuf Hasyim Tebuireng Jombang. (foto: irsyad)

Tebuireng.online— Dalam rangka Haul ke-15 Gus Dur, Tim Majalah Tebuireng bekerja sama dengan panitia haul menyelenggarakan bedah majalah edisi 94 yang berjudul “Gus Dur: Dari Santri, Politisi, hingga Wali” pada Jum’at (20/12/24). Acara yang mengundang KH. Husein Muhammad ini berlangsung di lantai 3 gedung Yusuf Hasyim Tebuireng.

Turut hadir pada acara ini, pembicara kedua yaitu Direktur Tebuireng Media Group, Dr. Muhammad Anang Firdaus. Gus Ghofar mewakili Pengasuh Pesantren Tebuireng memberi sambutan. Ibu Nyai Farida Salahuddin Wahid, Dzurriyah Tebuireng, kepala unit sekolah, Gusdurian Jombang, dan ratusan peserta dari beragam daerah.

“Saya ketemu dengan Gus Dur pas saya itu masih SMP apa SMA gitu, saya merasakan perhatian beliau juga seperti yang banyak orang ceritakan, beliau itu benar-benar orang yang pandai menempatkan diri di mana pun berada itu yang membuat saya kagum kepada beliau,” ungkap Sekretaris Utama Pesantren Tebuireng itu.

Pada kesempatan itu, pembicara pertama yaitu Dr. (HC) KH. Husein Muhammad (Buya Husein), menyampaikan 1 quote yang diakaui sebagai satu hal yang selalu diingat hingga saat ini, “jangan pernah tinggalkan hari tanpa buku, itu pesan Gus Dur yang saya ingat betul sampai sekarang,” ungkapnya. Buya juga mengumumkan bahwa besok menghadiri acara puncak haul untuk membacakan doa.

Para pembicara bersama Dzurriyah dan Mudir Pesantren Tebuireng foto bersama sebelum acara talkshow bedah Majalah Tebuireng edisi Gus Dur dimulai. (foto: irsyad)

Selain itu, acara bedah buku ini juga diisi oleh Dosen Mahad Aly Hasyim Asy’ari, Dr. Muhammad Anang Firdaus. Pada saat itu, beliau menjawab pertanyaan yang diajukan oleh moderator, tentang kenapa banyak orang yang kontroversi dengan pendapat Gus Dur.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Baca Juga: Dirut Tebuireng Media Group Ungkap Cara Gus Dur Atasi Perbedaan Pendapat

“Gus Dur itu selalu berpegang teguh dengan keputusan yang beliau buat, karna bagi beliau selagi tidak menyimpang dari asas-asas agama itu bisa, beliau itu ingin mengemas pesantren secara kekinian biar bisa di terima oleh masyarakat sekarang,” terang penulis buku Kiai Sufi itu.

Ustadz Anang menambah jawaban bahwa pesantren sudah eksis sebelum negara kita merdeka, “masa iya dengan berubahnya zaman pesantren juga tidak mengikuti, itu semua tujuannya menyegarkan pesantren yang statis, pesantren kalau hanya ngmongnya tentang kitab kuning saja, nggak bisa nyambung sama orang lain yang berbicara mengenai perubahan,” terangnya.

Soal Gus Dur juga, Bunyai Farida Salahuddin Wahid selaku adik ipar Gus Dur juga ikut terkesan dengan terselenggaranya acara ini.

“Bagi saya beliau itu sosok adik ipar yang seperti adik saya sendiri, meskipun kadangkala ada perbedaan pendapat dengan Gus Sholah, tapi mereka itu tetap damai, tetap menjadi kakak adik yang harmonis,” jelasnya.



Pewarta: Albii