tebuireng.online – Sejarah perjuangan ulama NU banyak yang tidak tercatat dalam buku-buku sejarah yang selama ini beredar dan menjadi dokumen negara. Hal ini disampaikan Khoirul Anam dalam forum bedah buku Ensiklopedia NU yang digelar di Pesantren Bahrul Ulum Tambak Beras Jombang, Sabtu (21/6).1403411019

Karenanya, kata salah satu penulis Ensiklopedia NU itu, buku yang diluncurkan PBNU Mei lalu ini merupakan upaya minimalis dalam mencatat dan mendokumentasikan sejarah NU dalam membangun bangsa Indonesia. 

“Ini adalah upaya minimalis, dan masih banyak cerita-cerita yang belum bisa termuat dalam buku 4 jilid ini,” beber Anam mengawali diskusi.

Anam mengungkapkan, salah satu sejarah besar perjuangan ulama NU yang tidak tercatat itu adalah perjuangan pendiri NU dalam mengobarkan Resolusi Jihad dalam rangka mempertahankan Tanah Air dari ancaman penjajahan. “Ini karena orang NU tidak terlibat aktif dalam penulisan buku buku sejarah,” tuturnya.

Abdul Ghofur Maimoen Zubair yang turut menjadi narasumber bedah buku itu meminta agar sejarah pendidikan di pesantren dan madrasah mendapatkan perhatian untuk ditulis. Menurutnya, metode dan kurikulum madrasah sangat unik.

“Bagaimana kurikulum pesantren dan madrasah bisa seperti itu, dari mana para kiai ulama membuat kurikulum pendidikan madrasah. Karena kurikulum madrasah lebih baik dari kurikulum yang ada sekarang,” ujar putra KH Maimoen Zubair ini.

Gus Ghofur, sapaanya, mengatakan, untuk memperkaya referensi Ensiklopedia NU perlu juga menambahakan karya khas ulama pesantren asli Indonesia yang selama ini belum terpublikasikan.

“Seperti tafsir Al-Quran 30 juz yang telah ditulis ulama pesantren Cirebon, belum lagi hadits dan kitab-kitab lain yang asli karya ulama pesantren Indonesia,” pintanya.

Sementara itu, Ketua PBNU M Imam Azis mengatakan, soal buku 4 jilid ini, pihaknya menginginkan adanya referensi sejarah nasionalisme yang bisa ditanamkan para ulama dan santri di Nusantara ini.

“Nasionalisme santri telah terbangun dan telah dirintis para ulama tidak hanya disini, tetapi jaringan membangun nasionalisme juga sudah terbangun para ulama belajar di Makkah,” tuturnya.

PBNU, lanjut Imam, ingin melacak peradaban santri yang di dalamnya NU menjadi pelopor nasionalisme. “Peradaban santri Ahlus sunah Waljamaah, baik di Jawa, Sumatera maupun di daerah-daerah lain dan bagaimana ke depannya nanti nasionalisme dibangun,” tandasnya.

Ensiklopedia NU diluncurkan pertama kali di aula PBNU, 16 Mei 2014 atau bertepatan dengan peringatan hari lahir NU ke-91 yang jatuh pada 16 Rajab 1435 H. Ensiklopedia ini mengungkap berbagai peristilahan dalam khazanah pesantren, tradisi keislaman lokal, tokoh, fragmen sejarah, dan keorganisasian. (Anwar)

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online