gambar cover novel Tere Liye. (sumber: blograni)

“Aku berhenti mempercayai cerita-cerita ayah ketika umurku dua puluh tahun.” Kalimat pembuka yang ditulis oleh pencerita yang dimainkan oleh sosok Adam. Anak seorang ayah yang begitu suka menceritakan soal sepakbola, klub speak bola dan sahabatnya, yang bagi Adam itu semua adalah cerita belaka.

Novel ini berjudul “Ayahku (bukan) Pembohong” yang ditulis oleh Tere Liye, seorang penulis terkenal dari Indonesia. Buku ini merupakan bagian dari karya-karya sebelumnya yang sering mengangkat tema keluarga, perjuangan, dan nilai-nilai kehidupan.

“Ayahku (Bukan) Pembohong” bercerita tentang seorang ayah yang terjebak dalam dilema besar dalam hidupnya. Ayah tersebut terpaksa membuat keputusan yang berat untuk melindungi keluarganya. Meskipun tindakan-tindakannya mungkin terlihat sebagai kebohongan, namun dia memiliki alasan-alasan kuat dan rasa tanggung jawab yang mendalam di balik setiap keputusannya.

Cerita dalam buku ini menggambarkan konflik emosional dan moral yang dihadapi oleh seorang ayah yang berusaha sekuat tenaga untuk menjaga keharmonisan keluarganya. Alur cerita membawa pembaca melalui berbagai peristiwa dramatis yang menantang nilai-nilai keluarga dan kepercayaan. Penggambaran karakter yang mendalam dan kompleks membuat cerita ini terasa sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari.

Buku ini mengangkat tema besar mengenai kejujuran dan kebohongan, serta dilema moral yang dihadapi seseorang ketika berhadapan dengan situasi sulit. Tema ini ditangani dengan sangat mendalam, menunjukkan betapa kompleksnya hubungan antara kejujuran dan perlindungan keluarga.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Tere Liye dikenal dengan gaya penulisannya yang sederhana namun penuh makna. Dalam “Ayahku (Bukan) Pembohong”, gaya bahasa yang digunakan sangat emosional dan menyentuh. Penulis mampu menyampaikan konflik batin dengan cara yang membuat pembaca terhubung secara emosional dengan karakter-karakternya.

Salah satu pesan utama dari buku ini adalah bahwa terkadang keputusan yang tampaknya salah dari luar bisa jadi merupakan langkah terbaik dalam konteks tertentu. Buku ini mengajak pembaca untuk memahami berbagai perspektif dan mengingatkan kita bahwa setiap tindakan manusia sering kali memiliki alasan dan konteks yang mendalam.

“Ayahku (Bukan) Pembohong” adalah sebuah karya yang menggugah pikiran dan hati, menjelajahi tema kejujuran dan tanggung jawab dengan cara yang sangat manusiawi. Bagi penggemar Tere Liye atau pembaca yang tertarik dengan cerita-cerita emosional dan reflektif, buku ini merupakan pilihan yang sangat baik.

Dalam novel Ayahku (Bukan) Pembohong karya Tere Liye, banyak kutipan yang menyentuh dan menggugah pemikiran. Berikut beberapa kutipan yang mungkin akan memberikan gambaran tentang tema dan pesan yang disampaikan dalam buku tersebut:

“Kebohongan yang paling berat adalah kebohongan pada diri sendiri.” Kutipan ini menggambarkan betapa sulitnya mengakui kebenaran pada diri sendiri, meskipun kita sering kali terpaksa berdalih demi melindungi orang lain.

“Terkadang, apa yang kita anggap sebagai kebohongan, sebenarnya adalah bentuk lain dari cinta yang tidak bisa kita ungkapkan dengan kata-kata.” Kutipan ini menunjukkan bahwa kadang-kadang, tindakan yang tampaknya tidak jujur atau menipu bisa jadi merupakan cara seseorang menunjukkan kasih sayangnya yang mendalam.

“Menjadi orang tua itu bukan hanya tentang memberikan yang terbaik secara materi, tapi juga tentang membentuk karakter dan memberikan teladan hidup.” Di sini, Tere Liye menekankan tanggung jawab besar seorang orang tua tidak hanya dalam hal materi, tetapi juga dalam membimbing dan memberi contoh yang baik kepada anak-anak.

Tapi tahu kah pembaca? Ayah Adam tak pernah berbohong, apa yang ia ceritakan selama ini turun temurun pada Adam dan anak-anaknya adalah cerita nyata. Sebuah kenyataan yang rasanya mustahil terjadi di kehidupan ayahnya yang begitu terlihat sederhana.

“Senang akhirnya bisa bertemu dengan keluarga kau Dam. Satusatunya penyesalanku adalah aku tidak pernah tahu di mana ayah kau tinggal.” Suara sang Kapten membuat Adam terdiam, tak mengatakan apapun di Lokasi pemakaman ayahnya. Benar, ayahnya tak pernah berbohong. Sang Kapten itu benar-benar ada di sana, di pemakaman ayahnya, sebagai sahabatnya.

“Aku turut berduka cita, Dam. Ayah kau adalah segalanya bagi kapten tua ini. Ayah kau terlalu sederhana untuk mengakuinya.” Kapten mengungkap dalam pelukan Adam yang masih terisak manangisi prasangka pada ayahnya selama ini.

“Pagi itu aku tahu, ayah bukan pembohong.” Kalimat terakhir Dam yang menutup novel itu



Judul: Ayahku (bukan) Pembohong
Penulis: Tere Liye
Jumlah halaman: 304 hlm
Cetakan ke-10: Januari 2014
Penerbit: Gramedia
Peresensi: Albii