Buku karya Buya Husein Muhammad, “Islam Agama Ramah Perempuan” yang diterbitkan oleh IRCiSoD. (sumber: Iqra)

Entah sebagian dari kita setuju atau tidak bahwa pesantren dianggap sebagai salah satu lembaga yang memarginalkan kaum perempuan? Dalam istilah lain, pesantren masih sangat erat dengan budaya patriarki, perilaku mengutamakan laki-laki daripada perempuan dalam masyarakat atau kelompok sosial tertentu. (KBBI VI Daring)

Buku ini lahir sebagai respons terhadap doktrin di kalangan pesantren yang menempatkan perempuan dalam posisi subordinat terhadap laki-laki. Tindakan seperti ini sering kali disandarkan pada teks kitab kuning yang telah ditulis dan difatwakan oleh para ulama. Hal ini yang coba dikritik oleh Buya Husein dalam buku ini. Beliau berkeyakinan bahwa agama tidak mungkin melakukan penindasan, marginalisasi, dan kekerasan terhadap siapa pun, termasuk perempuan.

Menurutnya, teks-teks kitab kuning yang dikaji di pesantren adalah hasil interpretasi para ulama terhadap Al-Qur’an dan hadis, yang oleh beberapa orang masih dianggap sama dengan agama, yakni memiliki sakralitas dan keabadian. Ini sekaligus menjadi autokritik yang dilontarkan oleh KH. Husein Muhammad –selaku orang pesantren—.

Sejatinya Buya Husein tidak hendak menyudutkan pesantren atau sejenisnya. Beliau ingin mengajak pesantren untuk lebih terbuka dalam pemikiran, khususnya dalam memberi interpretasi terhadap Al-Qur’an, hadis, dan teks fikih. Ini menjadi salah satu misi pembaruan hukum Islam yang diusung oleh Buya Husein.

Baca Juga: Saya adalah Produk Pesantren

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Buku ini adalah kumpulan tulisan KH. Husein Muhammad yang telah ditulis selama beberapa tahun. Sebagian di antaranya telah dipublikasikan dalam bentuk makalah atau materi seminar, sebagian yang lain secara sengaja ditulis untuk melengkapi tulisan di buku ini. Jika dilihat dari pembagiannya, penulis mengelompokkannya menjadi empat. Terlepas dari pembagiannya tersebut, inti dari tulisan Buya Husein ini adalah beliau ingin menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang memuliakan perempuan.

Di sisi lain, beliau juga menyampaikan kritik terhadap bias gender dalam literatur tafsir dan kekerasan yang mengatas namakan agama. Yang tidak kalah penting bahwa beliau ingin menjunjung kesetaraan dan hak asasi manusia. Menariknya, melalui podcast bersama beliau beberapa waktu yang lalu, gagasan beliau tentang kemanusiaan ini dipengaruhi oleh pemikiran Gus Dur.

Kelebihan dari buku ini adalah pendekatan ilmiah dan kontekstual yang digunakan oleh KH. Husein Muhammad. Beliau mampu mengupas teks-teks Al-Qur’an dan Hadis dengan mengaitkannya pada latar belakang sosial-historis saat wahyu diturunkan, sehingga memberikan sudut pandang yang segar dan relevan. Cara pandang ini mungkin akan sangat cocok untuk teman-teman pelajar hadis, sebagai salah satu opsi pendekatan yang bisa digunakan dalam mengkaji dan meneliti hadis.

Selain itu, bahasa yang digunakan cukup sederhana, memudahkan pembaca dari berbagai latar belakang untuk memahami isi buku ini. Buku ini juga sangat relevan dengan isu-isu kontemporer yang dihadapi perempuan Muslim, seperti pendidikan, pernikahan dini, dan kekerasan berbasis gender.

Baca Juga: Muslimah dan Pikiran Merdeka

Terlepas dari kelebihan tersebut, buku ini tidak luput dari kekurangan. Hemat saya, pendekatan yang terlalu teoritis mungkin akan menjadikan pembaca agak lelah jika tidak terbiasa dengan tulisan semacam ini. Over all, kekurangan ini tidak mengurangi nilai penting dari buku ini sebagai referensi utama dalam memahami Islam yang inklusif dan ramah terhadap perempuan. Wallahu a’lam.



Judul Buku      : Islam Agama Ramah Perempuan
Penulis             : KH. Husein Muhammad
Penerbit           : IRCiSoD (Cetakan I)
Tahun Terbit    : Januari 2021
Tebal               : 396 halaman
Genre              : Nonfiksi, sosial, studi Islam
Peresensi         : Abdillah Afabih