Tebuireng, “Berawal dari Tebuireng untuk Indonesia” begitulah kiranya tema yang diangkat dalam acara tahunan pagelaran seni ke-3 dalam rangkaian acara haflah akhirus sanah tahun 2014 Pondok Pesantren Tebuireng yang diadakan malam kemaren(03/05). Bertempat di lapangan depan Pondok Pesantren Tebuireng Putri, acara berjalan ramai. Selasa(03/05).
Prabu Waseso, Santri Madrasah Mua’allimun kelas 1 dan Hadi Suprantio santri MA Salafiyah Syafi’iyyah menjadi pemandu acaranya. Acara yang dibuka dengan ayat-ayat suci al-Qur’an turut membuat suasana menjadi syahdu oleh Fajrul Falah santri SMP A. Wahid Hasyim dengan membacakan awal surat al-Dahr pada pembukaan. Kemudian diisi dengan gegap gembita Himne Tebuireng oleh para santri.
Sambutan pertama oleh Ketua Panitia dalam hal ini diwakili oleh Nur Kholif, santri MASS dan Alfin santri SMA A. Wahid Hasyim. Atas nama panitia mereka mengucapkan terima kasih kepada pengasuh, pengurus dan jajaran kepanitian yang bekerja keras untuk menyelanggarakan acara ini. Mereka juga mengutip kata-kata Gus Ghoffar, “Santri Tebuireng itu jangan hanya jadi burung emprit di sarang emas, melainkan buktikan santri Tebuireng itu adalah elang yang siap terbang gagah”.
Sambutan kedua oleh bapak Kepala Pondok, H. Ainur Rafiq. Beliau hanya mengucapkan terima kasih dan klarifikasi bahwa performa seni dalam acara ini sudah melalui proses seleksi layak tampil, sehingga tidak ada tampilan yang membuat madharat. “Saya sudah seleksi semuanya dan Alhamdulillah semua aman”.
Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, Dr. Ir. KH. Shalahuddin Wahid yang kebetulan menyempatkan hadir dalam acara penting ini segaligus membuka acara secara simbolis dengan memukul gong. Sayang sekali beliau tidak ditemani oleh Bu Nyai Hj. Farida Shalahuddin yang sedang berhalangan di Ibu Kota. Gus Sholah, Sapaan akrab beliau, menyampaikan rasa penyesalan Bu Nyai Faridah dan mohon maaf yang sebesar-besarnya atas ketidak hadiran, “Bu Nyai sangat ingin sebenarnya”, tambah beliau. Dalam sambutan beliau, menyampaikan sikap anti kekerasan yang harus diterapkan di Tebuireng. Beliau juga menegaskan bahwa Kekerasan bukan solusi dalam pendidikan.
Acara pagelaran seni ini diawali dengan pawai bendera orda dimeriahkan dengan berbagai tampilan dari berbagai unit Pendidikan di Tebuireng mulai dari lagu-lagu nasional, pengibaran bendera merah putih, drama teatrikal, Kabaret, phantomin, silat NH perkasa, Wushu, drumb band marawis nasyid dan tari-tarian daerah seperti tari Saman, tari Kaki Seribu, dan tari lilin juga tarian modern seperti hip-hop, break dance dan Kpop. Selain itu juga diselingi dengan aksi kocak liputan tebuireng yang membuat gelagak tawa pemirsa. Tak kalah menarik pula diselingi dengan tiruan acara di salah satu tv swasta mencakup informasi 7 tempat unik dan 7 tempat paling anker di Tebuireng.
Menurut salah satu penonton, Ubaidillah Wasi’ yang juga Mahasantri Ma’had Aly semester 2, bahwa sejak awal acara yang diprakarsai oleh Ust Habibi ini, menjadi acara faforit tahunan dan menjadi ajang kreatifitas santri dan refleksi tentang nilai-nilai tebuireng yang diusung setiap tahunnya. Acara ditutup dengan pagelaran pantomim dari anak-anak SMP A. Wahid Hasyim. Jombang, 03/05.(Abror)