
Sebuah renungan bagi kita semua, sudah berapa persen kita mengikuti jejak langkah baginda Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam? Begitu sangat jelas, Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kepada kita semua untuk mengikuti baginda Nabi Muhammad melalui beberapa firman Allah, di antaranya:
Surah Ali ‘Imran/3 ayat 31,
قُلۡ إِن كُنتُمۡ تُحِبُّونَ ٱللَّهَ فَٱتَّبِعُونِي يُحۡبِبۡكُمُ ٱللَّهُ وَيَغۡفِرۡ لَكُمۡ ذُنُوبَكُمۡۚ وَٱللَّهُ غَفُورٞ رَّحِيمٞ
Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q. S. Ali ‘Imran/3: 31).
Surah Al-A’raf/7 ayat 158,
قُلْ يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنِّيْ رَسُوْلُ اللّٰهِ اِلَيْكُمْ جَمِيْعًا ࣙالَّذِيْ لَهٗ مُلْكُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۚ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ يُحْيٖ وَيُمِيْتُۖ فَاٰمِنُوْا بِاللّٰهِ وَرَسُوْلِهِ النَّبِيِّ الْاُمِّيِّ الَّذِيْ يُؤْمِنُ بِاللّٰهِ وَكَلِمٰتِهٖ وَاتَّبِعُوْهُ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُوْنَ ١٥٨
Katakanlah: “Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah Yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk.” (Q. S. Al-A’raf/7: 158).
Nabi Muhammad sudah berusaha secara maksimal, mulai dari pencarian hakikat kebenaran hidup, yang dimulai dengan bertahanuth di Gua Hira atau Jabal Nur mulai dari usia 35 tahun, kemudian pada usia mencapai 40 tahun, beliau menerima wahyu kitab suci Al-Qur’an pertama surah Al-‘Alaq/96 ayat 1–5, kemudian kitab suci Al-Qur’an turun secara berangsur-angsur.
Baca Juga: Perniagaan Sukses Dunia Akhirat (1)
Ternyata banyak manusia yang mengingkari kitab suci Al-Qur’an, sehingga pada hari Kiamat nanti ada beberapa golongan manusia yang akan diadukan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dihadapan Allah Subhanahu wata’ala. Hal ini diabadikan pada firman Allah Subhanahu wata’ala surah Al-Furqan/25 ayat 30,
وَقَالَ ٱلرَّسُولُ يَٰرَبِّ إِنَّ قَوۡمِي ٱتَّخَذُواْ هَٰذَا ٱلۡقُرۡءَانَ مَهۡجُورٗا
Berkatalah Rasul: “Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al-Qur’an itu sesuatu yang tidak diacuhkan”. (Q. S. Al-Furqon/25: 30).
- Quraish Shihab menukil pendapat Ibnu Al-Qayyim terkait manusia yang akan diadukan Rasulullah pada Kiamat – pemahaman makna “Mahjuuroo – meninggalkan sesuatu karena tidak senang kepadanya”, antara lain:
- Tidak tekun mendengarkan Al-Qur’an.
- Tidak mengindahkan halal dan haramnya –walau dipercaya dan dibaca.
- Tidak menjadikannya rujukan dalam menetapkan hukum menyangkut Ushul Ad-Din (prinsip-prinsip ajaran agama) dan rinciannya.
- Tidak berupaya memikirkan apa yang dikehendaki oleh Allah yang menurunkannya.
- Tidak menjadikannya obat bagi semua penyakit-penyakit kejiwaan. (Shihab, 464” 2004).
Golongan pertama yang akan diadukan Rasulullah pada hari Kiamat dihadapan Allah, yaitu umat Islam yang tidak tekun mendengarkan Al-Qur’an. Hal ini mengandung pengertian, ketika umat Islam itu tidak tekun mendengarkan Al-Qur’an, berarti telah menyia-nyiakan nikmat terbesar diturunkannya kitab suci Al-Qur’an, yang merupakan petunjuk jalan kehidupannya.
Dikhawatirkan golongan ini akan masuk kategori orang-orang munafik, di mana Allah Subahanahu wata’ala menghilangkan cahaya yang terang benderang dan membiarkan mereka dalam kegelapan yang berlapis-lapis, mereka tuli, bisu dan buta, tidak dapat kembali ke jalan yang benar (Q. S. Al-Baqarah/2: 18).
Golongan kedua yang akan diadukan Rasulullah pada hari Kiamat dihadapan Allah, yaitu tidak mengindahkan halal dan haramnya – walau dipercaya dan dibaca. Kitab suci Al-Qur’an tidak cukup hanya dipercaya dan dibaca saja, melainkan harus diamalkan dalam kehidupan sehari-hari petunjuk dan tuntunannya.
Baca Juga: Perniagaan Sukses Dunia Akhirat (2)
Ketika umat Islam tidak mengindahkan halal dan haramnya, baik terkait dengan bentuk barangnya, maupun cara memperoleh dari hasil usahanya, maka khawatir termasuk golongan para pengikut setan, padahal setan itu musuh yang nyata bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh.
Sebagaimana dijelaskan pada beberapa firman Allah, yang memberikan perintah agar makan dan usaha memperolehnya dengan cara yang halalan thayyiban – halal lagi baik dan bergizi, bahkan dianggap bersungguh-sungguh dalam beribadah kepada Allah, antara lain:
Surah Al-Baqarah/2 ayat 168 – 169,
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ كُلُواْ مِمَّا فِي ٱلۡأَرۡضِ حَلَٰلٗا طَيِّبٗا وَلَا تَتَّبِعُواْ خُطُوَٰتِ ٱلشَّيۡطَٰنِۚ إِنَّهُۥ لَكُمۡ عَدُوّٞ مُّبِينٌ إِنَّمَا يَأۡمُرُكُم بِٱلسُّوٓءِ وَٱلۡفَحۡشَآءِ وَأَن تَقُولُواْ عَلَى ٱللَّهِ مَا لَا تَعۡلَمُونَ
Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan; karena sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu. Sesungguhnya setan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, dan mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui. (Q. S. Al-Baqarah/2: 168 – 169).
Surah Al-Baqarah/2 ayat 172,
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُلُواْ مِن طَيِّبَٰتِ مَا رَزَقۡنَٰكُمۡ وَٱشۡكُرُواْ لِلَّهِ إِن كُنتُمۡ إِيَّاهُ تَعۡبُدُونَ
Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah. (Q. S. Al-Baqarah/2: 172).
Dari informasi dua ayat di atas, bahwa seluruh manusia diperintahkan oleh Allah agar memakan makanan yang halal lagi baik dan melarang untuk mengikuti langkah-langkah setan, karena setan itu musuh yang nyata. Di mana setan itu menyuruh manusia untuk berbuat jahat dan keji, serta menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal.
Kemudian terdapat indikasi dengan makan dari rezeki yang baik atau halal itu, akan memberi peluang untuk bisa bersyukur kepada Allah dan dianggap sungguh-sungguh dalam beribadah kepada-Nya. Sedangkan bilamana umat Islam itu menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal, maka sulit sekali untuk bisa banyak bersyukur kepada Allah dan khawatir malas dalam beribadah kepada-Nya. Pada saat malas beribadah kepada Allah, khawatir masuk kategori golongan orang-orang munafik (Q. S. An-Nisa’/4: 142).
Baca Juga: Perniagaan Sukses Dunia Akhirat (3)
Golongan ketiga yang akan diadukan Rasulullah pada hari Kiamat dihadapan Allah Subhanahu wata’ala, yaitu tidak menjadikannya Al-Qur’an rujukan dalam menetapkan hukum menyangkut Ushul Ad-Din (prinsip-prinsip ajaran agama) dan rinciannya, yang meliputi: tauhid, keadilan, amar ma’ruf nahyi mungkar, kemerdekaan, persamaan, tolong menolong dalam kebaikan dan takwa dan toleransi.
Pertama, Tauhid adalah keyakinan bahwa Allah satu-satunya Tuhan yang menciptakan, memelihara, dan menentukan segala sesuatu di alam ini. Tauhid terbagi tiga, yaitu: (1) Tauhid Rububiyah – meyakini bahwa Allah satu-satunya pencipta dan pengatur manusia. (2) Tauhid Uluhiyah – meyakini bahwa Allah Subhanahu wata’ala satu-satunya Tuhan yang wajib disembah. (3) Tauhid Asma’ wa sifat – beriman kepada nama-nama Allah dan sifat-Nya.
Banyak ayat-ayat Al-Qur’an terkait dengan penguatan tauhid, di mana manusia hidup di dunia ini wajib mengikuti aturan-aturan Allah, dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi terhadap apa yang dilarang-Nya. Tiga surah terakhir merupakan wujud tauhid atau mengesakan Allah.
Surah Al-Ikhlas
قُلۡ هُوَ ٱللَّهُ أَحَدٌ ٱللَّهُ ٱلصَّمَدُ لَمۡ يَلِدۡ وَلَمۡ يُولَدۡ وَلَمۡ يَكُن لَّهُۥ كُفُوًا أَحَدُۢ
Katakanlah: “Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia”. (Q. S. Al-Ikhlas/112: 1 – 4).
Surah Al-Falaq
قُلۡ أَعُوذُ بِرَبِّ ٱلۡفَلَقِ مِن شَرِّ مَا خَلَقَ وَمِن شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ وَمِن شَرِّ ٱلنَّفَّٰثَٰتِ فِي ٱلۡعُقَدِ وَمِن شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ
Katakanlah: “Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai subuh, dari kejahatan makhluk-Nya, dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita, dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul, dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki”. (Q. S. Al-Falaq/113: 1 – 5).
Surah An-Nas
قُلۡ أَعُوذُ بِرَبِّ ٱلنَّاسِ مَلِكِ ٱلنَّاسِ إِلَٰهِ ٱلنَّاسِ مِن شَرِّ ٱلۡوَسۡوَاسِ ٱلۡخَنَّاسِ ٱلَّذِي يُوَسۡوِسُ فِي صُدُورِ ٱلنَّاسِ مِنَ ٱلۡجِنَّةِ وَٱلنَّاسِ
Katakanlah: “Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia. Raja manusia. Sembahan manusia. Dari kejahatan (bisikan) setan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia. (Q. S. An-Nas/114: 1 – 6).
Renungkanlah tiga surah ini sebagai penguat tauhid.
Penulis: Dr. H. Otong Surasman, MA., Dosen Pascasarjana PTIQ Jakarta.