Oleh: Al Fahrizal*
Suatu hari KH. Hasyim Asy’ari bersama dengan Bu Nyai (Istri Kiai Hasyim yang tidak disebutkan namanya) sedang ada masalah yang membuat Bu Nyai marah kepada Kiai Hasyim. Hingga pada suatu ketika, karena saking marahnya, KH. Hasyim Asy’ari yang sedang duduk di atas kursi itu diikat menggunakan stagen oleh Bu Nyai.
Luar biasanya Kiai Hasyim, beliau tidak marah kepada Bu Nyai dan memilih untuk bersikap diam terhadap tindakan yang dilakukan oleh istrinya tersebut. Ikatan tersebut tidak dilepas oleh Kiai Hasyim, sampai putrinya yang tertua, Nyai Khoiriyah datang dan melepaskan ikatan tersebut.
Kisah ini diceritakan langsung oleh cucu KH. Hasyim Asy’ari, yaitu Gus Sholah dalam satu program TV bernama Mata Najwa: Belajar dari KH. Ahmad Dahlan dan KH. Hasyim Asy’ari, pada 2015 silam.
Pendiri organisasi Nahdlatul Ulama tersebut sangat paham dan cermat dalam membina hubungan yang baik antara suami dan istri. Beliau bahkan mengarang satu kitab yang fokus membahas topik seputar pernikahan. Kitab tersebut berjudul Dhau’ Al-Misbah atau lengkapnya ditulis Dhau’ al-Misbah fi bayani ahkam an-Nikah (cahaya lantera dalam menjelaskan hukum-hukum pernikahan).
Selain itu, bersikap baik kepada istri merupakan anjuran dalam agama Islam. Allah Swt. berfirman dalam Al-Qur’an:
… وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ …
Dan bergaullah dengan mereka (istri) menurut cara yang patut.
Imam Ibn Katsir dalam tafsirnya menyebutkan bahwa maksut dari penggalan ayat di atas adalah ucapkanlah kepada istrimu perkataan yang indah. Perbaguslah tingkah laku dirimu, sebagaimana kamu senang jika ia berbuat demikian kepadamu.
Hadratusyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari dalam kitabnya di atas yang membahas tentang pernikahan juga mengutip ayat tersebut, serta memberi keterangan sebagai berikut:
Seorang suami wajib menemani istrinya dengan baik, yaitu dengan menunaikan hak-haknya, baik berupa mahar, nafkah, kebutuhan, hingga sandangnya, dengan rido dan baik. Suami hendaklah berkata yang lembut dan sabar atas perilakunya yang kurang baik, serta menuntun dan mengajarkannya kepada kebaikan dan ibadah.
Potret kemesraan pendiri pondok Pesantren Tebuireng bersama dengan istrinya juga disampaikan oleh KH. Kholid Ali (menantu KH. Syansuri Badawi. KH. Syansuri Badawi sendiri merupakan santri Kinasih Hadratusyaikh).
Saat Hadratussyaikh sedang mengajar kitab di masjid, beliau melihat para santri yang sudah merasa jenuh dan mulai mengantuk. Untuk membuat konsentrasi santri kembali lagi, Kiai Hasyim sering melempar candaan dan pembahasan yang menarik agar santri kembali fokus. Diantara guyonan yang beliau membahas saat itu mengenai perempuan (Mungkin bahas perawan atau janda).
Saat beliau melemparkan guyonan tentang perempuan tersebut, Bu Nyai mendengar hal itu. Tak segan bu nyai melempar bakiak/terompah ke depan masjid karena merasa kesal dengan bahasan Kiai Hasyim. Hadratussyaikh yang mendengar suara bakiak tersebut, songak langsung menghentikan guyonannya, karena takut dapat memancing kemarahan Bu Nyai.
*Alumni Mahad Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng Jombang.