Oleh: Almara Sukma*

Ketika matahari terbit dan meninggi seukuran satu tombak, maka shalatlah dua rakaat. Itu adalah saat dimana waktu makruh mengerjakan shalat sudah berakhir. Shalat dihukumi makruh setelah shalat subuh sampai matahari telah tinggi.

Setelah masuk waktu dhuha, Islam memberi tuntutan untuk melaksanakan shalat dhuha. Shalat dhuha adalah shalat sunnah yang dilaksanakan tatkala waktu dhuha, atau waktu saat matahari sudah tinggi sekitar kadar satu tombak. Shalat dhuha paling sedikit adalah dua rakaat, dan yang paling banyak adalah delapan rakaat. Dilaksanakan dua rakaat untuk satu kali salam. Dalam shalat dhuha disunnahkan membaca surah Asy-syamsy dan ad-Dhuha.

Lalu untuk menggunakan waktu yang tersisa setelah shalat dhuha, bisa dalam empat keadaan, sebagai berikut:

Pertama dan paling utama, adalah gunakan untuk mencari ilmu yang bermanfaat dalam agama. Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang menambah rasa takut kepada Allah , menambah penglihatan terhadap aib-aib, menambah pengetahuan dalam beribadah kepada Allah, menipiskan keinginan pada dunia, menambah keinginan pada akhirat dan memperlihatkan tipu daya setan.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Keadaan yang kedua adalah tidak menghabiskan waktu untuk mencari ilmu, tapi beribadah kepada Allah. Ibadah tersebut berupa dzikir lisan berupa mengucapkan sholawat atau istighfar yang bisa dilakukan dimana saja, dan dalam berbagai keadaan. Mengecualikan beberapa keadaan seperti saat di kamar kecil atau buang air kecil.

Keadaan ketiga menyibukkan diri dengan hal-hal yang memberi manfaat, membahagiakan hati, dan mempermudah amal saleh bagi orang yang saleh.

Keadaan keempat, kamu tidak bisa melakukan hal di atas. Maka curahkan perhatianmu pada kebutuhanmu demi mencukupi dirimu dan keluargamu.

Ini adalah tingkatan yang paling bawah dalam tingkatan-tingkatan agama setelah itu tidak ada kecuali tingkatan perilaku setan. Tingkatan itu adalah kamu menyibukkan diri dengan hal yang meruntuhkan agamamu dan menyakiti salah seorang hamba dari hamba Allah. Ini adalah tingkatan orang yang rusak. Hindarkan dirimu dari tingkatan ini.


Referensi: Kitab Bidayatul Hidayah


*Mahasantri Ma’had Aly Hasyim Asy’ari