
Sebagai negara yang dianugrahi berbagai keyaan alam, sudah semestinya bersyukur dan menjaga alam dengan baik. Sayangnya, banyak orang yang mengeruk kekayaan demi kepentingan kelompoknya sendiri. Dengan dalih mensyukuri tuhan dengan cara mengelolanya. Faktanya, ekploitasi alamlah yang mereka lakukan. Berbagai pertambangan dan aktivitas merusak lingkungan lainnya digalakkan, tanpa melihat akan banyak dampak buruk setelahnya. Maka, Indonesia sebagai pengasil nikel terbesar dunia mengalami luka menganga. Alam indonesia sudah hancur, dan mereka tidak mau tau.
Apa itu Nikel?
Mengutip dari media nikel Indonesia, nikel merupakan salah satu logam mineral dengan warna dasar putih keperakan yang mengkilap serta sedikit keemasan dan keras. Dengan memiliki sifat lentur meski teksturnya tampak keras, menjadi buruan pasar dunia. Nikel memiliki banyak manfaat, diantaranya; Campuran pembuatan stainless steel, material produksi baterai isi ulang, bahan membuat koin, material kerangka otomotif, campuran dalam pembuatan monel, campuran besi baja, material senjata militer, pelapis lunar module, pelapis kaleng, plating. Selain itu, material ini memiliki daya gesek yang terbilang rendah senyawa elektronik.
Dilansir dari cnbcindonesia, Mantan Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi menyebut beberapa keunggulan penggunaan nikel untuk mobil listrik, seperti baterai nikel berdensitas energi lebih tinggi. Hal ini berarti mobil listrik yang menggunakan baterai nikel dapat lebih tahan lama karena daya listriknya yang lebih tinggi. Dengan peluang ini, Indonesia menggandeng tesla sebagai perusahaan otomotif dan energi terkemuka di dunia.
Namun, tempo dengan judul Profil Tesla yang Batal Investasi di Indonesia karena Gunakan Tenaga Listrik Berbasis Fosil menyatakan bahwa penambangan nikel di Tanah Air belum menerapkan konsep energi bersih. Artinya, industri kendaraan listrik RI belum sesuai dengan prinsip environmental, social, dan corporate Governance atau ESG. hal ini yang membuat Elon Musk masih belum menanamkan modalnya untuk pengembangan kendaraan listrik di Indonesia. “Inginnya Elon Musk itu penambangan dengan energi bersih. Jadi dari hulu ke hilirnya energi bersih,” kata Evvy.
Ancaman Tambang Nikel
Semenjak munculnya mobil listrik, nikel menjadi buruan paling laris, karena nikel adalah sumber energinya. Indonesia sebagai negara penghasil nikel terbesar di dunia. Presiden Jokowi pada masa jabatannya, melihat ini adalah sebuah peluang untuk ekonomi negara dan dilanjut hingga periode Prabowo-Gibran. Sejak Jokowi mngumumkan hilirisasi, maka perizinan pertambangan nikel mulai melesat. Tak ayal, banyak pulau-pulau yang berpotensi menyimpan nikel, dikeruk habis. Deforestasi besar-besaran digelar secara masal. Hingga pulau-pulau kecil di papua ramai oleh penambang nikel.
Para pengusaha tambang dengan senang hati mendapat informasi hilirisasi nikel. Sedangkan masyarakat setempat mendapat iming-iming belaka. Konflik masyarakat adat tidak dapat dielakkan, dan krisis iklim semakin nyata. Masyarakat adat merasa haknya telah dicabut, tapi pemerintah memihak para penambang nikel. Raja Ampat salah satu penambangan nikel terbesar menjadi sorotan dunia. Kekayaan hayati daratan maupun lautan di Raja Ampat mengalami goncangan luar biasa. Ketika hutan telah rata oleh tanah, dan laut biru berubah menjadi cokelat, barulah pemerintah menghentikan kegiatan tambang nikel di Raja Ampat, itupun didesak oleh para aktivis lingkungan.
Mengutip dari Greenpeace dengan judul Kritik Industrialisasi Nikel, Aktivis Greenpeace Gelar Aksi di Konferensi Nikel Internasional di Jakarta, Iqbal Damanik, Juru Kampanye Hutan Greenpeace Indonesia mengatakan Industrialisasi nikel–yang makin masif seiring tren naiknya permintaan mobil listrik–telah menghancurkan hutan, tanah, sungai, dan laut di berbagai daerah, mulai dari Morowali, Konawe Utara, Kabaena, Wawonii, Halmahera, hingga Obi. Kini tambang nikel juga mengancam Raja Ampat, Papua, tempat dengan keanekaragaman hayati yang amat kaya yang sering dijuluki sebagai surga terakhir di bumi.
Menurut analisis Greenpeace, eksploitasi nikel di Pulau Gag, Pulau Kawe, dan Pulau Manuran telah membabat lebih dari 500 hektare hutan dan vegetasi alami khas. Sejumlah dokumentasi pun menunjukkan adanya limpasan tanah yang memicu sedimentasi di pesisir–yang berpotensi merusak karang dan ekosistem perairan Raja Ampat–akibat pembabatan hutan dan pengerukan tanah. Dengan begitu Greenpeace Indonesia mendesak pemerintah untuk mengkaji ulang kebijakan industrialisasi nikel yang telah memicu banyak masalah.
Mencegah Kerusakan Alam Akibat Nikel
Dilema antara manfaat dan kerusakan alam akibat nikel bagai dua mata pisau. Bagi pemegang kekuasaan tambang akan merasa sangat diuntungkan, namun bagi masyarakat setempat dan berbagai ragam hayati mengalami luka permanen. Dengan melihat begitu banyak dampak negatif daripada dampak positif, maka sudah semestinya menghentikan tambang nikel yang semakin lama menggerogoti tubuh cantik Indonesia.
Pemerintah seharusnya mengambil tindakan tegas akan semua kerusakan yang telah terjadi. Dengan melakukan pengawasan ketat, penegakan hukum, membuat kebijakan ramah lingkungan, serta reklamasi dan rehabilitasi lahan. Sebagai masyarakat yang melek isu lingkungan dapat menggelar aksi demonstrasi sebagai upaya mendesak pemerintah agar segera mencabut berbagai aktivitas tambang yang tidak ramah lingkungan. Membangun aliansi untuk menyuarakan isu lingkungan dengan lantang melalui berbagai platform media sosial agar seluruh lapisan masyarakat dapat teredukasi dan sadar betapa banyak kerusakan akibat tambang nikel. Seminimal mungkin adalah dengan share informasi mengenai ancaman nikel kepada orang-orang terdekat.
Penulis: Aulia Rachmatul Umma