
Masalah spiritual dan psikologis sering kali menjadi persoalan umum yang dialami oleh banyak masyarakat Indonesia. Salah satu penyebab utamanya adalah kurangnya pendekatan diri kepada sang pencipta serta kelalaian dalam menjalankan perintahnya. Masalah ini dapat diatasi melalui dzikir, yaitu dengan cara mendekatkan diri kepada Tuhan.
Secara bahasa, dzikir berarti mengingat, memperhatikan, mengenang, mengambil hikmah, memahami, atau memiliki ingatan. Dalam ensiklopedi Islam, dijelaskan bahwa istilah dzikir memiliki berbagai makna. Beberapa diantaranya adalah menyebut, mengucap, mengingat, menjaga, serta memahami tindakan yang baik (Mashudi, Wahyu A., 2006, hlm. 7).
Sementara itu, dzikir yang dimaknai sebagai menyebut nama Allah SWT secara rutin, umumnya dikenal dengan istilah wirid. Amalan ini tergolong dalam ibadah mahdhah, yaitu ibadah yang berhubungan langsung dengan Allah SWT. Sebagai ibadah mahdhah, dzikir jenis ini harus mengikuti aturan-aturan yang berlaku dalam ibadah langsung kepada Allah SWT, yakni harus didasarkan pada contoh atau perintah dari Rasulullah SAW (Martuhin, Yazid, 2025, hlm.230).
Baca Juga: Keistimewaan Berdzikir saat Orang Lain Lalai
Dzikir seperti “Laa ilaha ilallah” dan “Astagfirullah” terbukti secara medis dapat menenangkan saraf dan mengurangi nyeri. Hal ini karena huruf-huruf jahr dalam bacaan dzikir membantu mengeluarkan CO2 dari otak secara optimal, menjaga kestabilan aliran darah dan fungsi otak. Dari sisi metafisika, dzikir memancarkan energi positif yang diserap tubuh, menyeimbangkan suhu, serta menciptakan ketenangan, kedamaian, dan akhlak mulia, yang berpengaruh pada kualitas ruh sebagai dasar pertanggungjawaban dihadapan Allah (Rudy Haryanto, 2014, hlm.351).
Tidak hanya bermanfaat secara medis, dzikir juga memiliki keutamaan dalam ajaran Islam. Al-Ghazali menyatakan bahwa dzikir yang membawa manfaat adalah dzikir yang dilakukan secara konsisten dengan kehadiran hati. Dengan dzikir, seseorang terbiasa mengingat Allah dalam setiap aktivitas dan menjadikannya sarana untuk lebih dekat dengannya.
Sebagaimana orang yang sedang jatuh cinta, seseorang yang mencintai Allah akan sering menyebut namanya. Selain itu, dzikir mampu menyucikan hati dari kekerasan, dorongan hawa nafsu, dan bisikan setan, sehingga hati menjadi lebih tunduk dan patuh kepada Allah (Martuhin, Yazid, 2025, hlm.232).
Dzikir merupakan cara efektif untuk mengatasi masalah psikologis dan spiritual yang sering dialami masyarakat Indonesia. Banyak orang merasa cemas, gelisah, dan tertekan karena jauh dari nilai-nilai spiritual dan kurangnya hubungan dengan Tuhan. Dzikir menjadi sarana untuk kembali mengingat Allah SWT, menenangkan hati, dan memperbaiki kondisi batin. Ketika seseorang rutin berdzikir, pikirannya lebih jernih, hatinya lebih tenang, dan hidupnya lebih seimbang secara emosional maupun spiritual.
Baca Juga: Dzikir dan Doa untuk Keselamatan Bangsa dari Wabah
Selain memiliki dimensi spiritual, dzikir juga terbukti memberikan manfaat dari segi medis. Bacaan dzikir seperti “Laa ilaha illallah” dan “Astagfirullah” memiliki pengaruh positif terhadap sistem saraf manusia. Hal ini berkaitan dengan huruf-huruf jahr dalam bacaan tersebut yang membantu mengeluarkan karbon dioksida dari otak, menstabilkan aliran darah, serta menjaga fungsi otak secara optimal.
Menurut penelitian yang dikutip oleh Rudy Haryanto (2014), dzikir membantu mengurangi rasa nyeri dan menimbulkan ketenangan fisik. Dengan demikian, dzikir tidak hanya berperan dalam mendekatkan diri kepada Tuhan, tetapi juga sebagai terapi alternatif untuk mengatasi gangguan psikologis.
Di samping manfaat medis, dzikir juga membawa pengaruh metafisik yang signifikan. Energi positif yang terpancar dari dzikir diyakini dapat menyelaraskan suhu tubuh dan menenangkan batin. Selain itu, dzikir yang dilakukan dengan penuh kesadaran hati mampu membentuk akhlak mulia. Al-Ghazali menekankan pentingnya kehadiran hati dalam berdzikir agar dzikir tersebut tidak menjadi kosong dan rutinitas semata. Ketika seseorang terbiasa menyebut nama Allah, maka hatinya akan terbimbing dan jiwanya menjadi lebih patuh kepada nilai-nilai kebaikan. Dzikir membantu menyucikan hati dari sifat buruk, menjauhkan dari bisikan setan, serta memperkuat kontrol terhadap hawa nafsu.
Dzikir memiliki peran penting dalam menyelesaikan masalah spiritual dan psikologis. Selain memberikan ketenangan batin dan memperkuat hubungan dengan Allah, dzikir juga terbukti bermanfaat secara medis dan etis. Ia mampu menenangkan saraf, membersihkan hati, serta membentuk karakter yang lebih baik. Oleh karena itu, dzikir sebaiknya menjadi bagian dari rutinitas harian setiap individu. Sebagai saran, pembiasaan dzikir perlu didorong di lingkungan keluarga dan pendidikan agar menjadi fondasi dalam membentuk masyarakat yang sehat secara lahir dan batin.
Penulis: Keyza Oktaviyani
Refrensi:
- In’am Muzahiddin Masyhudi, Nurul Wahyu A., Berdzikir dan Sehat ala Ustadz Haryono (Semarang: Syifa Press, 2006), hlm. 7.
- Rudy Haryanto, Dzikir: Psikoterapi dalam Perspektif Islam, Vol. 09,No.02, Desember 2014,hlm.351.
- Abdul Rozak Ali Maftuhin,Syamsurizal Yazid, Zikir Dan Ketenangan Jiwa: Kajian Psikologis, Jurnal Ilmiah Pendidikan Islam, Vol. 2,No. 1 ,2025,hlm.232