
Pesantren Tebuireng yang didirikan pada 03 Agustus 1899 menjadi salah satu pondok pesantren tertua yang ada di Indonesia dan masih eksis dalam misi menyebarkan risalah-risalah keagamaan Islam di tengah-tengah kemajuan teknologi dan perubahan zaman.
Pada tahun 2025 ini, Pesantren Tebuireng akan memasuki usianya yang ke-126, sebuah usia yang sangat panjang bagi lembaga pendidikan yang ada di Indonesia. Maka tak heran, Pesantren Tebuireng telah mampu melahirkan sosok-sosok alim ulama yang tersebar di Indonesia. Salah satu sosok yang paling terkenal dari Pesantren Tebuireng adalah Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari selaku Pendiri dan Rais Akbar Nadhatul Ulama.
Selain itu ada sosok KH. Wahid Hasyim, yang menjadi tokoh nasional dan salah satu tim dari Panitia Piagam Jakarta yang merumuskan Pancasila. Terakhir ada sosok yang sangat banyak dikenal oleh masyarakat Indonesia, yakni KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang menjadi seorang Presiden ke-4 Republik Indonesia dari kalangan santri dan juga seseorang yang mendapatkan julukan Bapak Pluralisme Indonesia
Bila dilihat dari ketiga sosok di atas, nama Pesantren Tebuireng sangatlah wajar dikenal oleh banyak orang pada tingkatan nasional bahkan Internasional. Mereka bergerak dan mengharumkan nama Pesantren Tebuireng sesuai dengan kiprahnya masing-masing. Tetapi Pesantren Tebuireng tidak hanya berhasil melahirkan 3 tokoh dalam lingkup Kakek, Ayah dab cucu. Tetapi Pesantren Tebuireng berhasil mencetak santri-santri yang memiliki kecakapan ilmu Hadis dan diakui oleh dunia Internasional. Sosok santri tersebut ialah, Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub, salah seorang alim ulama, yang sangat masyhur akan kealimannya dalam bidang Ilmu Hadis.
Profil Singkat Sang Pendekar Sunnah
Sapaan akrabnya dikalangan akademis, alim ulama, Kiai dan santri adalah Kiai Mustafa Yaqub. Nama ini pemberian dari sang ayah yang bernama Kiai Yaqub dan ibunya Nyai Habibah. Beliau dilahirkan pada 02 Maret 1952 di desa Kemiri, kecamatan Subah, Kabupaten Batang, Jawa Tengah.
Baca Juga: Profil Pengasuh Pesantren Tebuireng dari Masa ke Masa
Pendidikan pertama yang ditempuh oleh Kiai Mustafa Yaqub adalah Sekolah dasar dan menengah sebagaimana umumnya masyarakat di desa tempat beliau dilahirkan. Pada awalanya Kiai Ali hendak melanjutkan Pendidikan di sekolah umum. Tetapi sang ayah berkehendak lain, Kiai Ali justru dimasukan ke Pondok Pesantren Seblak Jombang Jawa Timur, hingga selesai di Tingkat Tsanawiyah dari 1966 sampai 1969. Seusai menempuh Pendidikan di Pondok Pesantren Seblak, Kiai Ali melanjutkan Pendidikan di Pesantren Tebuireng pada 1971, yang mana lokasinya tidak jauh dari Pondok Pesantren Seblak.
Saat menimba ilmu di Pesantren Tebuireng, Kiai Ali banyak mempelajari berbagai macam kitab. Tidak hanya pada tingkatan mempelajari saja, tetapi Kiai Ali juga menghafak kitab-kitab tersebut seperti, Kitab Matan Jurumiyyah, al-Baiquniyyah, Alfiyyah ibnu Malik, al-Waraqat dan lain-lainya. Semasa mondok di Pesantren Tebuireng, Kiai Ali berguru kebanyak guru, antara lain ialah, Kiai Adlan Ali, KH. Shobari, KH. Syansuri Badawi dan KH. Idris Kamali. Adapaun untuk nama terakhir ini, Kiai Idris Kamali, adalah sosok kiai yang sangat alim dalam keilmuan kitab kuning. Bahkan untuk dapat menjadi santri beliau harus melalui seleksi yang cukup ketat, karena beliau hanya menerima tak kurang 20 santri yang diperkenankan mengaji dengan beliau.
Dalam sebuah ungkapannya, Kiai Ali mengatakan bahwa semasa di Pesantren Tebuireng ia tidak kurang menghafal dari sepuluh kitab. Selain itu juga beliau sangat gemar berziarah ke maqam Masyaikh Pesantren Tebuireng, untuk semata-mata tabarrukan kepada sosok Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari selaku pendiri Pesantren Tebuireng.
Setelah tamat Pendidikan Tingkat Aliyah, Kiai Ali melanjutkan jenjang kuliah di Fakultas Syariah Institut Keislaman Hasyim Asy’ari (sekarang UNHASY) pada tahun 1972 sampai 2975. Memasuki pertengahan tahun 1976, Kiai Ali meninggalkan Pesantren Tebuireng guna meneruskan Pendidikan di Universitas Islam Imam Muhammad bin Sa’ud Riyadh, Saudi Arabi.
Baca Juga: KH. Adlan Aly, Santri Kesayangan Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari
Studi ini adalah beasiswa yang didapatkan oleh beliau dari pemeritah Arab Saudi. Pada tahun 1980, beliau lulus dengan kategori predikat License (Lc). Seusai tamat Pendidikan S1 beliau melanjutkan studi di Universitas King Riyadh, di Departemen Studi Islam spesialisasi Tafsir dan Hadis hingga mendapatkan predikat master di tahun 1985.
Penulis: Dimas Setyawan Saputro
Editor: Rara Zarary