Ilustrasi seseorang yang sedang malas bergerak atau produktif. (sumber: cnn-indonesia)

“Mau mulai sih… tapi nanti aja, bentar lagi.” Pernah bilang kayak gitu? Atau malah sudah jadi mantra harian?

Kaum mageran alias malas gerak sering kali dicap negatif, seolah mereka tidak punya ambisi, tidak disiplin, atau Cuma mau hidup enak. Padahal, di balik kemageran itu, sering tersembunyi kelelahan mental, tekanan sosial, hingga rasa takut gagal. Banyak dari kita sebenarnya punya niat baik mau belajar rutin, mau rajin olahraga, mau bangun lebih pagi, atau mau konsisten bikin konten. Tapi sayangnya, niat tinggal niat karena satu kata: tidak konsisten.

Konsistensi adalah pondasi dari pencapaian. Tapi yang jarang dibahas adalah: konsistensi bukan datang dari motivasi yang menggebu-gebu, tapi dari sistem dan kebiasaan kecil yang dibangun pelan-pelan. Dan kabar baiknya? Semua orang bisa belajar konsisten, bahkan kaum mageran sekalipun. Lalu, bagaimana caranya?

  1. Mulai dari Hal Kecil dan Tidak Mengintimidasi

Salah satu kesalahan umum adalah kita terlalu ambisius di awal. Baru mulai belajar bahasa Korea, langsung pengin belajar 2 jam sehari. Baru pengin olahraga, langsung beli sepatu lari dan target 10.000 langkah. Hasilnya? Semangat membara di hari pertama, tapi langsung tumbang di hari ketiga. Konsistensi tidak dibangun dari ledakan awal, tapi dari langkah kecil yang stabil. Kalau kamu mager, coba trik ini: 

– Belajar 5 menit saja, tapi tiap hari.
– Olahraga Cuma 10 menit, asal konsisten.
– Menulis 1 paragraf per hari, jangan langsung 1.000 kata.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Baca Juga: Alasan Mengapa Orang Malas Lebih Berpeluang Sukses

Trik ini dikenal sebagai “minimum viable habit”: kebiasaan paling kecil yang bisa kamu lakukan tanpa merasa berat. Ini jauh lebih efektif daripada semangat besar tapi cepat mati.

  1. Buat Jadwal, Tapi Jangan Kaku

Kaum mageran seringkali bermasalah dengan waktu. Mereka bilang, “aku nggak punya waktu.” Padahal masalahnya bukan waktu yang tidak ada, tapi waktu yang tidak dikelola.

Coba atur satu aktivitas kecil di waktu tertentu setiap hari. Misalnya:

– Baca buku setiap jam 8 malam selama 10 menit.
– Nulis jurnal pagi selama 5 menit sebelum scroll TikTok.
– Stretching tiap bangun tidur, bukan langsung buka notifikasi.

Tapi ingat: jadwal bukan penjara. Kalau kamu kelewat satu hari, jangan merasa gagal total. Jangan pakai prinsip “sekali bolong, ya udah bubar.” Ingat, konsistensi itu soal kembali lagi, bukan soal sempurna terus.

  1. Ganti Motivasi Eksternal dengan Sistem Internal

Sering kali, kita hanya mau melakukan sesuatu kalau ada hasil yang instan. Misalnya:

– Olahraga karena pengin kurus dalam seminggu.
– Belajar karena mau nilai ujian bagus minggu depan.
– Sholat karena takut dimarahi orang tua.

Motivasi seperti ini bersifat rapuh. Begitu hasilnya tidak cepat datang, kita berhenti. Coba ubah pendekatan: jangan kejar hasil, tapi fokus pada proses. Jadikan aktivitas itu sebagai bagian dari identitasmu:

– “Aku orang yang rajin meski sedikit.”
– “Aku tipe yang baca buku tiap malam, meski Cuma 2 halaman.”
– “Aku bukan orang super produktif, tapi aku jalan terus.”

Saat kamu mulai melihat aktivitas itu sebagai bagian dari diri, bukan beban, maka konsistensi jadi lebih mudah dijaga.

  1. Bangun Lingkungan yang Mendukung

Lingkungan punya pengaruh besar. Kalau kamu ingin lebih konsisten, tapi dikelilingi teman-teman yang doyan rebahan dan overthinking bareng, ya sulit. Coba ciptakan ruang yang mendorongmu untuk bergerak:

– Gabung komunitas online yang punya target harian.
– Cari teman yang satu goal dan saling lapor perkembangan.
– Hapus aplikasi yang bikin kamu scroll tanpa sadar.

Baca Juga: Dahsyatnya Produktivitas Ulama Zaman Dulu, Bikin Kita Malu

Kadang, masalah bukan pada kamu yang malas, tapi karena sistem di sekitarmu tidak mendukung gerak. Ingat, manusia adalah makhluk yang mudah terpengaruh maka pilih pengaruh yang sehat.

  1. Rayakan Proses, Bukan Cuma Hasil

Konsistensi sering kali mati karena kita terlalu keras pada diri sendiri. Sudah rajin seminggu, sekali bolong langsung merasa gagal total. Padahal, satu hari bolong itu manusiawi. Kamu bukan robot.

Biasakan untuk merayakan keberhasilan kecil. Tempel stiker di kalender setiap hari kamu berhasil. Kasih self-reward tiap berhasil seminggu berturut-turut. Tulis jurnal dan puji dirimu sendiri. Jangan tunggu hasil besar untuk bahagia. Bahagia bisa kamu ciptakan dari langkah kecil yang terus berulang.

  1. Maafkan Dirimu Saat Terlambat, Tapi Jangan Lama-Lama

Pernah gak sih merasa, “udah gagal konsisten seminggu, ya udah lah… males mulai lagi”? Itu jebakan klasik kaum mageran: gagal sebentar, terus nyerah total.

Padahal, semua orang pasti pernah gagal. Bedanya, orang yang konsisten adalah mereka yang cepat bangkit. Bukan karena mereka kuat, tapi karena mereka tidak menunda mulai lagi. Kalau kamu gagal satu hari, bilang ke diri sendiri: 

“Gak apa-apa, yang penting mulai lagi besok.” 

Karena satu hari bolong jauh lebih baik daripada menyerah total selama sebulan.

Konsisten bukan berarti harus produktif terus. Bukan juga berarti kamu gak boleh istirahat. Justru konsistensi adalah seni menyeimbangkan: bergerak pelan, tapi pasti. Istirahat, tapi kembali. Gagal, tapi coba lagi.

Baca Juga: Mengatasai Rasa Malas Murajaah

Untuk kamu yang merasa mageran, malas memulai, atau terlalu sering berhenti di tengah jalan kamu tidak sendirian. Tapi kamu juga tidak perlu terus-terusan jadi seperti itu.

Konsistensi bukan soal bakat, tapi kebiasaan yang dipilih ulang setiap hari. Dan setiap hari adalah kesempatan baru untuk jadi sedikit lebih baik dari kemarin. Mulai dari sekarang. Kecil. Konsisten. Dan banggalah dengan langkah-langkah kecilmu.



Penulis: Albii