Ilustrasi jejak digital di internet. (sumber: gerakanbermedia)

Etika dalam bermedia mutakhir ini menjadi bahasan yang cukup signifikan. Ada banyak hal terjadi yang diawali oleh cuitan, teks, upload di media sosial, begitu sebaliknya. Ada persoalan dalam kehidupan nyata, juga dibawa ke dunia maya. Oleh karena itu, di momentum bulan suci ini, paling tidak kita mampu mengendalikan jari kita agar tidak menggerakkan atau mengetik sesuatu yang membikin bahaya, dosa, rugi dan lain sebagainya.

Bulan Ramadan adalah waktu yang penuh berkah bagi umat Muslim di seluruh dunia. Selain menjadi waktu untuk memperkuat iman dan menjalani ibadah puasa, Ramadan juga menawarkan kesempatan untuk meningkatkan kualitas diri melalui refleksi, pengendalian diri, dan kedekatan dengan sesama.

Namun, dalam era digital ini, media sosial menjadi platform yang tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Di tengah semangat ibadah Ramadan, penting untuk membahas bagaimana etika bermedia sosial dapat dijaga, agar keberkahan bulan suci ini tidak tercemar oleh perilaku yang kurang bijak di dunia maya.

Media sosial kini telah menjadi bagian integral dalam kehidupan masyarakat modern. Menurut data We Are Social dalam Digital 2025, jumlah pengguna media sosial di seluruh dunia pada awal tahun 2025 diperkirakan mencapai 4,7 miliar orang. Hal ini menunjukkan betapa dominannya platform-platform ini dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam komunitas Muslim selama Ramadan.

Platform seperti Facebook, Instagram, Twitter, TikTok, dan YouTube memungkinkan orang untuk berbagi informasi, berinteraksi dengan teman, serta mendapatkan hiburan. Namun, meskipun media sosial membawa banyak manfaat, ia juga memiliki potensi untuk menimbulkan dampak negatif, baik secara emosional maupun spiritual, terutama di bulan Ramadan.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Baca Juga: Media Digital dan Pembentukan Budaya Masyarakat

Ramadan dan Pengaruhnya terhadap Kehidupan Digital

Ramadan adalah bulan yang penuh dengan nilai spiritual dan refleksi diri. Dalam ajaran Islam, Ramadan merupakan waktu untuk mengurangi kegiatan duniawi dan lebih fokus pada ibadah. Ini mencakup memperbanyak puasa, salat, membaca Al-Qur’an, dan melakukan kegiatan sosial yang bermanfaat. Tujuan utamanya adalah untuk membersihkan hati dan jiwa dari dosa serta meningkatkan kedekatan dengan Tuhan.

Namun, di tengah godaan dunia maya yang begitu besar, sering kali umat Muslim terjebak dalam konsumsi konten yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Ramadan. Beberapa masalah yang sering timbul di media sosial selama bulan suci ini meliputi penyebaran informasi yang salah, perdebatan agama yang tidak produktif, serta konten yang tidak mendukung suasana suci Ramadan.

  1. Menjaga Sikap Terhadap Konten yang Disebarluaskan

Salah satu etika yang paling penting di media sosial adalah menjaga kualitas konten yang dibagikan. Selama Ramadan, banyak orang merasa terdorong untuk berbagi kutipan atau pesan keagamaan, doa-doa, serta informasi seputar ibadah puasa. Namun, sering kali, dalam semangat berbagi, ada informasi yang tidak diverifikasi kebenarannya yang justru menyesatkan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh MIT pada 2018, hoaks atau informasi palsu di media sosial cenderung menyebar lebih cepat daripada informasi yang benar.

Penyebaran berita palsu atau tidak akurat, terutama yang berkaitan dengan ajaran agama, bisa mengganggu pemahaman yang benar tentang ibadah puasa dan Ramadan. Oleh karena itu, sangat penting bagi pengguna media sosial untuk selalu memverifikasi informasi sebelum membagikannya, mengingat pentingnya memastikan kebenaran dalam setiap tindakan, baik secara duniawi maupun agama.

Sebagai contoh, jika ada kutipan dari Al-Qur’an atau hadits yang dibagikan, sebaiknya pastikan bahwa sumbernya terpercaya, seperti situs-situs yang dikelola oleh lembaga keagamaan atau ulama yang berkompeten. Hal ini untuk menghindari penyebaran tafsiran yang salah atau pesan yang bisa menyesatkan orang lain.

  1. Menghindari Perdebatan yang Tidak Produktif

Salah satu tantangan terbesar di media sosial adalah munculnya perdebatan yang sering kali tidak produktif. Banyak orang merasa bebas untuk berkomentar atau berdebat tentang berbagai isu, termasuk masalah agama, yang seringkali berujung pada permusuhan. Di bulan Ramadan, di mana umat Muslim seharusnya menjaga hati dan pikiran dari hal-hal yang dapat merusak kedamaian, perdebatan yang tidak konstruktif ini sangat bertentangan dengan semangat bulan suci.

Baca Juga: Menjaga Etika Komunikasi di Media Sosial

Seperti yang dijelaskan dalam Al-Qur’an, umat Islam diajarkan untuk menghindari perdebatan yang tidak bermanfaat dan menjaga diri dari perilaku yang dapat merusak keharmonisan. Dalam Surah Al-Hujurat (49:11), Allah berfirman: “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain; boleh jadi mereka yang diolok-olok itu lebih baik dari mereka.”

Pada media sosial, perdebatan antar individu atau kelompok sering kali berkembang menjadi serangan personal atau ujaran kebencian. Hal ini bisa menciptakan suasana yang jauh dari rasa hormat dan kasih sayang yang seharusnya diutamakan di bulan Ramadan. Oleh karena itu, penting untuk mengedepankan sikap sabar, menghargai perbedaan, dan memilih untuk menghindari pertengkaran yang tidak memberikan manfaat bagi diri sendiri maupun orang lain.

  1. Menghormati Privasi dan Tidak Berlebihan dalam Berbagi

Di bulan Ramadan, banyak orang yang memanfaatkan media sosial untuk berbagi momen-momen kebersamaan, termasuk saat berbuka puasa, sahur, atau berbagi hadiah. Meskipun berbagi kebahagiaan dan kebaikan adalah hal yang dianjurkan, namun di media sosial, kita juga perlu menjaga batasan dalam berbagi informasi pribadi.

Menurut sebuah penelitian yang dilakukan oleh Pew Research Center, sekitar 60% pengguna media sosial merasa bahwa ada tekanan untuk tampil sempurna di platform ini. Di bulan Ramadan, hal ini bisa menjadi masalah jika seseorang merasa perlu untuk memamerkan gaya hidup atau ibadah mereka demi mendapatkan pengakuan atau “likes”. Padahal, dalam Islam, niat yang baik dalam beribadah harus dilakukan dengan tulus tanpa berharap perhatian dunia.

Bulan Ramadan juga mengajarkan pentingnya menjaga diri dari perasaan riya’ (sombong), yaitu melakukan ibadah atau amal untuk mendapatkan pujian dari orang lain. Dalam media sosial, perasaan ini bisa muncul ketika seseorang terlalu banyak membagikan aktivitas ibadah atau kebaikan yang mereka lakukan, yang seharusnya menjadi urusan pribadi antara dirinya dan Tuhan.

  1. Menggunakan Media Sosial untuk Menebar Kebaikan

Di sisi lain, media sosial juga bisa menjadi alat yang sangat efektif untuk menyebarkan kebaikan selama bulan Ramadan. Sebagai contoh, banyak orang yang menggunakan media sosial untuk mengajak orang lain berpuasa, berbagi informasi tentang kegiatan sosial, atau mengumpulkan dana untuk amal. Dalam hal ini, media sosial dapat menjadi sarana dakwah yang sangat baik, asalkan disertai niat yang tulus untuk menyebarkan manfaat.

Selain itu, media sosial juga dapat menjadi tempat yang baik untuk berbagi ilmu, seperti kajian agama, tafsir Al-Qur’an, dan hadis yang benar. Mengedukasi masyarakat tentang nilai-nilai Ramadan dan pentingnya meningkatkan kualitas diri dapat memberikan dampak positif yang luas, selama informasi yang dibagikan akurat dan bermanfaat.

Baca Juga: Pengelolaan Konten dan Keamanan Digital untuk Pengelola Media Pesantren

Bulan Ramadan adalah waktu yang penuh berkah dan kesempatan untuk meningkatkan kualitas diri. Oleh karena itu, dalam bermedia sosial, kita harus tetap menjaga etika dan sikap yang sesuai dengan nilai-nilai yang diajarkan dalam agama. Menghindari penyebaran informasi palsu, perdebatan yang tidak produktif, serta menjaga privasi menjadi langkah penting untuk memastikan bahwa penggunaan media sosial selama bulan suci ini dapat mendukung tujuan spiritual kita.

Media sosial bisa menjadi sarana yang efektif untuk menyebarkan kebaikan, selama kita menggunakannya dengan niat yang baik dan tetap menjaga adab serta etika dalam setiap interaksi di dunia maya. Sebagai umat Muslim, sudah sepatutnya kita memanfaatkan bulan Ramadan ini untuk memperbaiki diri, menjaga hati, dan berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih baik di dunia nyata maupun dunia maya.



Penulis: Albii