Ilustrasi beragam profesi yang dimiliki masing-masing individu. (sumber: brinly.co.id)

“Pekerjaan adalah pekerjaan. Tak peduli insinyur maupun petugas kebersihan. Kamu tidak berhak mengejek orang lain hanya karena penghasilanmu lebih besar. Kita semua bekerja untuk menyediakan makanan di atas meja.” __ (anonim)

Sebuah quotes yang cukup menampar bagi orang-orang yang selama ini memandang kehormatan sebuah pekerjaan dari baju seragam. Barangkali itu adalah anda atau saya, sebagai pelaku atau korban. Pernyataan ini masyhur diungkap, dibaca, dan dibagi yang kali ini sengaja saya lansir dari laman brilio.net. pernyataan ini sengaja dijadikan sebuah pembuka diskursus yang sampai kapan pun akan selalu menjadi perbincangan hangat manusia tentang profesi, penghasilan, dan jadi apa kita di dunia.

Kita menyadari ada banyak macam pekerjaan yang kemudian disebut profesi seseorang dalam aktivitas sehari-harinya untuk mendapatkan sebuah upah, gaji, honor dan semua sebutan yang tentu menghasilkan uang halal. Kita mulai dari pekerjaan rumah, tukang sapu, pembersih sampah, satpam, guru, dosen, polisi, dokter, jurnalis, penyuluh, pedagang, insinyur, politikus, petani dan banyak lagi yang tak perlu saya sebut satu-satu di sini.

Barangkali dari rentetan pekerjaan atau kita sebut profesi yang saya tulis di atas, mana kah yang paling terhormat? Paling mulia atau terbaik nilainya? Saya meyakini dengan spontan ada yang menyebut dokter, polisi, dose, guru, dan bahkan mungkin minim yang berani mengatakan tukang sapu atau pembersih sampah. Mengapa demikian? Inilah persoalan sumber daya manusia kita, yang begitu mudah menjudge nilai atau kehormatan seseorang dari apa yang menjadi pekerjaannya. Mengapa demikian? Atau bagaimana seharusnya? Mari cob akita bahas di sini. Tanpa perlu saling mengadili atau merasa saling tuding profesi.

Tentu, banyak profesi memiliki nilai dan peran yang penting dalam masyarakat. Setiap pekerjaan memiliki keunikan dan kontribusinya masing-masing, dan semua profesi berperan dalam menjaga keseimbangan dan keberlangsungan kehidupan sehari-hari. Misalnya: Pekerjaan Rumah: Tugas ini sering dianggap sebagai pekerjaan yang tidak terlihat, namun sangat penting untuk mendukung keluarga dan rumah tangga. Tukang Sapu dan Pembersih Sampah: Mereka menjaga kebersihan lingkungan, yang sangat penting untuk kesehatan dan kenyamanan masyarakat.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Begitu pula dengan pekerjaan satpam yang bertanggung jawab menjaga keamanan dan ketertiban di area yang mereka jaga. Guru dan Dosen: Memiliki peran kunci dalam mendidik dan membentuk masa depan melalui pendidikan. Polisi: Menegakkan hukum dan menjaga keamanan masyarakat. Dokter: Menyediakan perawatan kesehatan yang vital untuk kesejahteraan individu. Jurnalis seseorang yang menyampaikan informasi dan berita, yang membantu masyarakat untuk tetap terinformasi dan terlibat. Penyuluh bertugas memberikan bimbingan dan informasi penting di berbagai bidang, seperti pertanian atau kesehatan.

Kita pahami juga profesi pedagang, mereka menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat sehari-hari. Insinyur yakni perancang dan mengembangkan infrastruktur serta teknologi yang mendukung kemajuan dan inovasi. Politikus: pembuat kebijakan dan keputusan yang mempengaruhi kehidupan masyarakat secara luas. Dan yang sering terabaikan tapi manfaatnya begitu luas dinikmati oleh semuanya yaitu petani, menyediakan bahan pangan yang diperlukan untuk kelangsungan hidup.

Masing-masing profesi ini memiliki nilai yang berbeda, tetapi semuanya penting dan saling melengkapi. Penghargaan terhadap setiap profesi menunjukkan rasa hormat terhadap kontribusi yang mereka berikan untuk kebaikan bersama. Bayangkan, andai semua orang menyadari pentingnya semua profesi ini, maka tak aka nada yang berani merendahkan, tega menjatuhkan, dan dengan sengaja mengabaikan.

Bisa kah kita bayangkan, beberapa peran dalam profesi itu hilang? Tidak ada petani, bagaimana kondisi pangan masyarakat? Tidak ada tukang sampah karena semua orang merasa kotor atau malu, bagaimana keadaan lingkungan hidup kita yang notabenenya diri kita juga tak begitu peduli pada sampah-sampah yang berserakan bahkan kitalah yang terkadang penyumbang sampah itu sendiri.

Begitu pula dengan keberadaan jurnalis, awak media yang menjadi garda terdepan penghubung antara masyarakat dan pemerintah, pemerintah dan masyarakat. Tanpa peran jurnalis warga akan miskin informasi, demokrasi bisa jadi terbungkam, isu-isu orang-orang di atas tak akan terbaca dan terdengar ke bawah begitu pun kemelaratan dan kehidupan kaum ploretar tak diketahui oleh pemerintah. Jurnalis dengan medianya menjadi penghubung signal semesta tentang segala macam kondisi di negara bahkan dunia ini.

Sampai di sini, masihkah kita menjadi pelaku yang hanya bisa menuduh seseorang tak bernilai karena profesi atau pekerjaannya yang tak berseragam? Atau masihkah kita menjadi tega membiarkan orang-orang yang dengan susah payah mendapat pekerjaan lalu patah-putus asa karena kita lihat sebelah mata? Jika kita masih demikian, barangkali kitalah yang lebih rendah dari apa yang kita anggap rendahan. Mari belajar toleransi dimulai dari saling menghargai.



Penulis: Albii