ilustrasi: semesta/google

Kepada Semesta

Oleh: Wannur Laila Putri*

Kepada waktu yang berlalu
aku berhasil meletakkan kenangannya
sebagian tarjatuh dari kepala dan hatiku

kepada setiap tanah yang selalu kupijak
aku sudah menandai jejak langkah kakinya

kepada setiap ingatan yang pernah tumbuh
aku akan menyiraminya dengan lantunan doa
agar tetap tumbuh meski aku rapuh

aku akan memberikan senyuman
atas kenangan pahit yang terlintas teringat
barangkali puing puing itu akan memudar
namun tetap saja aku tidak bisa melupa

jika hilang
aku akan selalu ingat
kalau kamu pernah ada

Elegi Cinta

Pada langit aku bercengkrama
ada seseorang di bumi yang sama
sangat kurindukan karna jarak yang teramat jauh di sana
namanya simbol keindahan alam semesta

tatap matanya seteduh paru-paru dunia
dia sedkit pemalu
senyumnya kadang terlihat kaku
bahasa tubuhnya bak alunan musik klasik
yang memiliki makna dalam dan menghanyutkan

dia bukan seorang jemawa
diamnya kadang menimbulkan murka
murka pada gejolak sanubari

semakin hari, aku semakin tahu diri
menginginkan keindahan
dengan pondasi bertuan

namun sungguh tak mengapa
sebab rasaku sangat sederhana
karna aku sadar bukan aku tujuan rasanya

rumah singgah
tentang rumah yang penghuninya ramah
manusia yang mengobati hati yang penuh darah
bersedia menanamkan percaya meski tak mudah
juga memahami tiap tujuanku yang hilang arah

terima kasih tuan
pundakmu menjadi tempat ternyaman untuk sandaran
matamu berbinar tiap kali aku membuka obrolan
kamu adalah tokoh utama yang sangat kujadikan tujuan

Tolong

Tetap merangkul meski keadaannya sama terpukul
kupastikan kisahnya tak akan selesai
hanya karena pensilnya tumpul
dan takkan bisa terhapus apalagi pupus
seba  bersamamu adalah nyaman paling aman

maaf sudah banyak menyebut namamu dalam doa
menyetorkan namamu kepada sang maha cinta

setiap kali tanganku menengadah untuk meminta
permohonanku kepada pemilik semesta agar kamu saja
untuk bersamaku menggapai jannah-Nya.

*Mahasiswa PAI Unhasy.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online