Santri sekaligus sahabat Gus Dur, Khofifah Indar Parawansa, menceritakan kisahnya saat masih bersama Gus Dur dalam Haul ke-8 Gus Dur, di Tebuireng Jombang, Kamis (28/12/17). (Foto: Kopi Ireng)

Tebuireng.online- Dari pada disebut sebagai sahabat, Menteri Sosial RI Khofifah Indar Parawansa lebih senang disebut sebagai santri dari Almaghfurlah KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur.

“Jika saya disuruh sambutan atas nama persaksian sahabat Gus Dur, sebetulnya saya lebih tepat adalah santrinya Gus Dur, bahkan santri yang belum lulus,” ujar Mensos Khofifah ketika memberikan Sambutan acara Haul ke-8 Gus Dur di Pesantren Tebuireng Jombang, Kamis (28/12/2017).

Ada kisah menarik, ungkap Khofifah, ketika gejolak perpolitikan di tanah air memanas untuk melengserkan Gus Dur dari kursi presiden, ada yang ‘nyletuk’ Gus Dur kurang sedekah karena tidak sempat.

Mendengar hal itu, Khofifah yang berada bersama Gus Dur lalu mengumpulkan uang 20 ribuan untuk dibagikan kepada orang-orang yang kurang mampu dalam kurun waktu 2 bulan.

Kenapa Gus Dur bala’nya banyak? Shodaqoh lidaf’il bala’. Saya berharap dengan shodaqoh itu tidak hanya bisa menyelamatkan Gus Dur saja, tapi menyelamatkan bangsa ini,” beber mantan politisi PKB itu.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Meskipun sebetulnya, dalam persoalan itu, tidak sedikitpun Gus Dur merasa cemas bahwa akan diturunkan dari jabatannya, justru yang cemas dan khawatir adalah sahabat-sahabat Gus Dur.

Tidak sendirian, Khofifah yang pernah menjabat sebagai Menteri Pemberdayaan Perempuan Era Gus Dur itu juga didampingi oleh tokoh-tokoh loyalis Gus Dur lainnya seperti Mahfud MD dan Rizal Ramli yang pada kesempatan malam itu juga turut hadir memberikan sambutan sahabat Gus Dur pada puncak acara Haul.

Dalam penuturannya, Khofifah yang sejak muda mendampingi Gus Dur, ia mengaku banyak belajar kebangsaan dan kenegaraan dari gurunya itu.

“Ketika Gus Dur di Amerika, Gus Dur mengatakan, di negeri saya, saya melindungi minoritas. Tolong di negeri anda, anda melindungi minoritas,” ungkap Mensos Khofifah, cerita dengan singkat.

Sisi lain, banyak yang tidak mengetahui prestasi Gus Dur ketika menjabat sebagai Presiden RI selama 21 bulan selain keberhasilan Gus Dur merekatkan persatuan dan kesatuan bangsa.

“Betapa dalam kurun waktu 21 bulan menjadi presiden. Seorang Gus Dur mempunyai prestasi yang gemilang di bidang ekonomi, dan lain-lain,” imbuh Ketua PP Muslimat NU ini.

Ada proses timbal balik, lanjutnya, tidak semua orang nutut dengan pikiran KH Abdurrahman Wahid.

“Kehati-hatian GusDur menempatkan (kader NU, red) di pos-pos strategis,” jelasnya.

Ia juga meyakinkan bahwa warga Nahdliyin sangat mempunyai potensi untuk mengisi pos-pos strategis negara.

“Hari ini kita butuh de facto, bahwa di lingkungan NU sudah memenuhi kebutuhan bagaimana (pos-pos, red) kemerdekaan ini kita isi,” tambahnya jelas.

Cerita lain dari kesederhanaan Gus Dur, lanjut Khofifah adalah  ketika Gus Dur menjadi presiden dan beliau memilih di wisma negara. “Salah satu yang mendampingi untuk merumuskan kabinet-kabinet salah satunya adalah saya. Saya termasuk yang mendapatkan tugas untuk menelepon menteri-menteri,” tutur mantan Ketua BKKBN ini.

“Di samping kita ada maqbarohnya KH Hasyim Asy’ari, KH Wahid Hasyim. Jikalau pada saatnya KH Hasyim Asy’ari beserta dzuriyahnya masuk surga, semoga kita ikut berbondong-bondong masuk surganya Allah. Meskipun Gus Dur jasadnya telah wafat, namun pikiran-pikiran Gus Dur tetap bersama kita,” pungkasnya.


Pewarta: Rif’atuz Zuhro

Editor/Publisher: Rara Zarary