Para narasumber dan moderartor bedah buku terbaru Pustaka Tebuireng, “Mengais Keteladanan Kiai Syansuri Badawi” pada Selasa (10/10/2017) di UIN Sunan Ampel Surabaya.

Tebuireng.online– Kiai Syansuri Badawi adalah sosok kiai kharismatik alumnus Pesantren Tebuireng yang mempunyai kedalaman ilmu agama sekaligus kiai yang aktif menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI.

Namun yang perlu diambil pelajaran dari semangat perjuanganya adalan bahwa ketika menjadi anggota dewan, Kiai Syansuri tidak melepaskan kewajibannya untuk mengajar di Pesantren Tebuireng.

Hal itulah setidaknya yang disampaikan oleh salah satu pemantik acara bedah buku terbaru dari Pustaka Tebuireng yang berjudul “Mengais Keteladanan Kiai Syansuri Badawi”, KH. Hafidz Ma’some.

KH. Hafidz Ma’some mengatakan bahwa Kiai Syansuri adalah sosok politisi yang berakhlak. “Salah satu teladan yang bisa diambil dari Kyai Syansuri adalah keistiqomahan politik yang berakhlak,” ungkapnya di UIN Sunan Ampel Sirabaya, Selasa (10/10/2017).

Hal tersebut juga diamini oleh penulis buku tersebut Cholidi Ibhar yang mengatakan bahwa Kiai Syansuri itu memiliki pemikiran yang spiritual, dan landasan politik yang matang.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Selain itu, menurut penuturan Dr. KH. Musta’in Syafi’ie, M.Ag yang menceritakan bahwa Kyai Syansuri pernah memiliki konflik dengan KH. Yusuf Hasyim. “Konflik tertinggi antara dua Masyayikh Tebuireng itu adalah ketika Kiai Syansuri menjabat sebagai DPR, tetapi beliau tetap mengajar ke Tebuireng saat Bulan Ramadhan. Tetapi ketika di Jakarta beliau juga mengajar alumni Madrasatul Qur’an yang juga merupakan maqom kedua dari Keluarga Tebuireng,” papar pakar tafsir Al-Quran Pesantren Tebuireng ini.

KH. Syafik Rofi’ juga menceritakan tentang Kyai Syansuri, yang dalam kesempatan ini beliau lebih menceritakan tentang kebiasaan yang dilakukan oleh Kyai Syansuri seperti memberi amalan.

Lora Rofi’, panggilan beliau, juga memaparkan bahwa saat menjadi politisi, Kyai Syansuri tidak menjadikan kementrian Agama masuk dalam otonomi daerah.

Sekedar diketahui, acara bedah buku tersebut terselenggar atas kerjasama antara Penerbit Tebuireng dengan Ikapete (Ikatan Alumni Pesantren Tebuireng) cabang Surabaya, Manteb’s (Mahasiswa Alumni Tebuireng Surabaya) dan PMII Rayon Fakultas Syari’ah UIN Sunan Ampel Surabaya.

Acara bedah buku tersebut juga dihadiri “Sesepuh Manteb’s”, yakni A. Baidlowi yang merupakan ketua pertama sekaligus pendiri organisasi Manteb’s yang menginginkan acara tersebut menjadi wadah alumni Pesantren Tebuireng untuk dapat tetap menyambung tali silaturahim baik dari kalangan senior atau alumni tua yang tergabung dalam Ikapete Surabaya maupun dari Manteb’s.