Mustasyar PBNU, KH. Maimun Zubair, saat menyampaikan tausiah dalam acara Al Haflatul Kubro dan hari ulang tahun Madrasah ke-102, pondok pesantren ke-192 serta Haul Masyayikh Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas Jombang, Ahad (23/07/17). (Foto: Sutan)

Tebuireng.online- Mustasyar PBNU, KH. Maimun Zubair menyampaikan bahwa cikal bakal pesatnya perkembangan Islam di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari pesantren-pesantren. “Ramainya Islam di tanah air kita adalah munculnya pesantren, yang dimuculkan oleh Sunan Ampel (Raden Rahmat),” terang Mbah Maimun saat mengisi tausiyah pada acara Al Haflatul Kubro dan hari ulang tahun Madrasah ke-102, pondok pesantren ke-192 serta Haul Masyayikh Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas Jombang, Ahad (23/07/17) malam yang bertempat di Halaman Gedung Serba Guna Tambakberas Jombang.

Beliau menyebut, dulu di Makkah tempat asrama ahlut tariqoh disebut ribath, itulah yang mendasari istilah ribath kadang kala juga masih difungsikan di Indonesia sebagai bahasa arab dari pesantren, namun belakangan ini lebih familiar dengan istilah ma’had.

Selain itu, Mbah Maimun juga menerangkan terkait hubungan antara Nahdlatul Ulama dengan Nahdlatul Wathan yang menurutnya masih mempunyai benang merah dari KH. Abdul Wahab Hasbullah, Pendiri Pondok Pesantren Bahrul Ulum.

“KH Wahab Hasbullah diutus Mbah Hasyim menjadi wakil di Komite Hijaz, yang sebelumnya belum ada NU, dan masih ada Nahdlatul Wathon,” ujar Kiai NU asal Rembang Jawa Tengah ini.

Begitu pulang ke tanah air tahun 1914, Kiai Wahab Hasbullah menetap di Surabaya dan aktif di Organisasi Serikat Islam (SI). Dua tahun kemudian bersama Kiai Mansur yang ikut mendirikan Nahdlatul Wathan, yang kini menjadi Ormas terbesar di Nusa Tenggara Barat (NTB).

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Pendiri Nahdlatul Wathan TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid  sendiri adalah adik kelas dari Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari (pendiri NU) yang bertemu pada sanad ilmu yang sama yaitu Syaikh Amin Al Kutubi.

Sebagai Kiai sesepuh NU, Mbah Maimun juga menceritakan sejarah Islam seperti Kerajaan Usmani yang pada tahun 1017 jatuh. Oleh sebabnya, Umat Islam di Indonesia harus tetap menjaga perdamaian dan keutuhan agama, negara, dan bangsa. “Kerajaan Usmani jatuh bukan karena perang, namun jatuh karena konflik dengan sesama umat Islam,” tandasnya.


Pewarta : Rif’atuz Zuhro

Editor : Munawara MS

Publisher : Rara Zarary