Oleh: Almara Sukma Prasintia*

Anggota tubuh merupakan nikmat Allah yang dianugerahkan kepada manusia, dan merupakan amanah Allah kepada manusia. Apabila seseorang berbuat maksiat pasti menggunakan anggota tubuh, begitu pula apabila manusia berbuat kebaikan, pasti menggunakan anggota tubuh. Anggota tubuh merupakan sumber dari semua perbuatan. Anggota tubuh itu ibarat rakyat yang menjadi tanggung jawab. Oleh karena itu, hendaknya kita berfikir bagaimana seharusnya kita memeliharanya. Rosulullah Saw, bersabda:

فكلكم راع وكلكم مسؤول عن رعيته

“Kamu semua adalah pemimpin dan kamu semua akan dimintai pertanggungjawaban tentang yang engkau pimpin.”

Oleh karena itu, jagalah semua anggota tubuh, terutama anggota tubuh yang tujuh. Karena pintu neraka berjumlah tujuh, dan masing-masing pintu neraka itu disediakan untuk dimasuki oleh orang-orang yang telah melakukan maksiat dengan salah satu anggota tubuh yang tujuh, yaitu:

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Mata

Mata sebenarnya diciptakan oleh Allah untuk manusia, agar manusia dapat melihat segala sesuatu sehingga terpenuhi kebutuhannya, dapat melihat keajaiban di langit dan bumi, dan dapat mengambil pelajaran dari tanda-tanda kebesaran Allah SWT. Oleh karena itu pelihara mata dari empat hal berikut:

  1. Melihat perempuan yang bukan mukhrim.
  2. Melihat gambar-gambar yang merangsang nafsu.
  3. Melihat orang Islam lain dengan pandangan meremehkan.
  4. Melihat cacat atau kekurangan orang lain.

Telinga

Hendaknya kita menjaga telinga, jangan kita gunakan telinga untuk mendengar perkara bid’ah, perkataan yang membahas hal ihwal orang lain yang negatif, perkataan jelek, perbincangan kebatilan, atau mendengar pembahasan tentang kejelekan orang lain.

Sebenarnya telinga diciptakan Allah SWT untuk mendengarkan firman-Nya, hadis Rasulullah, nasehat-nasehat para Wali Allah sehingga mendapatkan ilmu, dan perkataan-perkataan yang baik yang akan mengantarkan kita mencapai kerajaan yang kekal dan kenikmatan yang ada disisi Allah SWT.

Lisan

Adapun lidan telah diciptakan untuk berdzikir kepada Allah sebanyak-banyaknya, membaca Al-Qur’an, memberi petunjuk kepada makhluk Allah menuju jalan kebenaran, mengungkapkan isi hati, baiak dalam urusan agama atau dunia. Tapi apabila kita menggunakan untuk tujuan selain Allah, maka kita benar-benar tidak bisa mensyukuri nikmat Allah SWT.

Perut

Hendaknya kita menjaga perut. Jangan dampai kemasukan barang-barang haram atau syubhat, makan makanan secukupnya saja, tidak terlalu kenyang. Sebab makan terlalu kenyang bisa menyebabkan: keras hati, merusak kecerdasan pikiran, melemah daya hafalan dan ingatan, malas beribadah, malas belajar, membangkitkan nafsu birahi, membantu perajurit-perajurit setan.

Kemaluan

Hendaknya kita menjaga kemaluan dari perbuatan-perbuatan yang dilarang Allah, dan berusahalah menjadi orang yang disebutkan Allah dalam firman-Nya surat Al-Mukmin ayat 5-6:

والذين هم لفروجهم حافظون إلا على أزوجهم او ما ملكت ايمانهم فانهم غير ملومين.

“Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka, atau budak yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela.”

Kita tidak akan mampu menjaga kemaluan kecuali dengan menjaga mata dari melihat hal-hal yang haram, menjaga hati, dan fikiran dari menghayal hal-hal yang merangsang nafsu, menjaga perut dari makan syubhat, dan kekenyangan. Karena semua perkara ini dapat membangkitkan hawa nafsu dan syahwat.

Kedua Tangan

Jagalah kedua tangan dari perbuatan memukul orang lain, mengambil harta haram, menyakiti sesama makhluk Allah, menulis kata-kata yang tidak boleh diucapkan, dan mengganggu barang amanat atau titipan.

Kedua Kaki

Hendaknya kita menjaga kedua kaki, jangan kita gunakan kedua kaki untuk berjalan menuju tempat yang diharamkan Allah, dan untuk melakukan maksiat lainnya.

Kesimpulannya, ialah semua kegiatan kita dengan anggota tubuh merupakan nikmat Allah. Jadi, jangan menggunakannya untuk maksiat kepada Allah. Tetapi, gunakanlah semua itu untuk taat kepada Allah SWT.


Referensi: Kitab Bidayatul Hidayah


*Mahasantri Ma’had Aly Hasyim Asy’ari