Gubernur NTB TGH Zainul Majdi memberikan pendapatnya tentang KH. Hasyim Asy’ari kepada wartawan Tebuireng Online, usai berziarah ke makam Hadratussyaikh dan berdialog dengan Gus Sholah di Dalem Kasepuhan Pesantren Tebuireng, siang tadi (23/07/2017). (Foto: M. Masnun).

Tebuireng.online— Dalam kunjungannya ke Pesantren Tebuireng, Gubernur Nusa Tenggara Barat, Dr. TGH. M. Zainul Majdi, pada Ahad (23/07/2017) siang tadi, mengutarakan pendapatnya tentang Hadrattussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari. Kepada wartawan Tebuireng Online, beliau menjelaskan bahwa Kiai Hasyim adalah sosok yang langka di dunia.

“Mbah Hasyim, kalau orang Arab bilang adalah qolla ma yajuudu az-zamanu bi mitslihi. Jarang, masa atau waktu itu bermurah hati memberi sosok seperti beliau. Beliau adalah seorang yang sangat langka,” ucap alumnus Universitas Al-Azhar Kairo Mesir dari S1 hinga S3 itu.

Cucu pendiri Nahdlatul Wathan, TGH. M. Zainuddin Abdul Majdi itu, juga mengangap bahwa keberadaan Hadratussyaikh menjadi pembuktian dari hadis Rasul, khoiru an-nas ‘anfa’uhum li an-nas (sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi sesama).

“Yang paling sederhana adalah merubah Tebuireng, dari yang tidak ada apa-apanya menjadi tempat yang penuh berkah. Dan itu dilaksanakan dalam situasi yang penuh dengan keterbatasan,” jelas mantan anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI itu.

Untuk itu, beliau berpesan kepada para pemuda Indonesia agar mencontoh semangat perjuanga Hadratussyaikh. “Sehingga anak-anak muda dan kita sekarang dengan konteks masing-masing harus bisa melakukan perubahan yang lebih baik, terutama untuk masyarakat,” jelas ahli tafsir dan hafidz Al Quran 30 juz itu.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

“Pesantren ini (Tebuireng) bukanlah seperti pondok biasa, tetapi juga tempat perjuangan. Jadi kalian di sini, tidak hanya belajar ilmu, tetapi juga belajar tentang perjuangan ulama. Sejarahnya tempat ini adalah tempat yang penuh dengan hal-hal yang tidak baik, berkat semangat perubahan dan keistikamahan maka bisa menjadi baik seperti ini,” terang beliau sebelum masuk ke mobil hendak meninggalkan Tebuireng.

Berkesempatan juga memberikan wejangan dan motivasi kepada para mahasiswa dan santri asal NTB, Gubernur kelahiran 31 Mei 1972 itu menjelaskan tentang pentingnya merantau guna mencari ilmu.

“Mencari ilmu tidak bisa hanya dilakukan dengan berdiam diri, harus ada safar (bepergian) untuk memperoleh ilmu tersebut,” ungkap pemimpin asal Pancor, Selong, Nusa Tenggara Barat itu.

Kehadiran Gubernur 45 tahun itu di Jombang sebenarnya adalah memenuhi undangan menjadi pembicara dalam peringatan 100 hari wafatnya KH. Aziz Masyhuri di Pesantren al-Aziziyah Denanyar. Usai agenda itu , beliau menyempatkan diri berkunjung ke Pesantren Tebuireng untuk bersilaturahmi dan ziarah ke makam Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari dan Masyayikh Tebuireng lainnya.


Pewarta:           Sutan Alam Budi

Editor/Publisher: M. Abror Rosyidin