Prosesi Wisuda Pengurus Kudaireng pada Kamis (16/03/2017) di Masjid Tebuireng. (Sumber foto: facebook Bisri Syamsuri Al-subangiy)

Tebuireng.online – Kudaireng (Kumpulan Da’i Tebuireng) tak hanya memberikan pelajaran, pengalaman, dan membantu peserta didik menunjang prestasi di bidang public speaking, melainkan layaknya lembaga pendidikan yang juga menyediakan sertifikasi atau ijazah bagi peserta didik yang telah mumpuni. Hal itu dibutikan dengan diadakanya acara wisuda secara rutin setiap tahunya oleh organisasi santri terbesar di Pesantren Tebuireng tersebut.

Wisuda Kudaireng kali ini merupakan yang ke tiga kalinya. Acara yang bertempat di Masjid Pesantren Tebuireng Lt. 1 pada Kamis (16/03/2017 ini, dimulai pukul 20.00 WIB selepas jamaah shalat Isya’ dan berakhir pada pukul 23.00 WIB dini hari.

Acara yang telah menjadi rutinitas tahunan ini dihadiri oleh Mudir Pondok H. Lukman Hakim, B.A., Kepala Pondok Putra Ustadz Iskandar, S.HI., Ustadz Ali Musthofa, S.A., selaku Pembina Kudaireng, serta beberapa ustadz-ustadz dan pengajar di Pesantren Tebuireng. Selain itu hadir sejumlah Kiai, yaitu KH. Abdul Jalil Umar, Drs. KH. Fahmi Amrullah Hadzik, dan KH. Hasyim Ilyas,

Wisuda ini juga dimeriahkan dengan tampilan Kubahireng (Kumpulan Banjari & Hadroh Tebuireng). Jam’iyyah Shalawat beranggotakan para santri itu, melantunkan berbagai lirik shalawat mulai dari yang klasik sampai lirik yang sedang digandrungi saat ini.

Setelah menyanyikan lagu Hymne Tebuireng, Hymne Kudaireng, serta Mars Kudaireng, pembawa acara mengantarkan para calon wisudawan memasuki panggung dengan menyebut nama dan asal mereka satu persatu. Dr. Ir. KH (HC) Shalahuddin Wahid sebenarnya turut hadir untuk mewisuda para pengurus Kudaireng ini. Namun karena beliau mendadak harus menghadiri takziyah ke Depok atas meninggalnya KH. Hasyim Muzadi, maka beliau udzur tidak bisa hadir.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Drs. KH. Fahmi Amrullah selaku Kepala Pondok Putri Pesantren Tebuireng berkesempatan memberikan sambutan. Dalam sambutanya, beliau menuturkan bahwa seorang da’i mempunyai tanggung jawab yang berat, apalagi ketika sudah pulang ke kampung halamanya masing-masing. Selain itu, menurut beliau, seorang da’i atau muballigh dituntut untuk bisa menyesuaikan cara penyampaian antara kepada orang awam dan berpendidikan.

Kallimun naasa bi qodri ‘uquulihi,” ungkap beliau mengutip potongan hadis. Beliau juga menegaskan kepada para santri, khususnya kepada seluruh wisudawan, bahwa dalam berdakwah tidak perlu terlalu memperhatikan retorika. Bagi beliau yang terpenting adalah dakwah itu bisa sampai kepada seluruh hadirin . “Kata-kata yang sederhana itu keluar dari orang yang luar biasa,” pungkas kiai yang hobi bulutangkis tersebut.

Selanjutnya, sesi motivasi yang pertama disampaikan oleh KH. Hasyim Ilyas. Alumnus Tebuireng yang berdomisili di Jakarta ini menghimbau para santri agar bangga ketika menjadi santri. Santri diharapkan agar tidak minder ketika ditanya ‘mau jadi apa’. “Ente kudu bangga jadi santri,” ungkap beliau. Beliau beralasan, hal itu dikarenakan telah terbukti banyaknya orang sukses yang dicetak oleh pesantren, seperti Gus Dur.

“Semuanya pasti menjadi pemimpin minimal pemimpin dirinya sendiri,” tutur H. Lukman Hakim, B.A., ketika mengisi sesi motivasi kedua. Mudir bidang kepesantrenan ini menghimbau para santri agar bisa ‘memimpin’. Selain itu, beliau berpesan pada seluruh santri agar selalu menjaga nama baik Tebuireng, khususnya ketika para santri telah kembali ke kampung halamanya masing-masing.

Setelah pembacaan maulid diba’ yang dipandu oleh Jam’iyyah Shalawat Kubahireng, KH. Abdul Jalil Umar maju ke panggung kehormatan untuk menyampaikan mauidhoh hasanah. Beliau menegaskan kembali apa yang telah disampaikan Gus Fahmi (Drs. KH. Fahmi Amrullah) bahwa dakwah itu janganlah terlalu mengandalkan retorika. Namun harus lebih menekankan pada penyesuaian diterimanya ceramah oleh pendengar atau target dakwah.

Acara ditutup dengan do’a yang dipimpin langsung oleh Kepala Pondok, Ustadz Iskandar. Selanjutnya, seluruh wisudawan berfoto mengabadikan momen dengan para pembicara dan pembina Kudaireng.


Pewarta:   Ananda Prayogi

Editor:      Abror Rosyidin

Publisher:  M. Abror Rosyidin