Wakil Menteri Luar Negeri, Abdurrahman Mohammad Fachir ajak santri mengingat tokoh yang merumuskan landasan bernegara, hingga menegaskan kembali tugas santri ke depan. (Foto: rz)

Tebuireng.online– Wakil Menteri Luar Negeri, Abdurrahman Mohammad Fachir mengajak generasi muda terutama para santri untuk mengingat kembali perjuangan para tokoh dalam merumuskan empat landasan bernegara.

Hal itu disampaikan dalam acara Launching Peringatan Hari Santri 2019, yang diadakan di Kementerian Agama RI, Kamis (19/9/19), yang dimeriahkan dengan orkestra perdamaian.

Dalam kesempatan itu, Wakil Menteri Luar Negeri mengingatkan kembali bahwa pada tahun 1945 pendiri Republik Indonesia mendiskusikan landasan negara di jalan Kejambon, gedung Pancasila, kementerian Luar Negeri.

“Mereka merumuskan empat tujuan kita bernegara. Negara harus melindungi segenap tumpah darah. Negara harus mencerdaskan kehidupan bangsa. Negara harus menyejahterakan seluruh rakyat. Indonesia harus menjadi negara yang berkontribrusi untuk perdamaian bangsa. Ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial,” tegasnya.

Mohammad Fachir menyebutkan beberapa tokoh yang merumuskan empat tujuan bernegara. Diantaranya: KH. Abdul Wahid Hasyim, H. Abdul Salim, Kiai Bagus Hadi Kusumo, KH. Abdul Fatah Hasan, Kiai Mas Mansyur, dan lainnya.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

“Mereka yang merumuskan landasan bernegara itu sedang bercita-cita untuk berkontribrusi kepada negara. Dan mereka adalah panutan kita, para kiai kita,” ungkapnya.

Selain mengingatkan hal penting itu, ia mengajak semua santri untuk menjadi anggota masyarakat internasional yang baik dan untuk terus berkontribusi.

Menurutnya, Hari Santri Nasional harus mengenang andil besar santri dan kiai dalam perjuangan kemerdekaan. Meningkatkan semangat dan memotivasi santri zaman now terus berziarah pada masa kini dan mendatang.

“Setiap santri punya tantangan sendiri. Sekarang tantangan santri bermacam-macam, salah satunya perang dagang, ancaman keamanan, dll. Maka para santri harus punya bekal hadapi tantangan yang ada. Karena itu tantangan ini dihadapi dengan pasukan sumber daya manusia,” pesannya.

Baginya, sumber daya manusia yang unggul disiapkan untuk menciptakan Indonesia maju. Karena itu, kita harus memiliki daya saing yang tinggi.

“Kalau saya sekarang berjaz dan berdasi, saya belajar berdasi pertama kali di pesantren. Sejak awal, pesantren sudah mendidik para santri untuk memiliki keimanan, untuk membentuk networking, dididik menjadi orang yang bermanfaat untuk manusia,” sebutnya.

Itu lah salah satu didikan pesantren yang harus tetap dirawat dan dijadikan bekal ke depan. Hanya dengan daya saing yang tinggi, kita bisa menjadi bangsa dan negara yang maju.

“Karena itu semangat terus memberi kontribusi harus tetap ada di dada para santri. Sekali lagi, kita berharap melalui rangkai kegiatan HSN, kita mampu meningkatkan kualitas dan kapasitas kita serta keterbukaan berinteraksi dan berkontribusi untuk perdamaian ini,” tandasnya.