(sumber: IDNtimes)

Terdapat satu tempat yang dikarunia keberkahaan oleh Allah SWT., tempat tersebut bukanlah Makkah atau Madinah, justru tempat tersebut berada di ujung selatan dari jazirah Arab di Asia Barat, bagian dari Timur Tengah. Nama tempat tersebut adalah Negeri Yaman. Negeri Yaman memang dikenal sebagai salah satu negara yang diberkahi oleh Allah dari sekian banyak negari-negeri  yang mayoritas dihuni oleh umat Islam.

Baca Juga: Uwais Al Qarni, Kiblat Teladan Pemuda Masa Kini

Negeri Yaman juga sering dijuluki sebagai Negeri para Habib, tanah para Waliyullah, Negeri Keturunan Rasulullah, dan Negeri 1000 Wali. Selain itu, Yaman juga pernah dijuluki Arabia Felix oleh bangsa Romawi kuno, yang berarti “Arabia yang Bahagia”. Keutamaan negeri Yaman tidak luput dari doa Nabi Muhammad, sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Ahmad;

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

اللهم بارك لنا في شامنا اللهم بارك لنا في يمننا قالوا وفي نجدنا قال اللهم بارك لنا في شامنا اللهم بارك لنا في يمننا

Artinya: “Ya Allah… berkahilah kami pada negeri Syam kami. Ya Allah… berkahilah kami pada negeri Yaman kami.” (HR. Bukhari dan Ahmad)

Sebagai sebuah negeri yang diberkahi oleh Allah dan juga pernah didoakan oleh Nabi Muhammad, negeri Yaman memiliki ribuan kisah-kisah yang dapat menggetarkan hati dan memperkuat imam, salah satunya adalah kisah Uwais Al-Qarni, sebuah kisah yang sangat melegenda tentang bagaimana berbaktinya seorang anak kepada ibunya hingga akhirnya ia mendapatkan sebuah julukan “seorang pemuda yang tidak terkenal di bumi tetapi terkenal di langit” oleh para malaikat dan pemuda istimewa menurut Rasulullah.

Kisah Uwais Al-Qarni

Di negeri Yaman, hiduplah seorang pemuda sederhana bernama Uwais Al-Qarni yang memiliki penyakit sopak. Penyakit yang dialaminya tersebut menyebabkan kulitnya bewarna belang-belang. Meskipun ditakdirkan memiliki penyakit seperti itu ia tidak sedikitpun membantah kepada ibunya. Justru dia sangat menghormati dan memuliakan ibunya yang teryata seorang perempuan tua yang lumpuh. Dengan kondisi ibunya yang seperti itu, Uwais tak henti-hentinya untuk merawat dan memenuhi permitaan ibunya. Tetapi dari keseluruhan permintaan ibunya terdapat satu permintaan yang sulit dikabulkan yakni ibunya berkeinginan untuk menunaikan ibadah haji.

Melihat permintaan ibunya tersebut, Uwais merenung cukup lama. Hal tersebut dikarenakan perjalanan ke Makkah dari Yaman sangatlah jauh. Umumnya orang-orang yang menuju Mekkah menggunakan unta dan membawa banyak perbekalan guna dapat menembus padang tandus yang sangat panas. Lantas ia berpikir bagaimana hal tersebut bisa ia lakukan, padahal dirinya adalah seorang yang miskin dan tidak memiliki kendaraan.

Pada akhirnya ia memiliki inisiatif untuk memelihara seorang anak lembu, yang mana di setiap harinya, lembu itu dirawat oleh dirinya dengan memberi pakan, meskipun untuk memberi pakan ia harus bolak-balik menggedong anak lembu itu naik dan menuruni sebuah bukit. Melihat tingkah aneh Uwais, tetangganya berucap “Uwais gila… Uwais Gila…”

Meskipun mendapatkan cibiran seperti itu, Uwais tidak pernah menyerah dengan melewati hari-hari untuk menggendong lembu naik-turun bukit. Setelah memasuki usia 8 bulan, lembu tersebut memiliki berat yang mencapai 100 kilogram. Sebanding dengan itu, otot Uwais semakin kuat pula. Sehingga ia bertenaga untuk mengangkat barang.

Baca Juga: Dua Kunci Kehidupan, Takwa dan Berbakti kepada Orang Tua

Kekuatan yang didapatkan itulah diniatkan oleh Uwais untuk menggendong Ibunya berjalan kaki dari Yaman ke Mekkah, untuk melaksanakan ibadah haji sesuai dengan keinginan ibunya. Sesampainya di Ka’bah, ia dengan tegap menggendong ibunya. Disaat di depan Ka’bah Uwais berkata;

“Ya Allah, ampuni semua dosa ibu…”

“Bagaimana dengan dosamu?” tanya sang Ibu.

Uwais menjawab, “Dengan terhapusnya dosa ibu, maka ibu akan masuk surga, maka cukuplah rida dari ibu untuk membawaku kelak masuk ke dalam surga.”

Ketulusan pengorbanan Uwais untuk sang ibu dengan penuh cinta dan kasih sayang membawa penyakitnya disebuhkan oleh Allah. Seketika itu pula penyakit sopaknya hilang dan hanya meninggalkan bulatan putih ditengkuknya. Bulan putih itulah yang kelak menjadi tanda pengenal untuk yang dikatakan oleh Rasulullah takala di suatu hari Umar bin Khatab dan Ali bin Abi Thalib mencari dirinya. Rasulullah pun berpesan kepada dua sahabatnya itu bahwa “sesungguhnya kelak di zaman kamu nanti akan lahir seorang manusia yang doanya sangat makbul dan mustajabah. Carilah orang itu yang berangkat dari arah Yaman dan dia dibesarkan di Yaman”.

Uwais Al-Qarni Hendak Bertemu Nabi Muhammad

Setelah menempuh perjalanan yang sangat jauh, akhirnya Uwais sampai di Madinah. Segeralah dia mencari rumah Rasulullah. Setelah berada di depan pintu rumah Rasulullah, diketuklah sambil mengucapkan salam. Lalu keluarlah Siti Aisyah sembari berkata bahwa Rasulullah sedang pergi berperang. Mendengar bahwa nabi sedang berperang, sedihlah dirinya karena dia datang dari jauh untuk dapat berjumpa langsung dengan Nabi, tetapi teryata Nabi tidak dapat dijumpainya.

Sesungguhnya Uwais ingin menanti kedatangan Rasulullah sampai pulang, tetapi melihat keadaan ibunya yang sakit-sakitan ia memutuskan untuk kembali ke Yaman. Sehingga sampai pada akhir hayatnya Uwais tidak pernah bertemu dengan Nabi.

Takala peperangan telah usai, Nabi pulang menuju Madinah, sesampainya di rumah Nabi menanyakan kepada Siti Aisyah tentang orang yang mencari dirinya. Nabi berkata bahwa orang yang mencarinya adalah seorang anak yang taat kepada ibunya, dia adalah penghuni langit. Mendengar keterangan tersebut, Siti Aisyah dan para sahabat tertegun. Siti Asiyah pun menyampaikan bahwa orang tersebut harus kembali ke Yaman, dikarenakan ibunya sedang mengalami sakit dan ia tidak bisa meninggalkan ibunya terlalu lama. Nabi Muhammad melanjutkan keterangannya mengenai Uwais, bahwa ia adalah penghuni langit. “Kalau kalian ingin berjumpa dengan dia, perhatikanlah ia memiliki tanda putih di tengah telapak tangannnya”.

Suatu ketika, Rasulullah Saw., memandang kepada Ali bin Abi Thalib dan Umar bin Khattab, lalu bersabda, “Jika kalian bertemu dengannya, mintalah doa dan istighfarnya. Ia adalah penghuni langit, bukan penduduk bumi.” Waktu pun berlalu, Nabi wafat, dan kepemimpinan berpindah dari Abu Bakar ke Umar bin Khattab. Suatu hari, Umar teringat akan pesan Rasulullah tentang Uwais Al Qarni. Ia kemudian mengingatkan kembali sabda tersebut kepada Ali bin Abi Thalib.

Sejak itu, setiap kali ada rombongan dari Yaman, Umar dan Ali selalu menanyakan keberadaan Uwais—seorang lelaki miskin yang hanya mengembala kambing dan unta. Mengapa sosok sederhana ini begitu dicari oleh dua sahabat besar Nabi?

Rombongan dagang dari Yaman datang silih berganti menuju Syam, hingga suatu waktu, Uwais turut serta bersama mereka dan tiba di Madinah. Mendengar kabar bahwa Uwais ikut rombongan dan sedang menjaga unta di perbatasan kota, Umar dan Ali segera menemui tempatnya.

Setiba di kemah, mereka mengucapkan salam, namun Uwais sedang salat. Setelah selesai, ia menjawab salam dan menghampiri mereka sambil bersalaman. Saat itulah Umar membalik telapak tangan Uwais seperti yang pernah dikatakan Nabi dan benar saja, terdapat tanda putih di telapak tangannya. Wajah Uwais tampak bercahaya, seperti yang telah dikabarkan Rasulullah.

Saat ditanya namanya, Uwais menjawab, “Abdullah.” Mereka pun tertawa dan berkata, “Kami juga Abdullah, tapi siapa nama aslimu?” Ia menjawab, “Saya Uwais Al Qarni.” Dalam perbincangan itu, diketahui bahwa ibunya telah wafat, sehingga baru kali ini ia bisa ikut dalam kafilah dagang.

Akhirnya, Umar dan Ali meminta agar Uwais mendoakan mereka. Namun Uwais menolak dengan rendah hati, mengatakan bahwa seharusnya ia yang meminta doa kepada mereka. Tapi karena terus didesak, ia pun akhirnya mengangkat tangan, berdoa, dan memohonkan ampunan.

Baca Juga: Makna Surga Ada di Bawah Telapak Kaki Ibu

Umar kemudian menawarkan bantuan dari Baitul Mal untuk menjamin hidupnya, tapi Uwais menolak, seraya berkata, “Biarlah hari ini saja aku dikenal orang. Untuk hari-hari berikutnya, biarkan aku hidup tanpa diketahui siapa pun.”

Fenomena Kewafatan Uwais Al-Qarni

Setelah beberapa tahun Uwais berpulang ke Rahmatullah. Anehnya pada saat ia hendak dimandikan, tiba-tiba sudah banyak orang  yang ingin memandikannya. Dan ketika dibawa ke tempat pembaringan untuk dikafani, ternyata sudah banyak orang yang menanti untuk mengafaninya. Demikian saat ketika orang pergi hedak menggali kuburannya, di sana sudah ada orang-orang yang menggali kuburannya hingga selesai. Ketika usungan jenazah dibawa ke kuburannya, luar biasa banyaknnya orang yang berubutan mengangkat jenazahnya.

Meninggalnya Uwais menggemparkan masyarakat Kota Yaman. Bagaimana tidak seorang Uwais yang bukan dari kalangan kaya raya bahkan hanya seorang pemuda yang fakir miskin, di saat kewafatannya banyak sekali orang yang berdatangan. Berita mengenai keanehan wafatnya Uwais tersebar kemana-mana. Baru saat itulah penduduk mengetahuinya, siapa sebenarnya Uwais Al-Qarni.

Baca Juga: Berbakti kepada Orang Tua

Selama ini, tidak ada yang benar-benar mengetahui jati diri Uwais Al Qarni. Hal itu terjadi karena ia sendiri pernah meminta kepada Khalifah Umar dan Ali bin Abi Thalib untuk menjaga kerahasiaannya. Barulah saat Uwais wafat, banyak orang menyadari kebenaran sabda Nabi bahwa ia adalah penghuni langit.

Demikianlah sosok Uwais Al Qarni—seorang hamba Allah yang luar biasa dalam berbakti kepada ibunya. Sikapnya ini sejalan dengan sabda Rasulullah Saw., ketika ditanya tentang peran orang tua, beliau menjawab, “mereka adalah surga atau nerakamu.” (HR Ibnu Majah)


Penulis: Dimas Setyawan Saputro
Editor: Rara Zarary