Tebuireng.online- Jakarta- Kepergian KH. Salahuddin Wahid (Gus Sholah) meninggalkan kerinduan dan luka yang mendalam bagi warga Nahdliyin dan seluruh bangsa Indonesia. Kerinduan tersebut disampaikan oleh Gus Ulil Abshar Abdalla yang sempat hadir di 7 hari wafatnya KH. Salahuddin Wahid dikediamannya daerah Menteng Jakarta Selatan, Sabtu (08/02/2020). Gus Ulil juga  sempat memberikan sedikit testimoninya terhadap kiprah Gus Sholah semasa hidupnya

“Beliau, Gus Sholah adalah tokoh yang dapat menghumbungkan, antar golongan dan kelompok-kelompok yang berbeda-beda. Saya menyasikan bahwa KH. Salahuddin wahid menurut saya pribadi beliau yang telah mememenuhi kategori sebagai sang tokoh konektor,” ungkapnya

Lanjut Gus Ulil, sebagaimana yang telah kita ketahui, kakak dari Gus Sholah ialah Gus Dur, yang mana beliau ialah presiden RI ke-4 dan juga sosok konektor. Ayah beliau juga KH. Wahid Hasyim adalah sosok konektor pula. Dan kakek beliau KH. Hasyim Asyari sebagai pendiri jam’iyyah Nahdlatul Ulama juga sebagai sosok konektor pada masanya. Jadi bisa dikatakan bahwasanya KH. Salahuddin Wahid ialah generasi ketiga dari mediang kakek, ayah serta kakaknya.

Di tengah zaman polarisasi ini, kita sangat membutuhkan sosok beliau sebagai perekat bangsa. Bahkan sampai di saat meninggalnya saja, KH. Salahuddin Wahid, beliau masih meninggalkan warisan. Yang mana warisan beliau ialah membangun jembatan antara Nadlatul Ulama dengan Muhammadiyah. Sebagaimana kita  mengenang kakeknya Gus Sholah, KH. Hasyim Asyari ialah sahabat karib KH. Ahmad Dahlan semasa mondok di pesantren KH. Salah Darat

“Meninggalnya Gus sholah adalah suatu kehilangan, bagi umat Islam dan utamanya bagi bangsa Indonesia. Bagi saya Gus Sholah dan Gus Dur adalah dua bapak bangsa yang berjuang dengan caranya masing-masing. Keduanya telah sukses menghubungkan berbagai kelompok yang berbeda-beda,” pungkasnya.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Pewarta: Dimas Setyawan