
Ayah
Ayah, ini aku,
Putri kecilmu yang kini beranjak dewasa.
Terus bertumbuh dan melangkah,
Menapaki langkah-langkahku dan mencari jati diri.
Ayah,
Kenapa tak bercerita,
Jika menjalani hidup harus kuat segalanya?
Bukankah ceritamu kala itu tentang dunia yang indah?
Mengapa saat aku jalani,
Tiba-tiba semuanya berubah?
Tak bisa dipungkiri,
Aku tak sekuat itu menjadi anak perempuan.
Aku butuh sosokmu,
Sosok yang melindungi saat aku merasa lemah.
Meski robot rakitanmu kuat,
Tapi aku butuh genggaman, butuh pelukan,
Butuh semangat yang menggugah jiwa dan raga.
Ayah,
Jadilah saksi dari keberhasilan yang tak mungkin ini,
Jadilah orang pertama yang menerima keberhasilan dari perjuangan ini.
Ibu
Teruntuk Ibu,
Sang malaikat tanpa sayapku,
Yang mengandung dan melahirkanku,
Tiada kata yang paling pantas kuucapkan,
Selain terima kasih, Bu.
Meski banyak yang tak ku beri,
Tapi engkau selalu menerima dengan senang hati.
Bu,
Terima kasih sudah berusaha,
Dalam segala hal untuk kesuksesanku.
Dalam gelap malam, kau mengadu
Kepada Sang Penciptamu,
Merayu dan mengadu untuk kesuksesan dan kebahagiaanku.
Terima kasih, Bu,
Atas perjuangan yang tak terlihat mata,
Tapi benar-benar mengubah segalanya.
Teruntuk Ibu,
Semoga selalu bahagia,
Sehat, dan berada dalam lindungannya,
Menjadi saksi atas kesuksesan putra-putrinya,
Dan menjadi malaikat yang melindungi dengan kebaikannya.
Teruntuk Aku
Ini aku,
Sang pusaka yang hadir di tengah sebuah keluarga.
Kehadiranku selalu dinanti,
Menjadi pembawa kebahagiaan di berbagai hati.
Inilah aku,
Anak pertama dengan banyak harapan yang dititipkan.
Penulis: Wan Nurlaila Putri