TERAKHIR
oleh: sabdawaktu*
Dimulainya dengan sebuah degub yang gugur diujung surat
aku takut
hening yang kalut
dirindukannya kebiasaan-kebiasaanmu yang gagal dipeluk
hari ini, runtuh harapan meringkih kesakitan
Dim,
Hujan air mata berpesta
meraung-raung gemuruh di dada cipta malapetaka
aku seperti pesakitan yang tak akan pernah menemukan obat penyembuhan
hingga akhir, kematian yang berhasil menyentuh kening kesunyian
ini adalah persaksian, betapa ditinggalkan adalah laknat paling murka yang tak ingin kurasakan berulang-ulang
biar ini jadi yang TERAKHIR.
*Penulis adalah pengguna aktif akun IG @sabdawaktu