tebuireng.online– Pesantren Tebuireng mengadakan acara halal bi halal yang dikemas dengan seminar kontra radikal bekerjasama dengan Mabes Polri dengan tema “Penguatan Progam Kontra Radikal, pencegahan masuknya Faham Radikal (Khusus ISIS)”, pada Jumat (29/07/2016), sekitar pukul 08.00 WIB. Acara yang diadakan di Gedung KH. M, Yusuf Hasyim lantai 3 tersebut dihadiri narasumber AKBP Djoni Juhana dari Densus Mabes Polri.
Ini merupakan dari serangkaian acara yang diadakan Tebuireng selama dua hari, dan besok acara Temu Alumni XI dan Launching Buku “Khadimun Nabi” yang juga akan dilaksanakan di Aula lantai 3 Gedung KH. M. Yusuf Hasyim. Acara dibuka dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Hymne Tebuireng, kemudian pembacaan ayat suci Al Quran oleh Qari Tebuireng Ustadz Zubaidi.
“Ada radikalisme, ada terorisme, ada satu kata lagi yang belum ditulis disini yaitu ekstrimisme. Sebetulnya radikal itu tidak selamanya salah, sebagian masih bisa kita terima tetapi kalau ekstrimisme rasanya hampir selalu kita tolak”, ucap Pengasuh Pesantren Tebuireng, Dr. Ir. KH. Salahuddin Wahid membuka sambutan. Tetapi Gus Sholah tidak begitu mempermasalahkan istilah. Menurut beliau, istilah kadang sering membingungkan, yang penting adalah esensinya.
Gus Sholah mengatakan bahwa menurut sejumlah survey ternyata banyak guru yang menyetujui kekerasan atas nama agama. Ini merupakan hasil survey yang dikukan di Bandung, Jakarta, dan sekitarnya. “Yang menyetujui ISIS itu sebanyak 9%, banyak itu. Orang-orang yang mudah disusupi oleh hal ini adalah orang yang bermasalah dalam dirinya. Dia mengalami kesulitan, penderitaan atau dia dibantu (agar ikut golongan ekstrim),” terang beliau.
Sambutan kedua disampaikan oleh Kapolres Jombang, AKBP Agung Marliyanto. Beliau menambahkan penjelasan mengenai kasus-kasus kejahatan di daerah Kab. Jombang. Termasuk pembunuhan yang dilakukan oleh anak usia remaja baru-baru ini. Peredaran narkotika juga meresahkan, dimana Jombang menempati urutan kelima dari semua kota dan kabupaten di Jawa Timur.
AKBP Djoni Juhana dalam orasi ilmiyahnya menjelaskan lebih mendalam mengenai seluk beluk, ciri-ciri, dan berbagai aspek yang melatarbelakangi terjadinya terorisme khususnya kelompok Islamic State of Iraq and Suriah (ISIS). Dengan sistematis AKBP Djoni Juhana menerangkan tentang akar jaringan terorisme dengan tujuan untuk memberitahukan bahaya dan dampak buruk faham radikal.
“Yang menjadi PR bersama adalah melawan penanaman doktrin dari para pendidik teroris. Doktrin yang ditanamkan begitu kuat dan terkadang kita sulit menghilangkan doktrin tersebut,” ucapnya. (Sutan/Abror)