Ket. Bedah Buku Tafsir Kebangsaan dan Keislaman Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari (Sumber: Najib)

Tebuireng.online- Minggu (21/10/18), Unit Penerbitan Tebuireng menyonsong peringatan Hari Santri Nasional 2018 dengan mengadakan bedah buku “Tafsir Kebangsaan dan Keislaman Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari” karya Dr. Lathiful Khuluq, M.A., Ph.D., bertempat di aula tengah Ma’had Aly Hasyim Asy’ari. Tampak hadir, KH. Agus Zaki Hadzik dan Dr. KH. A. Musta’in Syafi’i, selaku pembanding dalam bedah buku tersebut.

Bedah buku ini merupakan agenda ketiga dari rangkaian acara yang digelar oleh Unit Penerbitan Tebuireng yang bercorak sama yaitu bedah buku dan seminar. Pertama, di Pesantren Tebuireng Pusat, kedua di Pesantren Tebuireng 2, dan terakhir di Ma’had Aly Hasyim Asy’ari.

Menjelang peringatan Hari Santri Nasional 2018, Penerbit Terbuireng mengadakan acara bedah buku. Pada hari Minggu (21/10/2018) Penerbit Tebuireng membedah buku “Tafsir Pemikiran Kebangsaan dan Keislaman Hadhratus Syaikh KH. M. Hasyim Asy’ari” yang bertempat di gedung Ma’had Aly Hasyim Asy’ari.

“Sebetulnya, darah Tebuireng itu darah akademik. Tebuireng ini dipimpin oleh orang-orang yang banyak menulis. Hadratussyaikh itu tulisannya banyak sekali. Karena beliau lulusan Arab (Hijaz) maka tulisan beliau dalam bahasa Arab dan itu dihargai di kalangan pesantren,” ungkap bapak Lathiful Khuluq di awal pembicaraan.

Beliau menambahkan, dari Kyai Hasyim, kemudian Kyai Wahid Hasyim, termasuk penulis nasional, sampai pada Gus Dur bahkan tingkat internasional, sampai hari ini Gus Sholah juga menghiasi kolom-kolom di Kompas dan yang lain. Jadi sebetulnya, pengasuh Tebuireng ini punya tradisi keilmuan yang tinggi. Tradisi menulis yang tinggi. Itu harus diteladani bagi kita semua. Tanpa menulis, ide kita tidak akan dikenal orang. “Kalau tidak ada Zaid bin Tsabit yang menulis wahyu, kira-kira kita bisa tidak mewarisi al-Quran?” tanya beliau pada audience.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Beberapa poin beliau sebutkan mengenai teladan yang bisa kita ambil dari sosok Hadratussyaikh. Teladan keilmuan, Hadratussyaikh memiliki compassion (semangat luar biasa) dalam menggapai ilmu dan melaksanakannya. Akar ‘haus ilmu’, prolific writer, dan seterusnya. Di akhir kata kesimpulan, beliau menyebut bahwa Hadratussyaikh punya jiwa kepemimpinan yang mencerahkan, mempersatukan umat, persatuan bangsa. Semangat membaca dan menulis, menjadi pondasi kejayaan semua.


Pewarta: Seto Galih

Editor/Publisher: MSA