tarian dakbe budaya palestina
tarian dabke budaya palestina

Pada 5 Desember 2023, sebagaimaa diberitakan situs berita Wafa (Kantor Berita Palestina), UNESCO mengumumkan daftar resmi 2023 Representative List of Intangible Cultural Heritage of Humanity. Di antara daftar tersebut, ada tarian Dabke yang berasal dari Palestina. Peresmian itu menjadi tonggak penting pengakuan global atas warisan budaya asli Palestina.

Di tengah krisis perdamaian yang saat ini terjadi, Palestina tak berhenti berusaha mempertahankan kedaulatan bangsanya termasuk lewat budaya. Dabke mengusung warisan kaya asal-usul yang membentuk esensi kehidupan Palestina. Dabke, tarian tradisional Palestina, telah menjadi simbol kuat dari identitas bangsa dan perlawanan terhadap pendudukan.

Budi Santoso (2006) dalam jurnalnya, “Bahasa dan Identitas Budaya” mengatakan bahwa identitas budaya berhubungan erat dengan identitas etnis. Katanya, “untuk mengategorikan suatu masyarakat, seseorang harus mengetahui ciri khas budaya mereka.” Identitas etnis berkaitan dengan budaya, politik dan ekonomi, di mana politik adalah kekuatan yang mengontrol distribusi dan ketersediaan sumber-sumber daya.

Asal-Usul dan Makna Dabke

Mengutip Fadila Khalid dalam artikelnya di scenenow.com berjudul Dance & Defiance: Dabke sebagai Lambang Ketahanan di Palestina, nama “dabke”, berasal dari istilah Arab “dabbaka” yang berarti “menghentikan kaki,” memiliki akar dalam ritual kesuburan Kanaan kuno.

Lebih dari sekadar tarian, Dabke mewakili penghormatan terhadap tanah, pengusiran roh jahat, dan perlindungan terhadap tunas-tunas kehidupan baru. Menurut Dr. Hodel Ophir, pendidik tari, peneliti dan dosen, Dabke menjadi inti dari ideologi keasrian tanah Palestina dengan semangat perlawanannya.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Melansir akun X situs berita Turki, TRTWORLD, legenda tentang hentakan kaki dalam Dabke terkait kebutuhan untuk memperkuat atap berlumpur. Saat membangun rumah, penduduk desa bergandengan tangan, bersatu, dan menghentakkan kaki pada lumpur dengan irama, menciptakan ikatan sosial yang menggambarkan solidaritas dan kekuatan komunal.

Varian dalam Dabke

Dabke lahir sebagai tarian asli di wilayah Levant, yang kemudian terbagi menjadi variasi budaya di Palestina, Lebanon, Jordania, dan Suriah. Di Palestina, Ash-Shamaliyya dan Al-Sha’rawiyya menjadi variasi tarian Dabke yang paling populer.

Ash-Shamaliyya melibatkan banyak penari yang membentuk setengah lingkaran, yang anggotanya bisa dari dua gender berbeda. Sementara Al-Sha’rawiyya adalah tarian khusus untuk para lelaki, dengan ciri khas hentakan yang lebih kuat dan keras. Hentakan itu menjadi simbol ketangguhan dan daya tahan masyarakat Palestina menanggung berbagai kesengsaraan.

Hal ini diamini Anas Abu Oun, koordinator untuk El-Funoun Palestinian Popular Dance Troupe di Ramallah, Palestina. Ia mengatakan Dabke adalah sebuah ‘aksi’ politikal, dengan penari yang bersama-sama bergerak dalam energi terpusat dan bahasa pergerakan bahasa yang muncul karena penderitaan yang sama.

Nadia Sibany, pegiat tari Dabke di kelompok Hawiyya, London, juga berpendapat sama. Katanya, Dabke menjadi bentuk dari protes yang kreatif dan simbol dari keberanian dan pertahanan melawan ketidakadilan. Demikian sebagaimana dikutipkan dari tulisan Iain Akerman di arabnews.com.

Lagu-lagu yang mengiringi Dabke menciptakan suasana puitis, mayoritas bertemakan cinta. Lagu “Zareef El-Tool” menjadi manifestasi perjuangan rakyat Palestina, menciptakan kekuatan agar tak meninggalkan dan terpisahkan dari tanah air mereka.

“O, elegant and tall one, pause and let me tell you,

You are heading abroad, but your country is better for you

I fear that you will settle there

And embrace others, forgetting about me.”

Peran Dabke dalam Perlawanan dan Diplomasi

Dabke bukan hanya tarian, tapi juga simbol perlawanan budaya terhadap pendudukan Israel. Kelompok tari di Palestina dan luar negeri berjuang untuk melestarikan dan mempromosikan Dabke, melawan ancaman penghapusan budaya. Para pegiat tari Dabke menjadi duta ketahanan Palestina, membangkitkan apresiasi terhadap perjuangan dan mempertahankan identitas budaya.

Pengakuan oleh UNESCO dalam 18th session of Intergovernmental Committee for the Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage yang digelar pada 4-9 Desember 2023 menjadi langkah monumental dalam melindungi Dabke dari kepunahan budaya. Pertemuan yang digelar di Kasane, Botswana itu mengkurasi 55 entri warisan budaya dari seluruh dunia.

Dikutip dari  situs berita Wafa, Duta Besar Palestina untuk UNESCO, Mounir Anastas mengatakan, “Israel menyasar masyarakat Palestina yang tak berdaya, dan berusaha menghapus semua monumen, budaya dan identitas yang terkait untuk menghapus ingatan Palestina.”

Ia menegaskan akan terus secara vokal menyoroti budaya asli Palestina di tingkat global, dan menunjukkan kekayaan dan kreativitas masyarakat Palestina.

Simbolisme dan Unsur dalam Dabke

Dabke tidak hanya tentang gerakan tarian; ia menciptakan ikatan sosial dan simbolisme yang mendalam dari keluarga, komunitas, tradisi dan persatuan. Instrumen seperti oud (instrumen string), mijwiz (semacam klarinet), daff (tamburin), dan arghul (instrumen tiup), menciptakan harmoni, mengiringi langkah-langkah kaki yang semakin cepat. Pemimpin utama, lewweeh, menjaga sinkronisasi dan energi, menunjukkan kerjasama seimbang antara perempuan dan laki-laki.

Pelestarian dan Harapan Masa Depan

Dengan adanya ancaman terus-menerus terhadap budaya Palestina, pelestarian Dabke menjadi krusial. Masyarakat Palestina terus berjuang melawan penghapusan budaya mereka, menggunakan Dabke sebagai alat untuk memperkuat identitas, menunjukkan kekayaan kreativitas, dan mengkomunikasikan hasrat akan perdamaian.

Warga Palestina, baik di dalam maupun luar negeri menggelar pertunjukkan Dabke dalam forum-forum sosial-budaya seperti perayaan budaya, pernikahan, festival dan hari-hari libur. Dalam aksi protes dan desakan gencatan senjata yang berlangsung di kota-kota besar seluruh dunia, orang-orang dari ras berbeda pun tak ketinggalan turut melestarikan Dabke sebagai bentuk solidaritas terhadap bangsa Palestina. Mereka menari dengan semangat dan harapan yang sama seperti bangsa Palestina.

Dabke, dengan semua elemen dan maknanya, tidak hanya menjadi warisan budaya Palestina yang hidup, tetapi juga alat perlawanan dan diplomasi. Di tengah tekanan dan ancaman terhadap identitasnya, Palestina melalui Dabke menyuarakan kisahnya, menunjukkan kegigihan dan keindahan yang muncul dari pertahanan terhadap budaya yang unik dan berharga.

Baca Juga: Gus Kikin Ajak Masyarakat Bermunajat Untuk Palestina


Ditulis oleh Athi Suqya Rohmah