Ilustrasi keluarga: www.google.com

Oleh: Vevi Alfi Maghfiroh*

Istilah milenial familiar terdengar di telinga, bahkan dijadikan icon yang bermakna kekinian. Namun jika mengacu pada teori generasi yang salah satunya dikemukakan di dalam esai ‘The Problem of Generation’ yang dikemukakan oleh Karl Manheim, seorang sosiolog yang mengatakan bahwa manusia-manusia di dunia ini akan saling mempengaruhi dan membentuk karakter yang sama karena melewati masa-sosio sejarah yang sama.

Berdasarkan teori ini, maka para pakar sosiolog membagi generasi manusia menjadi sejumlah generasi, di antaranya adalah generasi era depresi, generasi perang dunia II, generasi pasca-PD II, generasi baby boomer I, generasi baby boomer II, generasi X, generasi Y alias milenial, generasi Z, dan generasi alpha, dan seterusnya.

Milenial alias generasi Y adalah kelompok generasi yang lahir sekitar tahun 1981 sampai tahun 1994. Generasi ini sudah banyak menggunakan teknologi komunikasi instan seperti email, sms, dan media sosial lainnya. Jika dilihat dari kisaran umur, generasi ini berumur sekitar 25-38 tahun yang umumnya pasti sudah menikah dan berkeluarga.

Generasi milenial yang menjadi sosok ibu dan memiliki anak yang lahir sekitar tahun 2010 sampai sekarang, berdasarkan teori pembagian generasi maka anak tersebut masuk dalam kategori generasi alpha. Generasi ini dimulai dari kisaran tahun 2010-2025 yang umumnya lahir dari generasi X akhir dan Y.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Dengan kecanggihan tekhnologi yang terus berkembang, generasi ini telah disuguhkan beraneka kemudahan yang didapat dari lahir. Hal tersebut menjadi bagian dari tantangan generasi milenial dalam mendidik anak generasi alpha.

Dilansir dari momikologi, ada beberapa tantangan yang harus dilalui ibu milenial dalam mendidik anak generasi alpha, di antaranya adalah:

Harus up-to-date dengan perkembangan tekhnologi dan media sosial terkini

Sebagai orang tua yang mendidik generasi alpha, seorang ibu harus menguasai tekhnologi agar tetap bisa memantau perkembangan anak. Dengan menguasai tekhnologi dan media sosial terkini, seorang ibu generasi alpha bisa memilah dan memilih dampak positif dan negatif dari penggunannya. Tidak bisa dipungkiri juga, di masa yang akan datang manusia akan bergantung sepenuhnya pada tekhnologi.

Mengedepankan pola komunikasi dua arah untuk memfasilitasi kemampuan berpikir kritis anak

Dengan berkembangnya tekhnologi yang cepat dan majunya institusi pendidikan, generasi ini akan mudah terasah kemampuannya untuk berfikir kritis dan problem solving. Maka sebagai orang tua sudah seharusnya memfasilitasi anak dan mengenal pola-pola parenting yang cocok dan sesuai dengan anak.

Berusaha mengenalkan serunya bersosialisasi di dunia nyata

Generasi alpha sudah disuguhi tekhnologi sejak lahir, bahkan di masa depan mereka juga akan dihadapkan dengan berbagai inovasi teknologi yang akan membantu kehidupan mereka. Oleh karena itu, orang tua dari generasi alpha harus bisa bersikap dan menyeimbangkan antara waktu yang dihabiskan dengan teknologi dan waktu dengan lingkungan sekitar.

Menjadi tantangan bagi ibu yang menghadapi generasi alpha agar bisa membuat strategi dan inovasi parenting, agar anak tidak hanya terpaku dan berinteraksi dengan gadget saja, tetapi juga bisa berinteraksi langsung dengan orang lain untuk menjaga kepekaan dan interaksi sosial.

Perubahan-perubahan zaman dan keadaan ini membenarkan perkataan masyhur dari Sayyidina Ali bin Abi Thalib, “Didiklah anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup bukan di zamanmu”. Maka sudah seharusnya orang tua harus terus belajar dan berusaha menjadi fasilitator terbaik untuk anak-anaknya.

*Penulis adalah Mahasiswa Pasca Sarjana Syekh Nurjati Cirebon.