Oleh: Rara Zarary*
Sebagaimana rahasia
engkau datang penuh duga
kesepian yang melintas
penderitaan membekas
dimensi kenang
di matamu catatan
masa lalu bergerak cepat
menuju segala penjuru
ingatan risau dalam kepiluan
yang silih berganti sepanjang melupakan
engkau merenggut pagi
memanipulasi malam
menjelma fajar
singkat merasakan kehidupan
lalu setiap malam
engkau melukis satu luka yang
paling kau kenang
dan menghapusnya dengan air mata berlinang
tidak mengapa kalau
pada akhirnya engkau
harus melayat diri sendiri
untuk segala duka dan luka
yang kau kubur di tengah sunyi
barangkali itu lebih baik
daripada sorak-sorai orang-orang
memuji atau mengkhianati berkali-kali
dan engkau menangis lagi dan lagi
maka setiap pagi saat engkau
bangun tanamlah yang banyak
harapan dan siram senyuman
sebagai pupuk paling berharga
yang tak bisa ditukar janji apalagi wacana.
*Pegiat Pesantren Perempuan.