Judul : Adenna dan Adrian
Penulis : Alliya Putri Utami
Penerbit : PT Cahaya duabelas semesta
Halaman : 423 halaman
Tahun Terbit : 2017
Peresensi : Riza Puji Wahyuni*
Aku hitam, kamu putih
Aku delusi, kamu nyata
Aku volunter, kamu involunter
Aku statis, kamu dinamis (hal.5)
Begitulah kira-kira metafora antara Adenna dan Adrian, sangat bertolak belakang, semua yang ada dalam hidup Adenna pasti berbeda dengan hidup Adrian. Adenna Khansa Vandiari adalah seorang siswi biasa saja yang tidak terlalu terkenal di sekolahnya, hobinya adalah membaca, terutama membaca novel, namun tempat favoritnya bukanlah perpustakaan.
Adrian Kafka Utomo adalah cowok paling terkenal satu sekolah. Nama Adrian sering sekali dijadikan topik pembicaraan di sekolah Adenna dan hampir dikagumi oleh seluruh cewek penghuni sekolah. Tapi anehnya, Adenna tidak tertarik pada Adrian dan dia merasa Adrian adalah cowok biasa saja di sekolahnya. Namun, semua itu berubah saat Adrian mengajak Adenna berbincang untuk pertama kalinya di kafe langganan mereka yaitu “ froch cafe”.
Adenna dan Adrian hampir setiap hari ke froch cafe. Adenna akan memesan chesscake strawberry kesukaannya dan membaca novel sedangkan Adrian akan memesan kopi dan menikmati indahnya pemandangan kota Bandung.
Kisah cinta antara Adenna dan Adrian merupakan kisah cinta biasa namun sangatlah menarik. Adenna adalah cewek diam dan pemalu sedangkan Adrian adalah cowok frontal dan terlalu terkenal. Hal tersebut menjadikan hubungan mereka terlihat berbeda, apalagi dengan cara Alliya menceritakan kisah cinta mereka yang sangat nyata.
Namun, disetiap hubungan pasti ada masalah, begitu juga dengan Adenna dan Adrian. Adrian harus pergi dari hidup Adenna dan memutus kisah cintanya dengan Adenna karena dia harus pindah sekolah ke Singapura. Hal tersebut benar-benar membuat Adenna patah hati, dan akhirnya Adenna pun benar benar menutup hatinya untuk siapapun.
Ketika menyelesaikan pendidikan SMA-nya, Adenna memutuskan untuk melanjutkan kuliahnya di Jerman, untuk bisa melupakan Adrian, namun tetap saja Adenna tidak bisa.
“Jika cinta maka tidak akan kemana,” begitu pula dengan Adenna dan Adrian walaupun sudah sama-sama terhalang jarak dan sama-sama berusaha melupakan, namun tetap saja cinta selalu tahu ke mana harus kembali. Ketika kembali dari Singapura Adrian langsung teringat pada Adenna dan ingin kembali pada gadis itu. Adenna sendiri tidak menolak hal tersebut karna walaupun sudah berusaha melupakan Adrian dia masih saja tidak bisa, dia menerima Adrian kembali ke hidupnya seperti dulu.
Berdasarkan hal hal di atas buku ini sangatlah cocok dibaca oleh semua kalangan, terutama remaja. Karena buku ini menceritakan tentang kisah cinta remaja yang dikemas dengan sangat nyata dan tentu saja akan memberikan perasaan bahagia, kalau kata anak zaman sekarang “baper” kepada para pembacanya, namun sayangnya cerita yang disajikan dalam novel ini terlihat terlalu berkhayal atau mengada-ngada.
Buku ini memang cocok dibaca remaja tapi tidak untuk dilakukan di dunia nyata karna jelas akan memberikan dampak negatif kepada remaja. Dengan membaca novel ini juga tidak akan menambah diksi pembaca karna diksi yang digunakan pada novel ini sangatlah biasa atau terlalu pasaran dan juga gaya penulisan nya juga menunjukkan bahwa penulis masih baru dan masih harus banyak belajar. Di dalam buku ini juga banyak terdapat kesalahan pengetikan atau typo sehingga sedikit mengganggu ketika sedang membaca.
*Peresensi adalah siswa Madrasah Aliyah Salafiyah Syafi’iyah Tebuireng Jombang.