602125_650857431603180_979418684_nOleh: Ahmad Faozan*

Di permulaan tahun ini, suasana maulid Nabi masih terasa. Peringatan hari lahir tokoh Islam teladan sepanjang zaman, Nabi Muhammad Saw. memberikan pesan penting bagi umat Islam di Indonesia khususnya. Yang sedang mengalami krisis pemimpin inspiratif. Degradasi moralitas juga menyasak para elit bangsa dan sebagian generasi muda kita. Maulid Nabi tak cukup sekedar dirayakan rutinan, pesan penting didalamnya dapat kita diserap dan di implementasikan dalam aspek kehidupan seahari-hari. Baik dalam kehidupan keluarga maupun kehidupan berbangsa dan bernegara.

Kepemimpinan Muhammad Saw. mampu mengubah masyarakat tak bermoral menjadi beradab. Terbukti, ditengah tanah yang tandus, masyarakat yang tak bermoral, dan keadilan tak berpihak kepada kaum perempuan. Anak yatim dari pasangan Siti Aminah dan Abdulloh ini terpilih sebagai salah satu pemimpin umat yang juga mampu menyatukan umat manusia dari berbagai kalangan. Pada awal mendapatkan tugas pesan kebaikan kepada kaumnya nabi seringkali mendapatkan penolakan dan perlawanan. Kalangan penguasa pun merasa resah atas dakwahnya.

Bahkan, dalam lingkungan kelurga besarnya juga sama mendapatkan penolakan. Pamannya Abu Thalib yang mengasuhnya menolak ajakannya untuk masuk Islam. Demi untuk menghentikan dakwahnya, penguasa arab bersedia memberikan jabatan yang terhormat, perempuan paling cantik dari jazirah arab, dan kekayaan melimpah. Namun Muhammad Saw. menolak dengan halus terhadap tawaran demikian. Demi Tuhan, bila matahari berada di tangan kananku, dan bulan di tangan kiriku aku tidak akan berhenti untuk memperjuangkan misi suci dari Tuhan.

Hal serupa juga pernah dilakukan oleh Bapak Umat Islam Indonesia, Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari, saat mendapatkan tawaran dari pemerintah Jepang untuk menghentikan perjuangannya melawan pemerintah Belanda. Mengingat peranan beliau sangat kuat di masyarakat. Fatwanya selalu mampu menyatukan masyarakat untuk melawannya. Dengan memberikan gelar kehormatan yang tinggi akan mampu mengendalikan tokoh pendiri NU. Dengan sangat halus guna menjaga perasaan pejabat tertinggi pemerintah Belanda beliau menolak tawaran tersebut.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Tetap Fokus

Bangsa Indonesia kini sedang terus berjuang menghadapi persaingan pasar bebas (MEA, Masyarakat Ekonomi Asia) dan beragam permasalahan, seperti korupsi. Semangat mengejar ketertinggalan dari negara-negara tetangga tertutup dengan seribu permasalahan. Sepanjang tahun 2015 lalu menunjukan pemberantasan korupsi kinerjanya banyak disibukkan dengan konflik. Ironisnya selaku pejabat KPK dikriminalisasikan. Sehingga prestasinya menurun tajam. Tugas KPK tidak sekedar memburu koruptor namun juga menanamkan budaya pencegahan. Di era kepemimpinan yang baru KPK jangan sampai tenggelam dalam pusaran konflik. Program baru yang lebih progresif sekarang ini amat dinantikan publik. Untuk itulah, di awal tahun ini segenap pimpinan baru KPK perlu berjuang ektra keras dan tentu dukungan publik tidak surut.

Tugas membersihkan negeri ini dari kejahatan korupsi harus dilakukan secara serius dan fokus. Tidak bisa tidak, semua pihak terutama lembaga penegak hukum lainnya harus bersama-sama berjuang. Kebiasan konflik antar penegak hukum harus dihindari. Di era serba transparansi dan digital seperti sekarang ini, seharusnya menjadi hal yang positif bagi aparat penegak hukum kita untuk bekerja secara maksimal.

Merujuk Corruption Perception Index (CPI) 2014 yang diterbitkan secara global oleh Transparency International, Indonesia sebagai negara dengan level korupsi yang tinggi. Dalam CPI 2014 tersebut, Indonesia menempati posisi 117 dari 175 negara di dunia dengan skor 34 dari skala 0-100 (0 berarti sangat korup dan 100 berarti sangat bersih). Korupsi secara khusus disebut menempati urutan teratas dari 18 (delapan belas) faktor penghambat kemudahan berusaha di Indonesia.

Selanjutnya, dari daftar catatan Komisi Pemberantasan per 30 November 2015, di tahun 2015 KPK telah melakukan penyelidikan 84 perkara, penyidikan 50 perkara, penuntutan 58 perkara, inkracht 32 perkara, dan eksekusi 33 perkara. Dan dengan demikian, maka total penanganan perkara tindak pidana korupsi dari tahun 2004-2015 adalah penyelidikan 749 perkara, penyidikan 461 perkara, penuntutan 385 perkara, inkracht 315 perkara, dan eksekusi 328 perkara. Jika diamati tentu data demikian belum memuaskan harapan publik. Membangun kesadaran diri dikalangan pejabat negara untuk tidak korup penting untuk terus dilakukan. Sanksi sosial seperti yang model bully kepada pejabat yang menyeleweng oleh nitizen di jagat maya menjadi salah satu tambahan hukum sosial yang kedepan perlu terus digalakkan.

Modal Keimanan

Pejabat negeri kita mudah sekali tergoda dengan hal yang menggiurkan. Sebagian besar pejabat yang terjerat kasus korupsi umumnya adalah tergiur dengan tawaran uang miliaran rupiah, fasilitas mewah, dan perempuan cantik. Godaan yang bersifat keduniawian itu, mampu meruntuhkan niat baik pejabat negara kita dalam menjalankan kinerjanya. Dari mulai motif mengembalikan modal kampanye, melanggengkan kekuasaan, dan mendapatkan gaji lebih.

Meski, banyak strategi yang telah dilakukan oleh aparat penegak hukum kita seperti KPK, tetapi belum juga mampu mencegah perilaku korupsi di negeri ini. Di awal tahun baru masehi ini banyak orang menuliskan mimpinya di tahun ini. Tak ketinggalan, presiden Jokowi Widodo selaku orang nomor wahid di negeri ini ikut serta menuliskan tujuh mimpinya. Kaitannya dalam hal ini, Masyarakat dan aparatur pemerintah yang bebas dari perilaku korupsi. Mimpi tersebut hanya akan menjadikan catatan biasa, jika beliau selaku tokoh utama di negeri ini tidak terdepan dalam mengawal perjuangan memberantas dan mencegah korupsi. Bisa jadi, pejabat bawahannya terjerat kasus korupsi, seperti di era pemerintahan sebelumnya, dimana pejabat dilingkungan kementerian tersandung korupsi.

Betapa pentingnya, bagi para pejabat negeri ini menyingkirkan segala iming-iming. Modal politik yang didasarkan pada finansial inilah yang sejatinya menjadi salah satu penyebab utamanya. Sehingga upaya mengembalikan modal selama menjabat dilakukan. Sesungguhnya, modal keimanan seorang pejabat menjadi penting dalam hal ini adalah modal keimanannya. Dengan memetik spirit maulid nabi ini keimanan kita akan bertambah. Kepercayaan diri untuk tidak tergoda dengan hal yang bersifat keduniawian akan mampu menghantarkan para pejabat negeri ini dalam membangun bangsa yang bersih dari segala godaan yang dapat menjerumuskannya dalam praktek korupsi. Semoga!

 

Oleh, Ahmad Faozan