Kiai Syansuri Badawi (kiri) dan Gus Dur (kanan) dalam sebuah kesempatan (Foto: facebook Penulis)

Oleh: Ibhar Cholidi

Perhatikan gambar di atas. Gestur dan bahasa tubuh masing masing, Kiai Syansuri Badawi dan Gus Dur, terutama duduk santainya Kiai Syansuri dan duduk tawaddu’-nya Gus Dur. Isyarat kedekatan keduanya. Namun, kali ini saya ingin mengedepankan sosok Kiai Syansuri dan menunda dulu membincangkan Gus Dur. Pertanyaan yang selalu mengusik adalah, mengapa begitu langka tulisan mengenai Kiai Syansuri Badawi?

Tentu, ini kebetulan saja, bukan by design. Padahal, sangatlah besar peranannya bagi pengembangan keilmuan di Pesantren Tebuireng. Salah satu kiai pemilik keabsahan membaca dan mewartakan kitab hadis Bukhari dan Muslim pasca Hadratussyaikh, sehingga bertahun tahun secara rutin sebagai qari dalam khataman kitab yang memiliki derajat kesahihan paling tinggi itu pada setiap Ramadan. Tak urung, berduyun duyunnya santri dari berbagai daerah hadir mengikuti khataman kitab di Pesantren Tebuireng dipantik juga oleh tradisi khataman kitab Bukhari dan Muslim yang semula diawali Hadratussyaikh.

Selaku pembaca khataman kitab, apalagi level Bukhari dan Muslim, tak cuma butuh penguasaan materinya, tetapi juga butuh komitmen dan penyangga kesehatan fisik yang prima. Bayangkan, daur dan rentang waktu yang menyitanya, begitu panjang dan melelahkan. Start pukul 07.00 WIB pagi hingga masuk waktu Dzuhur. Usai shalat Ashar dilanjutkan kembali sampai menjelang masuk waktu Maghrib. Ba’da shalat Isya’ pengajian diteruskan dan berakhir pada pukul 24.00 WIB. Lazimnya, khataman kitab Bukhari dan Muslim dimulai tanggal 20 Sya’ban dan tuntas saat masuk tanggal 25 Ramadhan.

Khidmat seperti itu tiada jeda dijalani oleh Kiai Syansuri hingga wafat. Dari sini saja, bisa ditakar sedemikian besar makna kehadirannya. Belum dihitung kitab-kitab lainnya yang diampu beliau sebagai materi pelajaran di Madrasah Aliyah Salafiyah Syafi’iyah Tebuireng. Selain itu, ada kelebihan yang kompetensi ini jarang dimiliki oleh lainnya, yaitu kepiawaian beliau di bidang ilmu Faraid. Sosok alim yang pepak begini, kok langka yang menulisnya?

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

*Tulisan ini akan dibuat berseri sesuai dengan kebutuhan