Tebuireng.online— Konferensi Wilayah (Konferwil) XVIII Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jatim yang diadakan di Pesantren Tebuireng, tepatnya di lapangan Universitas Hasyim Asy’ari (Unhasy) resmi dibuka oleh Ketua Umum PBNU, KH. Yahya Cholil Staquf bersama Rais Aam PBNU, KH Miftachul Akhyar, dengan menekan tombol sirine, pada Jumat (2/8/2024) malam.
Dalam sambutannya, KH. Yahya Cholil Staquf, atau yang akrab disapa Gus Yahya, menyebut bahwa dunia sedang berubah dengan cepat. Menurutnya, pada akhirnya semua akan menghadapi tantangan besar, dan teknologi yang digunakan selama ini begitu cepat tergusur relevansinya.
Tidak hanya itu, NU pun menghadapi tantangan yang sama. Gus Yahya menekankan bahwa seberapa jauh NU dapat mempertahankan relevansinya di tengah-tengah perubahan yang begitu cepat merupakan hal yang penting untuk diperhatikan.
“Lantas bagaimana solusi ketika NU dicaci maki?” Tanya Gus Yahya di atas podium.
Dalam hal ini, beliau mengungkapkan bahwa dirinya tidak berkecil hati dengan semua perkataan negatif tersebut. Beliau percaya bahwa NU telah menjelma menjadi sebuah peradaban, bukan sekadar jam’iyah atau organisasi saja.
“Kita semua tahu bahwa jam’iyah NU adalah jam’iyah yang mubarokah dan dinash oleh muassisnya sendiri,” tambah Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Rembang ini.
Baca Juga: Di Konferwil Jatim, PWNU Beri Santunan pada 1446 Anak Yatim
Beliau menyampaikan berdasarkan cara berpikir, maka PBNU sampai pada kesimpulan bahwa jam’iyah ini harus bertransformasi. Dalam hal ini merupakan suatu yang dibutuhkan secara dhoruri, bukan hanya musabaqah dan soal bagaimana bertahan.
Untuk mewujudkan transformasi tersebut, menurutnya PBNU telah mengembangkan beberapa strategi yang pada dasarnya meliputi tiga matra besar, yaitu konsolidasi tata kelola organisasi, konsolidasi agenda-agenda organisasi, dan yang terakhir, konsolidasi sumber daya organisasi. Ketiga strategi ini dianggap penting untuk memastikan NU tetap relevan dan mampu menghadapi tantangan zaman yang terus berubah.
Gus Yahya sangat antusias pada malam pembukaan tersebut. Menurutnya, acara ini bukan hanya melaksanakan kewajiban organisasi di lingkungan PWNU Jatim, tetapi juga menjadi momen untuk bertabarruk dengan muassis dan para dzurriyah. Beliau berharap agar seluruh peserta dan pengurus NU dapat mengambil hikmah dan berkah dari acara ini, serta terus berjuang untuk mempertahankan dan mengembangkan NU di masa depan.
Menurutnya, dengan demikian, Konferwil XVIII NU Jatim ini tidak hanya menjadi ajang musyawarah dan konsolidasi organisasi, tetapi juga menjadi momentum penting bagi NU untuk meneguhkan komitmen dalam menghadapi perubahan zaman.
“NU akan terus maju dan bertransformasi menjadi organisasi yang lebih baik dan lebih relevan dengan tantangan zaman.” Pungkas Gus Yahya dengan begitu yakin.
Pewarta: Ifa